"NENEK LALA PULANG!"
GREP!Sarwendah memeluk Lala dengan erat. Mengusap wajahnya Lala dengan penuh kelembutan, dan memeluk erat perempuan itu. Tampak sekali gurat ke khawatiran dari wajah Sarwendah. Ia benar-benar cemas, disaat Lala tidak pulang, dan baru menampakan diri di pukul 21.15. bagaimana ia tidak khawatir.
"Kamu dari mana, sayang? Oma cemas banget sama kamu, La. Belum pulang, dan kamu dari mana aja?" tanya Sarwendah.
"Mendingan kita masuk kedalam dulu, Oma. Nanti Lala ceritain semua kejadiannya, dari awal sampai akhir."
Sarwendah mengangguk, lalu masuk kedalam rumah dengan Lala. Karel yang melihat dibalik kaca mobil, kini hanya tersenyum. Lega, saat melihat keadaan sudah membaik.
Lala dan Sarwendah duduk di sofa yang terlihat sudah lama, tampak Lala menceritakan semuanya dengan detail dan intens. Begitu sebaliknya, Sarwenda mendengarkan itu semua dengan tenang, namun satu hal kini membuat perasaannya membuncah, dan tidak tenang.
"Lanisa?"
"Apa jangan-jangan dia Monic, tapi tidak mungkin. Monic itu sudah meninggal karena kecelakaan itu, dan hanya Lala yang selamat," batin Sarwendah.
"Iya, Oma. Orangnya baik banget, terus nama Lala sama nama Mama itu sama Oma!" seru Lala.
"Mama?"
"Tante Lani, suruh Lala manggil dia dengan sebutan Mama, jadi Lala panggil dia Mama, deh," ucap Lala, membuat Sarwendah menatap sang cucu dengan prihatin.
"Lala, nak," panggil Sarwendah pelan, mengusap rambut Lala dengan pelan.
"Iya, Oma."
"Jika nanti, kamu ketemu dengan kedua orang tua kamu, apa kamu mau ikut mereka?" tanya Sarwendah.
Lala terdiam. Lalu menggeleng pelan, membuat sang Oma kaget.
"Kenapa?"
"Mereka jahat, gara-gara mereka yang ninggalin Lala tanpa sebab, sekarang Lala malah dikata-katain anak haram Oma!" ujar Lala.
"Siapa yang ngatain kamu anak haram Lala? Jawab Oma, La! Siapa?" tanya Sarwendah dengan kaget, saat tau ada yang mengatai cucunya itu dengan sebutan tak layak ucap itu.
"Enggak, Oma. Udah ya."
"Enggak Lala, siapa yang ngatain cucu Oma ini anak haram?" gertak Oma dengan emosi.
"Anak-anak Oma, dari Lala kecil, Lala emang udah sering dikatain anak haram sama anak-anak Lain. Maka dari itu, Lala selalu diam di rumah, dan nggak ikut main sama temen yang lain," jelas Lala.
"Kamu bukan anak haram, kamu anak yang terlahir atas pernikahan yang sah. Kamu cucu Oma, dan kedua orang tua kamu itu ada, tapi mereka udah nggak ada, La. Jadi kamu itu bukan anak haram." Sarwenda kini memeluk Lala dengan erat, dan mencium pucuk kepala cucunya.
"Makasih, Oma. Oma selalu ada buat Lala, Lala bangga banget punya Oma dihidup Lala. Bahkan, peran orang tua Lala, Oma yang ngelengkapin," lirih Lala.
"Sama-sama, sayang. Oma juga sayang banget sama Lala, jaga diri baik-baik. Dan selalu berbuat kebaikan, walau orang-orang nggak selalu baik sama kamu," pesan Sarwendah, yang diangguki oleh Lala.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIKTA
Teen FictionHALO SEMUANYA!! SELAMAT MEMBACA CERITA TENTANG PRADIKTA & LALA. Dia Pradikta Sastra Ajuar. Satu nama yang begitu meluas diberbagai sekolah, termasuk SMA Naswara. Siapa yang tak mengenalnya, Pradikta Sastra Ajuar, ketua geng motor dari Gavior. Memili...