***
“Perkenalkan diri kalian.”
“HALO SEMUANYA GUE GEDINO BACHTIAR! PANGGIL GUE GEGEN, ANGGOTA GAVIOR, YANG PINDAH DARI SMA PANCA BAKTI!” Gegen memperkenalkan dirinya dengan heboh, membuat murid di sana tercengang melihatnya. Tubuh Gegen yang kekar, sangat berbanding terbalik dengan tingkah laku-nya.
“Gue Gilang Pramudya. Biasanya dipanggil Gilang. Sama seperti Gegen, pindahan dari panca bakti.” Gilang meneruskan perkenalan diri, setelah Gegen.
Buk Mira selaku wali kelas, hanya geleng-geleng kepala. Siswa-nya kini kembali bertambah, dengan otak yang sama seperti Alden. GAVIOR, jangan tanyakan. Nama Geng motor itu kini sudah tak asing lagi ditelinga para guru. Anggota yang terdiri dari ratusan umat, dan menyebar dari diberbagai wilayah Jakarta.
Geng motor yang memiliki sisi positif. Di mana mereka slalu melindungi setiap orang yang tertindas. Selalu membantu orang yang kesusahan. mengajukan penggalangan Dana bagi orang yang membutuhkan, itulah Gavior. Tidak mencari masalah jika orang tak memulai duluan, Geng yang paling di segani di berbagai sekolah.
Namun, sayangnya guru-guru yang lain selalu menganggap, jika Gavior membawa pengaruh buruk untuk kalangan remaja. Semenjak kematian salah-satu siswi, yang di sebabkan oleh Geng motor dari sekolah lawan, hingga membuat guru-guru tidak mempercayai Gavior lagi, sebagai Geng motor yang baik-baik.
“Kalau sudah memperkenalkan diri, kalian boleh duduk. Duduk didekat Bastian dan Alden,” ujar Mira dengan tangan yang menunjuk sopan letak bangku keduanya berada.
“Baik. Terimakasih.”
“Sama-sama.”
Gegen dan Gilang kini melangkah menuju bangku milik mereka yang baru. Bahkan, pandangan anak-anak yang lain begitu menyoroti ke arah Gegen dan Gilang. Bagaimana tidak, Gegen yang terlihat seperti seorang Model, berjalan dengan gayanya yang sangat songong.
“By the way. Baru juga masuk, udah jadi pusat perhatian aja!” celetuk Alden.
Gegen dan Gilang hanya menanggapi dengan tertawa pelan. Duduk lalu Gilang menatap Dikta dengan intens
“Gimana nggak jadi pusat perhatian, orang mereka pada mikir, kok bisa ya modelan kayak gini masuk IPA, ambil jurusan tertinggi lagi!” ledek Bastian.
“Yeee, kek Lo nggak sama aja! Lo berdua juga ada Dikta kali, kalo nggak mah udah pindah ke IPS 6 Lo!” saut Gegen tak mau kalah. “Jangan sok deh, otak kita itu sama. Sama-sama otak udang!”
“Lo berdua, kenapa pindah?” tanya Dikta dengan pelan, ketika Mira kini keluar dari kelas, untuk mengangkat panggilan.
“Lo pada tau, disekolahan gue sama Gegen, banyak penyerangan. Selagi gue cuma sama Gegen, pasti dua ratus orang lawan dua orang, munafik bat kalo menang!” ungkap Gilang.
“Apalagi Ravenop cari masalah Mulu. Suka banget nyerang panca bakti, tanpa alasan. Sebagai anggota Gavior, anak-anak yang lain cuma ngarepin gue sama Gilang!” jelas Gegen.
Dikta mengangguk. “Mereka selalu nyerang, tapi cuma Anggota. Ravenop emang sepengecut itu!”
Bastian serta Alden mengangguk membenarkan. “Mereka cuma berani nyerang Anggota. Nggak berani kalo ada ketua. Selagi'kan, Karel kalo lawan Dikta kalah mulu.”
“Bener banget. Makannya mereka berani nyerang Anggota doang, nggak nyerang ketua,” sahut Gegen.
Ingin melanjutkan obrolan, namun Mira sudah kembali masuk ke dalam kelas. Kelima orang itu menghentikan obrolannya, lalu kembali fokus ke depan. Terutama Dikta, ia sedikit tak nyaman akibat terpancing dengan omongan Gegen dan Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIKTA
Genç KurguHALO SEMUANYA!! SELAMAT MEMBACA CERITA TENTANG PRADIKTA & LALA. Dia Pradikta Sastra Ajuar. Satu nama yang begitu meluas diberbagai sekolah, termasuk SMA Naswara. Siapa yang tak mengenalnya, Pradikta Sastra Ajuar, ketua geng motor dari Gavior. Memili...