"Kalau Alkana rumusnya CnH2n+2, kalau kamu rumusnya C1n+4!"
***
Lala menghirup udara dengan lega. Setelah satu harian merasa gabut, karena tak masuk sekolah. Akhirnya Lala kembali ke sekolahan. Terlalu rindu dengan suasana kelas, dan Dikta. Satu harian tak bertemu dengan Dikta, membuat Lala sangat merindukan wajah jutek cowok itu.
Baru saja melangkah kaki di tengah koridor, Lala sudah melihat Dikta, yang kini sedang berjalan dengan santai. Hoodie hitam, dengan buku yang slalu ia bawa di mana pun ia berada. Lala tersenyum gembira, lalu mengejar Dikta.
“DIKTA I'M COMING CAPAR!”
“DIKTAAA TUNGGUIN GUE!”
Dikta refleks menoleh kebelakang, melihat Lala yang compang-camping mengejarnya. Ia hanya diam, lalu kembali melangkah lagi tanpa memperdulikan Lala yang sedang mengejarnya. Satu harian Dikta tak ada mendengar kabar Lala, ternyata pagi ini ia kembali mendengar teriakan itu.
“DIKTAAAA TUNGGUIN IH!” kesal Lala, yang sudah berada di samping Dikta. Perempuan itu merengut kesal.
“Kalo jalan jangan cepet-cepet, ntar Lo kepeleset!” tegur Lala. “Lagian jangan cuekin orang, nggak boleh. Dosa namanya!”
“Diem!”
"Punya mulut harus ngomong, jangan diem mulu. Apalagi kalau sama Lo, rugi banget nggak ngomong. Siapa tau nanti ngomongin kapan ke pelaminan."
“Mimpi!”
"Iya, mimpi ku nanti bersamamu!" Gombal Lala dengan tertawa. “Gue baru masuk sekolah tau, Dik? Lo nggak kangen sama gue? Ataupun sekedar nanyain kabar gue, pas nggak masuk sekolah. Atau enggak, Lo nanya gue, apa aja kegiatan gue di rumah pas libur sendiri!”
“Nggak penting!” ketus Dikta.
“OMG DIKTA! Ini penting-penting banget tauuu! Kalau sampe gue mati dan Lo gatauuu gimana? Lo pasti nyesel karena nggak sempat pacarin gue!”
“Diem!” sentak Dikta pelan.
Bukannya diam, Lala malah tersenyum kepada Dikta, membuat cowok itu kini bingung dengan tingkah Lala, yang sangat aneh.
“Lo marah ya sama gue? Karena gue hari kemaren nggak masuk sekolah? kasian Dikta kangen banget sama gue keknya!” ujar Lala dengan percaya diri. “Gausah marah-marah lagi capar. Kan sekarang gue udah masuk sekolah lagi, dan udah ketemu juga sama Lo!”
“Nggak jelas!”
“IDIHHH! Lo kangen banget sama gue, ya? udah jangan ngambek lagi! lagian gue udah sekolah, kok. Tenang ajaaa!” Lala tersenyum senang.
Dikta tak habis pikir, kenapa Lala tercipta dengan tingkat kepercayaan diri yang luar biasa. Bahkan, orang yang berprestasi pun tidak akan seperti Lala.
“Jangan cepet-cepet jalannya! pegal taukk Dikta!” Lala kembali kesal, dikala Dikta kini semakin menambah tempo jalannya. “Gue baru aja sembuh masa udah mah Lo buat sakit lagi!”
“Cukup hati gue yang Lo sakitin. Jangan fisik gue, dong. Kalau hati yang sakit, gue masih bisa nahan dan tetap berusaha. Tapi kalo fisik, kalau hati gue ingin tapi fisik yang nggak memungkinkan gimana dong?”
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIKTA
Teen FictionHALO SEMUANYA!! SELAMAT MEMBACA CERITA TENTANG PRADIKTA & LALA. Dia Pradikta Sastra Ajuar. Satu nama yang begitu meluas diberbagai sekolah, termasuk SMA Naswara. Siapa yang tak mengenalnya, Pradikta Sastra Ajuar, ketua geng motor dari Gavior. Memili...