26. DIKTA KHAWATIR!

409 11 2
                                    

Lala berjalan dengan gontai. Sesudah pulang sekolah, ia menyempatkan diri untuk mampir ke salah-satu fotokopi. Ketika melewati jalan sepi, Lala hanya berjalan lurus tanpa memandang ke arah belakang. Ia hanya takut, ada orang asing yang mengintainya dari belakang.

Teringat kejadian, dirinya yang hendak dilecehkan oleh musuh dari orang yang ia suka itu. Membuat Lala sedikit terancam, namun anggota Gavior lainnya, selalu menjadi penyelamat baginya.

"Kejadiannya udah lewat, tapi rasa traumanya masih kerasa. Mana jalan disini, bikin overthinking!"


Lala menyesal, karena tidak menerima ajakan Mora dan Vania, yang mengajaknya pulang bersama. Sudah tau begini, ia lebih baik ikut pulang bersama kedua sahabatnya.

Ketika hendak menendang batu kerikil di depannya, Lala merasa tertarik dengan kencang. Ia berteriak Karena kaget, dan memejamkan matanya.

"Finally, Lo ketemu lagi sama gue! Gimana, Lo nggak kangen sama gue, udah lama loh kita nggak ketemu!"

Lala cepat-cepat membuka matanya, setelah mendengar suara tersebut. Ia refleks melangkah mundur, dan kini tubuhnya mentok pada sebuah dinding bangunan, yang kosong itu.

Perempuan itu menggeleng kuat, ingatan di mana Deno yang hampir melecehkannya, kembali lagi.

"Mau ngapain Lo narik gue kesini? Mau macem-macem sama gue, Lo nggak takut kalo Dikta bakal bunuh Lo setelah ini?"

Deno tertawa kuat, mendengar apa yang Lala katakan barusan.

"Gue, takut sama Dikta? Gue dipukul hampir mati aja sama dia, nggak juga bikin gue kapok!" Deno melangkah mendekat. "Dan hari ini, gue bakal bikin Lo tau, siapa gue sebenarnya!"

"Jangan sentuh gue, atau gue bakalan teriak!" Lala menepis kasar tangan Deno, yang ingin memegang bahunya. Sedangkan Deno, ia hanya tertawa simpul, dengan mata yang menyorot tajam.

"Teriak aja! Kalo bisa teriak sampe suara Lo habis!" ledek Deno.

"Nggak ada yang bakalan denger Lo, ini sepi dan- cuma ada kita berdua!" lanjutnya berbisik.

"LO JANGAN KURANG AJAR!" maki Lala, saat Deno mencengkram kedua bahunya, dan semakin menyudutkan dirinya ke dinding.

"Syuttt, diem La! Gue udah bilang berkali-kali sama Lo, nggak akan ada yang denger. Cuma kita berdua, mending Lo diem!"

"MAU LO APA SIH, ARGH!" Lala berteriak kencang, saat Deno dengan sengaja menghempas kedua bahunya ke dinding tersebut.

"Gue nggak mau apa-apa, cuma mau Lo Nerima gue dan berhenti ngejar Dikta. Dengan itu, gue nggak bakalan ngericuhin Lo lagi!"

Lala tertawa dengan perkataan Deno yang tak masuk akal. "Lo gila, heh? Ninggalin Dikta demi Nerima Lo? Sama aja gue ninggalin berlian demi batu jalanan kayak Lo!"

"KURANG AJAR!"

"BUAT APA SOPAN SAMA MANUSIA NGGAK ADA HATI KAYAK ELO!"

***

Warjok di belakang sekolah, sudah penuh dengan sekumpulan anak Gavior yang tengah bersantai. Mereka semua menyempatkan diri, untuk beristirahat, sesudah jam pelajaran berakhir. Dengan tubuh yang masih mengenakan seragam, mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

PRADIKTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang