Rumah Kita

465 35 1
                                    

Zoro sibuk mengangkat koper yang berisikan barang-barang Robin dari dalam mobil. Sedangkan wanita itu, ia melangkahkan kakinya memasuki rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya selama satu tahun kedepan.

Hari ini, Zoro dan Robin akan mulai pindah di rumah mereka sendiri. Kemarin setelah pesta, mereka berdua beristirahat di hotel yang telah dipesankan oleh Mihawk. Tidak ada yang terjadi semalam. Setelah pesta, keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing dan langsung tertidur karena lelah.

Robin memandangi rumah tersebut. Rumah tiga tingkat itu cukup besar dan elegan. Penggunaan cat berwarna putih dan terdapat sentuhan kayu, membuat penampilan luar rumah ini menjadi sangat indah. Karena penasaran, Robin pun berkeliling rumah meninggalkan Zoro yang saat ini masih sibuk mengurus barang-barangnya.

Di lantai satu, terdapat ruang tamu, ruang keluarga, dapur, powder room, dan juga kolam renang. Robin melangkahkan kakinya mulai dari ruang keluarga. Tampak televisi dan sofa berukuran besar terletak di tengah ruangan. Di dekat ruang keluarga, terdapat tangga yang menghubungkan dengan lantai dua.

Kemudian, di belakang ruang keluarga terdapat dapur bersih yang dilengkapi oleh kursi dan meja tinggi. Dari dapur, Robin dapat melihat pemandangan kearah kolam renang yang tampak tenang. Setelah berkeliling, Robin menemukan sebuah ruangan lagi yang berada di sudut dekat dengan kolam renang. Di dalam ruangan tersebut terdapat berbagai jenis alat olah raga dan juga alat angkat beban.

Setelah puas mengelilingi lantai satu, Robin menuju ke ruangan yang ada di lantai dua. Di lantai dua terdapat dua buah kamar yang memiliki kamar mandi pribadi, balkon yang mengarah ke kolam renang, sebuah ruang kerja dan juga sebuah area baca yang terletak diantara dua kamar tidur.

Robin menatap area membaca itu dengan minat. Dilengkapi dengan sofa yang menyatu dengan tembok, tempat tersebut memiliki rak dinding yang berisikan banyak sekali buku dan beberapa pajangan. Robin berpikir, tempat itu akan menjadi tempat yang nyaman untuknya bersantai nanti.

Selanjutnya, Robin pun naik ke lantai tiga. Di lantai tiga, terdapat sebuah jendela besar yang menghadap kearah jalan, kamar yang masih terlihat kosong, laundry area, dan juga balkon tertutup yang cukup luas. Di area balkon, terdapat beberapa kursi santai yang dilengkapi bantal dan juga terdapat sebuah meja billiard di tengah ruangan. Di sudut balkon, terdapat area alami yang ditanami beberapa jenis tanaman hias.

Setelah berkeliling di lantai tiga, Robin segera turun kebawah dan mendapati Zoro yang tengah memasukan barangnya ke dalam kamar.

"Dari mana aja? Gue kira lo ilang," ucap Zoro ketika melihat Robin yang sudah berdiri dihadapannya. Kini mereka berdua berada di dekat area baca yang tadi Robin sukai.

"Home tour," balas Robin singkat.

Merasa lelah, ia kemudian duduk di sofa yang terletak di area baca. Matanya menatap barisan buku dengan penuh minat. Sampai akhirnya, ia pun tertarik dengan sebuah foto yang terbingkai diantara buku-buku itu.

Melihat Robin yang tengah menatap foto tersebut, Zoro membuka suaranya, "Foto gue sama ortu pas masih kecil."

Mendengar ucapan Zoro, Robin menatap foto tersebut dengan lebih dekat. Tampak seorang anak laki-laki yang tengah digandeng oleh seorang wanita dewasa. Di sampingnya, terdapat seorang pria dewasa yang merangkul bahu wanita itu. Keduanya tersenyum lebar kearah kamera, sedangkan anak kecil itu, ia memasang wajah cemberut kearah kamera.

"Lo dari dulu mukanya emang udah ngeselin ya, Zor," komentar Robin ketika melihat wajah Zoro saat masih kecil.

Mendengarnya, Zoro tidak marah. Ia hanya memandangi foto tersebut sambil tersenyum kecil, "Kalo gue tau itu bakal jadi foto terakhir gue sama mereka, gue juga ga akan cemberut."

Ah sialan, mendengar Zoro berkata seperti itu, Robin kan menjadi tidak enak hati.

"Sori, gue ga maksud."

"Mereka ninggalin gue pas gue umur empat tahun. Setelahnya, gue diasuh sama kakek yang saat itu juga masih ngurusin Om Mihawk." Zoro masih menatap foto tersebut. sedangkan Robin, ia hanya diam mendengarkan perkataan suaminya itu.

"Waktu itu, Om Mihawk masih kuliah. Gue yang saat itu berusia 4 tahun akhirnya tinggal bareng sama dia dan kakek. Di tengah kesibukannya kuliah, om Mihawk sering banget nemenin gue main."

Zoro terdiam sejenak, namun ia segera melanjutkan ceritanya. "Dia sering ajak gue ke tempat hiburan, beliin mainan, dan kadang juga bantuin tugas sekolah gue. Pas gue umur 17 tahun, kakek akhirnya meninggal. Dan gue akhirnya diurus sama Om Mihawk sendiri sampai akhirnya gue bisa jadi kayak sekarang."

Mendengar cerita Zoro, Robin bingung ingin merespon seperti apa. Setelahnya, Robin pun menyadari bahwa selama hampir lima bulan kenal dengan pria itu, ia dan Zoro tidak pernah membahas hal pribadi mereka satu sama lain. Setiap mereka bertemu, mereka malah selalu sibuk berdebat.

Melihat Robin yang sedari tadi diam, Zoro pun teringat akan sesuatu, "Eh sori, jadi curhat."

Mendengarnya, Robin hanya tersenyum kecil, "Iya, gapapa."

Kemudian, keheningan pun menyelimuti mereka berdua beberapa saat.

"Dalam setahun, rumah ini bakal jadi rumah kita. Jadi, anggap aja kayak rumah sendiri," ucap Zoro.

"Rumah lo," sanggah Robin.

"Rumah lo juga. Emang lo mau kalo ditanya sama orang rumahnya dimana dan lo jawab di rumahnya Zoro?"

"Ya emang ini rumah lo kan."

"Kalo gitu kesannya lo emang numpang banget di rumah ini."

"Ya pada kenyataannya emang gue cuma numpang di rumah lo selama setahun."

"Inget, lo juga punya tanggung jawab buat ngurus rumah ini. Jadi, lo harus anggap rumah ini sebagai rumah lo. Biar lo ngeberesinnya ikhlas dari hati."

"Jadi, lo kira gue ga akan ikhlas buat ngurus rumah ini?"

"Gue ga bilang sih."

Sumpah. Baru beberapa menit menginjakkan kaki di rumah ini, Zoro sudah mengajaknya berdebat tidak penting.

"Terserah lo ajadeh, Zor. Gue mau beberes kamar dulu." Malas melanjutkan debat dengan Zoro, Robin pun berjalan memasuki kamar yang berada di sebelah kiri area baca. Melihat Robin menutup pintu kamar, Zoro pun sontak berseru kepadanya.

"Robin, lo salah kamar. Itu kamar gue."

Sialan. Entah kenapa ia merasa malu pada Zoro. Selanjutnya, Robin segera keluar dari kamar tersebut dengan tergesa dan segera menutup pintu kamarnya rapat.

Sedangkan Zoro, pria itu tertawa di depan pintu kamar istrinya.

***

(One Piece Zorobin FF) We Never Get Fu*king MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang