Mobil yang mereka kendarai kini telah berhenti di depan sebuah gereja yang terletak di tengah hamparan padang bunga. Setelah terparkir dengan sempurna, Robin keluar dari mobil dan melihat pemandangan dihadapannya dengan takjub. Ia melihat kearah Zoro yang saat ini telah berdiri disampingnya, ikut menikmati pemandangan itu.
"Wah, Zor, aku gak tau kalo ada tempat kayak gini di pinggir kota," ujar Robin masih melihat kearah hamparan bunga warna-warni itu. Gaun putihnya sedikit berkibar tertiup angin sejuk yang berhembus.
Setelah beberapa saat menikmati pemandangan, Zoro menolehkan wajahnya melihat kearah istrinya yang sedang menyampirkan helai rambutnya di balik telinga.
"Yuk."
Zoro mengambil tangan Robin dan menggenggamnya. Kemudian ia menariknya untuk berjalan mendekat kearah pintu gereja yang tertutup.
Dengan tiba-tiba Zoro menyerahkan seikat bunga kepada Robin. "Sebentar ya, Yang. Kamu tunggu sini dulu."
Belum sempat Robin mengiyakan ucapan suaminya, Zoro langsung pergi meninggalkan Robin yang tengah memandangi seikat bunga itu. Ia mendekatkan bunga tersebut kearah wajahnya dan menghirup aroma bunga yang masih segar seperti baru saja dipetik.
Setelah menunggu beberapa lama, Robin mulai merasa bingung. Ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan suaminya yang belum juga kembali. Saat ia hendak beranjak dari posisinya, tiba-tiba pintu gereja yang ada dihadapannya perlahan terbuka. Pandangannya disambut dengan dekorasi bunga yang menghiasi bagian dalam gereja yang membentuk sebuah altar.
Robin melihat keujung altar dan mendapati suaminya tengah berdiri di sana sambil memandang kearah Robin dengan senyuman hangat. Robin yang sempat terkejut kemudian membalas tatapan Zoro dengan senyum lebar. Perlahan, ia mulai melangkah sambil terus melihat kearah suaminya.
Ketika Robin sudah berada di sampingnya, Zoro mengambil tangan istrinya dan menggenggamnya. Keduanya pun kini berdiri berhadapan sambil memandangi satu sama lain.
"Nico Robin, aku berjanji untuk selalu setia kepadamu dalam suka maupun duka, di waktu sehat dan juga sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Aku pasti akan selalu mencintai dan juga menghormatimu sepanjang hidupku. Aku akan terus berusaha untuk menjadi suami yang dapat diandalkan dalam memberikanmu kebahagiaan dan segalanya yang kamu harapkan.
Aku akan selalu menjadi sahabatmu, sandaranmu, dan juga tempatmu untuk mencurahkan segala rasa yang ada pada hatimu. Aku akan selalu berusaha untuk menjadi penopang hidupmu dan memberikanmu kebahagiaan dengan segala upaya yang bisa kulakukan.
Aku juga berjanji untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak yang akan dipercayakan Tuhan kepada kita berdua dan akan mendidik mereka dengan penuh kasih sayang."
Mendengar ucapan Zoro barusan, sudut mata Robin mulai berair. Ia sangat tersentuh dengan segala janji yang telah diutarakan Zoro padanya.
Sambil terus berusaha tersenyum, ia bertekad untuk mengungkapkan segala yang ia rasakan pada Zoro hari ini.
Segala rasa yang dulunya belum dapat ia yakini, kini ia akan mengutarakannya pada Zoro dengan penuh keyakinan.
Segala hal yang dulunya masih diselimuti ragu, kini ia telah menemukan kepastian.
Hal yang dulunya ia anggap sebagai kenyamanan, kini ia telah menemukan jawabannya.
Jawaban, bahwa ia juga mencintai Zoro sepenuhnya.
Sebuah ungkapan cinta yang selama ini belum pernah terucap darinya, ia akan mengucapkannya sekarang.
"Roronoa Zoro... aku cinta sama kamu..." ucap Robin penuh kepastian yang membuat Zoro kini terselimuti oleh perasaan bahagia yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
(One Piece Zorobin FF) We Never Get Fu*king Married
FanfictionCerita tentang Zoro dan Robin yang tidak pernah tertarik dengan yang namanya pernikahan. Karena terpaksa dan pusing mendengar omongan orang lain mengenai pernikahan, keduanya pun menyetujui untuk menikah. Berjanji tidak untuk saling membenci dan men...