"Lo masih kecil, gue cuman gak mau lo dibohongin sama pria di luar sana. Lo tau sendiri banyak bajingan di luar sana. Gue... gue belum siap kalau lo punya pacar dan ninggalin kita" jelas pria yang masih bertahan di ceruk leher Shasa.
"Cuman lo Sha yang bisa gue andalkan" lirih Aliester.
--------
"Manusia selalu memiliki dua panggung berbeda, yaitu panggung depan yang dipenuhi dengan pengaturan kesan dan panggung belakang yang menunjukkan sisi kamu sebenarnya"
Shasa meninggalkan Aliester sendiri di Rooftop. Inilah yang membuat Shasa seringkali tidak dapat menolak permintaan pria itu. Tidak. Bahkan, Shasa tidak pernah menolak satu permintaan pun. Seolah, apa yang Aliester pinta adalah perintah baginya yang wajib dilakukan.
Apa ini hal wajar bagi seorang teman?
Entahlah Shasa sendiri tidak begitu memahami dirinya sendiri. Shasa hanya berusaha membuat semua orang bahagia apalagi ini menyangkut sahabatnya Maura dan Aliester temannya.
Tadi saat turun dari rooftop, Shasa berpapasan dengan Onel. Onel juga tak kalah pamornya dengan Aliester. Bedanya, tidak seperti Aliester yang bersikap dingin saat dengan yang lain. Onel justru sangat ramah dengan semua orang.
Keramahannya seringkali disalahartikan, sehingga sangat wajar bila banyak cewek yang mengejar pria itu menjadi salah paham. Dan berakhir menangis saat Onel dengan mudah mengatakan bahwa dirinya hanya menganggap mereka sebagai teman. Karena itu, jangan terkejut kalau banyak cewek menangis setelah pengakuan cintanya.
Bisa dibilang, Onel memiliki penggemar terbanyak kedua setelah Aliester. Walaupun ini masih asumsi Shasa, tapi peluang ketepatannya sangat besar. Kalau kalian bingung kenapa kedua, entahlah.
Shasa menduga bahwa siswi disini kebanyakan lebih menyukai vibes cowok cool seperti Aliester daripada cowok yang ramah atau bisa dibilang terlalu ramah. Tidak tahu saja mereka sikap asli Aliester yang manjanya tidak ketolongan.
Aliester adalah wujud nyata dari teori dramaturgi dari Erving Goffman. Ya, teori itu mengatakan bahwa ada dua panggung yang sedang dimainkan oleh sang aktor, yaitu front stage and backstage. Di panggung depan, sang aktor selalu melakukan pengaturan kesan oleh orang lain.
Itulah mengapa, ada istilah yang seringkali diucapkan oleh banyak orang "don't judge a book from the cover". Shasa mewajarkan hal itu, ini bukan soal kemunafikan, tetapi cara seseorang melakukan pengaturan kesan, sehingga orang lain memiliki kesan tentang diri kita sesuai dengan yang kita inginkan. Bukankah lebih menyenangkan menjadi seseorang yang tidak mudah terbaca.
Saat berpapasan dengan Onel di tangga, ada kalimat yang tiba-tiba terucap dari pria itu dan menganggu Shasa.
"Eh Sha lo disini, dari atas?"
"Iyaa"
"Berantem lagi mereka?" tanya Onel yang tepat sasaran. Ya, semuanya sudah tahu bahwa Shasa akan selalu hadir saat hubungan Aliester dan Maura tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF?
Teen Fictionif we never know each other, it will be different ending. Isn't right? Sebuah kisah tentang seorang perempuan yang harus terjebak dalam hubungan cinta segitiga. Bagaimana ketika tokoh utama justru menjadi orang ketiga dalam hubungan antara sahabat d...