"Gue gak suka lo nyentuh cowok lain!" ~Aliester~
"SHASA, BEHAVE!"
Setelah berteriak, Aliester segera melangkah cepat ke arah keduanya lalu mendorong tubuh Aldo.
Brukkk
Aliester juga telah menindih dan mau melayangkan tinjuan, tetapi Shasa lebih sigap menahan kepalan tangannya itu. Aliester dengan wajah yang geram itu juga terlihat tidak menyangka dengan sikap Shasa itu.
Brukkk
Dorong Shasa pada tubuh Aliester sehingga pria itu menyingkir dari atas tubuh Aldo. Aliester semakin dibuat terkejut saat Shasa justru dengan berani menghampiri Aldo dan membantunya untuk bangkit.
"Kak Aldo gapapa? Ada yang luka gak kak?" tanya Shasa yang begitu perhatian dengan menelisik ke seluruh tubuh Aldo untuk melihat siapa tahu ada bagian yang terluka.
"Seriously Shasa?" geram Aliester yang akhirnya mengangkat suaranya. Namun, perempuan yang disebut namanya itu justru bersikap seakan tidak ada Aliester disana.
"Kak Aldo, ayo ke uks aku anter!" ajak Shasa yang sudah menggandeng pergelangan tangan Aldo. Aliester yang melihat sentuhan tangan Shasa pada pria lain selain dirinya seketika tak bisa lagi menahan amarahnya. Pria itu mengepal kuat tangannya.
"Ah gue gak papa kok Sha, makasih ya udah khawatir" ucap Aldo dengan lembut dan senyumannya.
"Kak Aldo yakin gapapa?" tanya ulang Shasa.
Belum sempat menjawab itu, tiba-tiba sebuah tangan telah meninju pipi kiri Aldo.
BUGHHHH
"KAK ALDO" teriak Shasa yang terkejut dengan gerakan tiba-tiba Aliester itu. Saat Aliester kembali ingin menghampiri Aldo, Shasa lebih dulu pasang badan.
"ASHA ALLEANDRA, JANGAN BIKIN GUE SEMAKIN EMOSI YA, MINGGIR! GUE HABISIN TUH BRENGSEK!" geram Alister yang meneriaki Shasa tepat di depan wajahnya.
"Kak Aldo gak brengsek, lo yang brengsek!" bela Shasa.
"SHASA!"
"APA? GUE EMANG BENER, LO YANG BRENGSEK, BAJINGAN, KEPARAT!" teriak Shasa dengan pandangan berani seolah tidak ada ketakutan sama sekali di matanya.
"SEBRENGSEK APAPUN GUE, GUE GAK PERNAH YA CIUM LO SEMBARANGAN!"
"TERUS APA URUSANNYA SAMA LO HA?"
"TENTU ADA, LO PUNYA GUE"
"GUE BUKAN PUNYA LO ALIESTER. GUE CAPEK YA SAMA SIKAP LO YANG OVER INI. GUE PUNYA DIRI GUE SENDIRI, BAHKAN ORANGTUA GUE SENDIRI AJA GAK ADA HAK DALAM HIDUP GUE. DAN LO SIAPA? LO SIAPA SAMPAI NGECAP GUE SEBAGAI MILIK LO HA? LO TUHAN? LO CUMAN TEMEN"
"Whatever you've said, you belong to me!" respon Aliester dengan nada rendahnya kali ini.
Shasa menghela nafasnya dan tak mempedulikan omongan Aliester. Perempuan itu berbalik dan menghampiri kembali Aldo. Namun, tangan Aliester menahannya lebih dulu.
"Gue gak suka lo nyentuh cowok lain!" tegas Aliester dengan nada yang sangat menekan di setiap katanya. Bukannya takut, Shasa dengan keras menampik tangan Aliester itu.
"Denger Aliester! Gue bukan boneka yang bisa lo suruh-suruh seenaknya. Gue sadar sekarang kalau gue sangat bodoh. Dengan bodohnya, gue mau aja lo jadiin alat yang bisa lo pake kapan aja! Lo gak menghargai gue Aliester! Lo cuman temen gue, please lo stop ikut campur urusan gue. Gue capek harus ngurusin sikap kekanakan lo ini."
"Ayo kak Aldo, kita pergi dari sini!" ajak Shasa yang telah melingkarkan tangannya di pinggang Aldo.
"Berani lo pergi sama dia, lo akan tau konsekuensinya." ucapan Aliester itu membuat Shasa beserta Aldo menghentikan langkahnya.
"Lo gak lupa kan, siapa gue! Gue bisa dengan mudah mengeluarkan dia dari sekolah ini." ancam Aliester.
"Silahkan! Saat itu juga, gue juga keluar dari sekolah ini" balas Shasa yang semakin tidak memikirkam bahwa nasibnya sebenarnya kini bergantung pada Aliester. Benar, Shasa tidak benar-benar bermaksud seperti itu. Bisa habis dia sama orang tuanya saat tahu dirinya tak lagi bersekolah di Princeton.
Tetapi di satu sisi, Shasa juga lelah diatur-atur oleh Aliester. Pria itu bahkan tidak ada sedikit pun niat untuk meminta maaf pada dirinya atas perbuatan lancangnya memposting foto itu di sosial medianya.
Shasa tahu bahwa sikapnya ini termasuk childish, tetapi mau sampai kapan pria itu memperlakukan dirinya seenaknya. Shasa bahkan telah melakukan banyak kompromi jika menyangkut soal Aliester. Shasa hanya ingin agar dirinya tidak terlalu jatuh dalam perangkap Aliester, sang pengontrol handal itu.
Mendengar ucapan Shasa itu, Aliester semakin mengetatkan rahangnya, "Gue kasih lo satu kesempatan lagi Sha, lo pilih lepasin dia, balik ke gue, atau Nurex gak akan menerima lo lagi"
Respon Shasa justru melanjutkan langkahnya begitu saja. Aliester yang tak tahan lagi dengan sikap Shasa itu menghampiri langkah Shasa, dan menarik tangannya hingga Shasa yang tadinya memunggunginya kini menghadapnya.
"Kamu kenapa? Kalau aku ada salah, bilang! Jangan gini! Aku gak suka kamu bantah aku!"
"Lepasin gue!" ucap Shasa yang ingin melepas cengkraman Aliester pada tangannya.
"Bro, jangan kasar sama cewek!" ujar Aldo melihat perlakuan kasar Aliester itu.
"LO DIAM BANGSAT! JANGAN IKUT CAMPUR, GUE GAK ADA URUSAN SAMA LO"
"Aku maafin kamu kali ini, ayo ikut aku sekarang!" ucap Aliester yang langsung menarik pergi tangan Shasa, meski Shasa sudah berulang kali berusaha melepasnya. Namun, cengkraman tangan Aliester bukannya terlepas, justru semakin kuat. Tangan Shasa sampai kesakitan.
Aldo sendiri bahkan tak bisa ikut membantu Shasa sebab nasibnya ada di tangan Aliester. Aldo tidak bodoh untuk memahami arti tatapan Aliester itu padanya. Aldo bahkan merutuki dirinya sendiri dan merasa bersalah saat dirinya tak memiliki keberanian untuk menolong Shasa.
"ALIESTER LEPASIN!" pinta Shasa di sepanjang langkah kaki mereka.
"ALIESTER" teriak Shasa yang berhenti langkahnya sebelum menaik ke atas tangga. Hal itu membuat Aliester juga berhenti melangkah,
"Naik atau gue seret lo buat naik!" tegas Aliester.
"Mauraaaa" panggil Shasa dengan menatap ke atas seolah ada disana. Hal itu membuat Aliester menoleh. Dengan memanfaatkan hal itu, Shasa lalu berusaha kabur.
Aliester yang tahu bahwa dirinya telah dibodohi kembali menarik kerah belakang seragam Shasa dan membuat Shasa tidak jadi kabur.
"Mau pergi kemana lo?"
"NAIK! GUE HARUS BERSIHIN BEKAS COWOK LAIN DI BIBIR LO" tegas Aliester.
Mendengar itu, Shasa langsung memberontak hingga terlepaslah cengkraman tangan Aliester di seragamnya itu. Dengan keberanian yang muncul entah dari mana itu, Shasa menghadap Aliester. Perempuan itu maju sangat dekat dan berdiri hingga menatap tajam pria di hadapannya itu.
"Maksud lo apa? gue gak ciuman ya sama dia." ucap Shasa dengan wajah yang sangat emosi itu.
"Oh ya? Terus yang tadi apa? lo kira gue buta?" seru Aliester.
"Dia cuman bantuin tiupin mata gue kelilipan ya brengsek"
"ARGGHHHH"
"Terserah lo deh mau anggap gue apaan, gue benci sama lo sumpah!" amuk Shasa yang lebih kepada frustasi dengan sikap Aliester itu. Lalu, Shasa segera berlari meninggalkan Aliester begitu saja.
"Kucing gue kalau marah lucu juga ternyata" ucap Aliester dengan senyuman khasnya sambil memandang punggung perempuan yang pergi itu. Aliester tidak berniat mengejarnya lagi.
"Gue yang bakal dapet pertama lo, my kitty"
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF?
Teen Fictionif we never know each other, it will be different ending. Isn't right? Sebuah kisah tentang seorang perempuan yang harus terjebak dalam hubungan cinta segitiga. Bagaimana ketika tokoh utama justru menjadi orang ketiga dalam hubungan antara sahabat d...