"Ngomong-ngomong, Maura baru sadar, kok Maura bisa cium parfum Al ya di badan Shasa?"
Deg, sial pasti nempel pas Aliester peluk gue tadi...
-------------------
"Tidak ada salahnya berteman dengan kesepian"
~"Ah iya kah, Shasa kemarin barusan beli parfum baru. Emang mirip banget ya aromanya sama punya Aliester?" Shasa berbohong lagi dan berkelit agar Maura tidak salah paham. Sebab, bagaimanapun sangat aneh bukan ketika parfum pacar menempel di tubuh sahabat.
Siapa yang tidak bakal curiga, apalagi memang benar Aliester tadi memeluk Shasa. Meski pelukan itu tidak berarti apa-apa. Hanya sebatas pelukan antar teman.
"Iya sama, aromanya jadi mirip kalian. Gak bisa bedain deh Maura"
"Entar Shasa ganti lagi deh parfum. Kemarin, kebetulan Shasa beli karena diskonan. Eh Shasa gak tau kalau Aliester juga pake yang sama. Shasa gak pernah perhatiin wangi Aliester soalnya." Ujar Shasa. Siapapun tolong ingatkan Shasa untuk menyemprot parfumnya sendiri usai bertemu dengan Aliester. Tidak. Ingatkan Shasa untuk tidak membiarkan pria itu dengan seenaknya melakukan kontak fisik dengannya.
"Iya Shasa tenang aja, Maura gak masalah sih sebenarnya. Atau mungkin nanti Al ntar Maura suruh untuk ganti parfum biar gak samaan." Ucap Maura yang sebenarnya cukup bingung dengan penjelasan Shasa tentang diskon. Bukankah aneh kalau parfum yang dipakai Aliester itu memiliki diskon harga.
Sebab Maura tahu bahwa parfum Aliester adalah parfum mahal dan cenderung limited edition. Tapi Maura tidak ingin memikirkannya lebih dalam sebab bisa saja ada diskon untuk parfum, apalagi Maura tahu bahwa Shasa yang meskipun dari keluarga kaya, sahabatnya tidak akan menolak kalau ada diskon.
"Oh iya soal ide Shasa tadi, Maura bakal coba" lanjut Maura dengan tersenyum. Begitupula dengan Shasa. "Mampus, gue kerjain lo Al"
***
Bel sekolah telah berbunyi, semuanya berhamburan untuk kembali ke rumah. Maura dan Shasa pun segera membereskan barang mereka. Keduanya termasuk tipikal siswa yang tidak terburu-buru untuk pulang. Selain karena ekstrakulikuler, keduanya biasanya menyempatkan waktu untuk menongkrong dengan Nurex.
"Sayang" panggil Maura kepada Aliester di kooridor tepat di depan kelas. Ya, Aliester berniat untuk menjemput Maura. Aliester tersenyum mendengar sapaan pacarnya itu.
"Haiiii" sapa Aliester balik dan membalas pelukan Maura. Di balik punggung Maura, Aliester mengucapkan terima kasih tanpa suara dan mengedipkan matanya pada Shasa.
Tidak tau saja Aliester dengan rencananya. Shasa pun membalasnya dengan tersenyum.
"Widih tumben Bu Boss manis banget" goda Herjunot melihat Maura yang memanggil sayang pada Aliester di publik. Sebab, biasanya Maura sangat jual mahal. Tapi, godaan itu tidak mendapat tanggapan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF?
Teen Fictionif we never know each other, it will be different ending. Isn't right? Sebuah kisah tentang seorang perempuan yang harus terjebak dalam hubungan cinta segitiga. Bagaimana ketika tokoh utama justru menjadi orang ketiga dalam hubungan antara sahabat d...