"Jangan bilang pada siapapun soal kedekatan kita, Sha. Cukup kita berdua yang tau. Kamu ngerti kan!"
...
Setelah kejadian baikan antara Shasa dan Maura, semuanya kembali normal. Ralat, tak semuanya. Karena selama seminggu terakhir, ada satu hal perubahan besar yang semakin dirasakan oleh Shasa.
Tentu saja, hal yang dimaksud tak lepas dari sosok Aliester dalam hidupnya. Salah satu perubahan yang paling jelas pada dirinya adalah soal intensnya dirinya berkomunikasi dengan Aliester.
Mungkin, terlihat biasa saja jika seorang teman melakukan komunikasi satu sama lain. Namun, kali ini sangat berbeda.
Kalau sebelumnya Shasa dan Aliester hanya melakukan chat disaat-saat penting, kali ini Shasa harus menghubungi Aliester setiap apapun kegiatan yang ia lakukan.
Shasa sendiri tidak begitu memahami mengapa kebiasaan ini sekarang bisa muncul, tetapi percayalah rasa takutnya pada Aliester mau tidak mau membuat dirinya melakukannya.
Shasa bahkan tak mengetahui sejak kapan kebiasaan ini dimulai. Bagaimana tidak, membayangkan saja, sekarang setiap malam, Shasa selalu melakukan panggilan video bersama Aliester. Mengobrol apa saja hingga masing-masing mereka tertidur.
Suatu hari, Shasa sengaja tidak mengangkat panggilan cowok itu. Dan keesokan harinya, Aliester membentak dan memarahinya habis-habisan. Sebagai hukumannya, Shasa bahkan harus mengikuti kegiatan Aliester selama satu hari penuh.
Shasa merasa semua yang berhubungan dengan harmonisasi bersama Aliester kini semakin berada di luar kontrolnya. Aliester ibarat tak berhenti membuat keadaan dimana Shasa tak bisa menentangnya atau sekadar memberikan persetujuan.
Tentang bagaimana Aliester membuat Shasa memberikan kabar apapun soal dirinya. Soal semua kegiatannya, dari bangun pagi hingga tidur malam hari.
Shasa sampai akhir-akhir ini sering melamun, dan beberapa orang di sekitarnya menyadari hal itu terutama Maura.
"Apakah ada masalah ya?" tanya Maura yang sedari tadi memperhatikan sikap aneh Shasa di ruang studio itu. Ya, keduanya bersantai di ruang tersebut tanpa kehadiran Aliester dan lainnya. Hanya mereka berdua.
Alasannya, Aliester dan yang lainnya masih harus mengikuti latihan basket untuk turnamen berikutnya. Maura dan Shasa juga tidak ada keinginan untuk mendekati mereka, dan lebih memilih membaca buku mereka di ruang studio tersebut.
Shasa yang tersadar dari lamunannya seketika menaikkan mata dan menaikkan penanda kebingungan, "Kenapa Maura tanya gitu?"
"Habisnya, Shasa sadar gak sih, akhir-akhir ini Shasa sering melamun, jarang bicara sama Maura. Main sama kumpul sama yang lain juga sering gak ikut. Shasa sibuk apa sih akhir sebenarnya-akhir ini?" tanya Maura.
"Atau Shasa sudah bosan ya sama Maura?"
Shasa yang mendengar pertanyaan itu dengan tegas menggelengkan kepalanya, "Shasa minta maaf ya kalau sering gak fokus akhir-akhir ini, ini bukan salah Maura. Shasa yang salah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF?
Teen Fictionif we never know each other, it will be different ending. Isn't right? Sebuah kisah tentang seorang perempuan yang harus terjebak dalam hubungan cinta segitiga. Bagaimana ketika tokoh utama justru menjadi orang ketiga dalam hubungan antara sahabat d...