Teringat dengan kadar alkohol di dalam sistem tubuhnya malam itu, "Sial...gue harus periksa nanti"
--------------------
"Shasa, Behave!"
Shasa keluar dari kamar mandi itu. Sepanjang ia berjalan di koridor itu, Shasa memasang wajah dinginnya. Seluruh siswa Princeton terang-terangan membicarakan dirinya meski berbisik.
Shasa bisa mendengar semuanya...
Tetapi Shasa berusaha acuh. Ia tak peduli dengan semua mata yang memandangnya seolah dirinya menjadi sasaran empuk untuk dibicarakan.
Di depan pintu kelas, Shasa menghela nafasnya dan menyiapkan dirinya lalu masuk begitu saja. Kondisi kelas seketika berubah saat dirinya masuk di kelas itu. Dari yang semula ramai tiba-tiba menjadi sunyi. Semuanya siswa itu diam, tetapi berbeda dengan para siswa yang di koridor. Ya, seluruh teman kelasnya itu tidak berani membicarakan Shasa mengingat ada Aliester disini.
Maura yang telah duduk di bangkunya itu juga menatap ke arah Shasa. Tidak... tidak hanya Maura yang ada di situ, tetapi juga ada Aliester dan anggota Nurex lainnya. Apalagi, Aliester yang juga menatapnya sangat intens.
Shasa berjalan ke arah mereka, namun dengan ekspresinya yang sangat cuek. Bahkan, ia seolah menganggap bahwa keberadaan mereka nihil.
"Shasa gapapa?" tanya Maura yang tidak dijawab oleh Shasa. Shasa justru tak memberikan respon apapun seakan Maura itu tidak berbicara padanya. Hal itu membuat NUREX saling beradu tatap, mempertanyakan sikap cuek Shasa itu.
Tak berhenti di situ, Shasa bahkan mengambil tasnya dan pindah ke bangku deret belakang alih-alih di samping Maura. Lalu, perempuan itu juga memasang earphone di telinganya dan menenggelamkan wajahnya di meja. Sikap Shasa itu membuat wajah Maura murung dan sedih.
Aliester memandang Shasa dengan pandangan marah. Entah apa maksud amarahnya, antara pria itu tidak suka karena Shasa yang cuek pada pacarnya atau sikap Shasa yang duduk di belakang seakan ingin menjauh dari yang lain.
Herjunot mencoba memanggil nama Shasa, namun lebih dulu dihentikan oleh Onel. Aliester sendiri mengelus surai rambut pacarnya untuk menghibur agar Maura tidak terlalu bersedih dengan sikap Shasa.
Maura yang melihat itu pun langsung tak segan memeluk Aliester, "Emang Maura ada salah ya?" tanyanya dengan manja.
Aliester menggeleng dan kini mengelus punggung Maura, "Enggak kok. Mungkin Shasa lagi period makanya gitu ke kamu"
"Tapi sebelumnya Shasa gak pernah gitu?"
"Namanya orang kan gak bisa diprediksi sayang, kapanpun bisa berubah. Mungkin dia lagi capek, aku minta kamu tolong ngertiin dia ya!" pinta Aliester pada pacarnya itu dan langsung dijawab anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF?
Teen Fictionif we never know each other, it will be different ending. Isn't right? Sebuah kisah tentang seorang perempuan yang harus terjebak dalam hubungan cinta segitiga. Bagaimana ketika tokoh utama justru menjadi orang ketiga dalam hubungan antara sahabat d...