"Sejak kapan, Shasa deket sama kak Aldo? Apa mereka jangan-jangan lagi pdkt ya Al, tapi Shasa kok gak cerita sih ke Maura" ucap Maura yang semakin memicu amarah Aliester.
Pria itu tampak sangat ketara tidak suka saat melihat Shasa bermesraan dengan pria lain. Bahkan Aliester sudah mencengkram erat setir mobilnya seakan berusaha menahan amarahnya yang ingin meledak rasanya.
___________________
Happy reading <3
"Bodo amat sama penilaian orang, lagian we can't control what other think about us"
-----------Setelah lampu hijau menyala, motor Aldo melaju dengan cepat hingga Aliester tidak bisa mengetahui kemana perginya. Dilihat dari kejauhan, arah motor Aldo dan Aliester tidak sama. Aldo melaju lurus, sedangkan Aliester belok kiri.
Tujuan keduanya berbeda, meski sama-sama menuju mall. Namun, mall yang mereka tuju berbeda tempat. Ya benar, Shasa tadi memang menyarankan saran pada Maura untuk membawa Aliester berkencan dan belanja.
Shasa sangat memahami bahwa Aliester tidak akan segan mengeluarkan berapapun uangnya untuk membelanjakan Maura. Bukan hanya Maura, Shasa pun diperlakukan sama.
Shasa masih ingat bagaimana Aliester dengan mudahnya memberikan kalung perhiasan merek cartie* yang miliyaran harganya. Aliester memberikannya sebagai ucapan terima kasih karena Shasa membantunya berbaikan dengan Maura waktu itu.
Namun bukan itu poinnya, Shasa sangat memahami bahwa Aliester paling benci menemani cewek belanja dan jalan-jalan ke mall. Bagi Aliester, kegiatan itu hanya menghabiskan energi, membuang waktu, dan membosankan.
Aliester pernah menyampaikan pada dirinya bahwa pria itu lebih menyukai diam di dalam kamar, nonton, Netflix, and chilling. Namun, Shasa dengan sengaja menyarankan ide itu untuk mengerjai Aliester.
Membayangkan betapa kesalnya Aliester sekarang membuat Shasa tersenyum, "mampus gue kerjain, salah siapa perlakuin gue kayak anak kecil. Emang gue bocah apa"
Kebetulan, Shasa juga mengetahui bahwa Maura dari kemarin menginginkan untuk jalan-jalan. Berulang kali Maura mengajaknya, namun berakhir penolakan. Sebab, Shasa ada urusan. Akhir-akhir ini, Shasa memang sibuk bekerja menjadi barista di salah satu café yang cukup digandrungi anak muda.
Hal itu dilakukan Shasa diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun termasuk Maura, sahabatnya. Shasa tahu bahwa dirinya tidak kekurangan. Lahir dari keluarga kaya membuatnya tidak perlu memikirkan pengeluaran. Semuanya tinggal beli. Namun, prinsip Shasa tidak begitu.
Dari awal, Shasa memang gemar mencari uang. Entah itu dengan berjualan, menjadi model dadakan, atau fotografer. Ya, Shasa juga sesekali menerima pekerjaan itu. Shasa pun tidak malu sebenarnya dengan pekerjaannya, hanya saja ia memilih untuk memprivatisasi hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF?
Teen Fictionif we never know each other, it will be different ending. Isn't right? Sebuah kisah tentang seorang perempuan yang harus terjebak dalam hubungan cinta segitiga. Bagaimana ketika tokoh utama justru menjadi orang ketiga dalam hubungan antara sahabat d...