soups

1K 124 13
                                    


Sebenarnya, dia sudah bisa tebak tentang ini, dia bisa saja mengubah apa yang hari ini terjadi dengan kemungkinan yang lain, namun memutuskan untuk tidak berbuat apa-apa seakan pandangannya kelabu terhalang kabut nan kelam.

Dia duduk, bersandar pada jok mobil, sementara Johnny menyetir di sampingnya.

Dia kira, Johnny sendiri yang akan ajak Taeyong mengingat dia pun diajak Johnny untuk pergi hari ini, namun dia juga kira Johnng mungkin tidak ajak Taeyong dan minta dia yang notabene teman tinggal Taeyong untuk ajak Taeyong dalam perjalanan mereka hari ini.

Kira sekedar kira, dan dia termenung masih merasa bersalah.

Kenapa.

Kenapa dia tidak ajak Taeyong? Apa pertimbangannya? Apakah dia sepercaya itu kalau Johnny akan ajak Taeyong sendiri atau dia memang sengaja agar mereka hanya berdua?

Tapi, atas alasan apa dia ingin mereka menghabiskan waktu berdua saja sementara adanya Taeyong pun tidak akan mengganggu mereka—justru bawa warna baru yang membuka matanya, menyadarkan bahwa banyak hal yang belum sempat dia kenal.

Lepas dari itu, dia akui dia cukup jarang lihat Taeyong belakangan—dan bisakah dia sembunyi dari rasa bersalah setelah ingat nyaris tidak pernah saling sapa lagi dengan sahabatnya yang tengah disibukkan tugas?

Doyoung menghela nafasnya panjang.

"Taeyong ga akan marah." Begitu kata Johnny.

"Padahal, harusnya lo ngajakin Taeyong juga."

"Kenapa ga lo yang ngajak?"

"Gue kira lo uda ngajak duluan."

"Emang, kalo gue uda ngajak terus lo ngajak lagi, gabisa?"

Doyoung berdecak, dia pukul lengan Johnny kencang, "Berisik. Nyetir yang bener."

Dia dan Johnny berteman sudah dari lama, sejak SMA. Keduanya mendaftar di kampus yang sama dan ternyata diterima untuk melanjutkan studi bersama-sama lagi.

Hari dimana di bertemu dengan Taeyong sama sekali tidak mengubah pertemanan mereka. Tidak ada rasa risih sebelum penyesuaian, tidak ada rasa tidak nyaman, mereka terima Taeyong dengan tangan terbuka—terlebih Doyoung diselamatkan oleh Taeyong yang menawarkan tempat tinggal.

Awalnya, mereka memang sering kemana-mana bertiga, sampai akhirnya beberapa kali ada waktunya dia akan pergi dengan Johnny hanya berdua, dengan maupun tanpa pengetahuan Taeyong. Rasanya, seakan kembali mengingat persahabatan dimana hanya ada mereka berdua untuk satu sama lain.

Jalanan mulai ramai karena sudah masuk jam makan siang, beruntung mereka sudah sampai lokasi dan dapat tempat parkir.

Mereka duduk di pojok ruangan, dengan kursi sofa yang menjadi alas, lalu jendela yang terbuka menampilkan ramai suasana jalanan menjadi teman duduknya.

Selagi pesanan dibuatkan, Doyoung termenung menatap ke luar, menyapa sibuk orang yang hadir ditengah jam istirahat mereka dengan berbagai setelan baju yang dikenakan.

"Rame ya," gumamnya.

"Nanti, jadi sekalian mau mampir cari kado dulu?"

"Jadi," angguknya, "Oh, coba tolong tanyain Taeyong mau nitip ga."

Johnny meraih ponselnya dan melakukan apa yang Doyoung minta detik itu juga. Setelahnya, ditampilkan layar berisikan laman pesan antara si pemilik ponsel—Johnny—dengan Taeyong, dimana jawaban Taeyong adalah, 'Gausah. Gue uda beli.'

"Ok." Jadi, dia anggukkan kepalanya.

Taeyong sudah beli sendiri, ternyata.

Taeyong juga tahu ulang tahun Jaehyun—dari Jaehyun sendiri atau hasil cari tahunya? Mengingat Taeyong punya kemampuan mengorek informasi sampai ke yang paling dasar.

CUPID'S | JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang