go

1.2K 104 6
                                    

Oh, boring.

"Jo, bisa ga?"

Johnny sedang mampir, kini tengah bantu dia menyiapkan makanan yang Johnny beli.

"Bisa aja, si."

"Then. It's settled!" Taeyong lempar pandangannya pada Doyoung dan gadis itu menganggukkan kepala.

"Yaudah," Johnny berujar seraya kedikkan bahu, "Nanti berangakat satu mobil aja. Muat, kan?"

"Muat," sahut Taeyong, seraya membawa piring yang sudah tertata makanan untuk diletakkan di atas meja makan, "Kita bertiga ini doang kan?"

Johnny dan Doyoung saling tukar pandang, sebelum kemudian sama-sama alihkan ke arah yang berlawanan—dan, Taeyong tangkap semua itu jelas, sejelas-jelasnya.

Kenapa mereka saling buang pandangan dan kenapa kemudian pasang wajah seolah tidak ada yang terjadi barusan? Dua pasangan aneh di hadapannya ini hanya buat keningnya makin cepat tua.

"Ayo makan." Doyoung bubarkan canggung yang ada dengan suapkan Taeyong sepotong ayam, "Jo, mau cola. T, lo mau juga ga?"

Doa terbaik dari Taeyong untuk kedua sahabatnya yang masih belum menemukan jalan keluar untuk perasaan mereka masing-masing.

Rutinitas barunya adalah mampir ke apartemen Jaehyun. Biasanya, dia sempatkan untuk main ke Allo dulu, namun berhubung perencanaan liburannya dengan Johnny dan Doyoung memakam waktu lama, jadi kali ini dia langsung menuju tempat tinggal Jaehyun.

Meski, saat sampai parkiran, dia tertegun seraya memeluk setir. Badannya bersandar layu kedepan, matanya terpejam rapat sampai kening mengernyit hebat.

Bohong kalau dia bisa bersikap biasa saja setelah apa yang terjadi malam itu. Taeyong masih merasa malu, sesal, takut, tidak enak, gundah gulana penuh mengisi dada. Sesak, pikirannya berantakan, namun dia terlalu gengsi untuk akui hal ini mengganggu dia dan Jaehyun.

Jadi, sebelum keluar dari mobil, dia kumpulkan seluruh keberanian yang tersisa dan pasang tampang tebal agar tidak jadi beban pikiran untuk Jaehyun juga.

Meski, sebenarnya dia ragu, kuatkah dia untuk terus bertindak biasa saja beberapa lama kedepan.

Taeyong genggam tasnya kuat-kuat dan menuju pintu apartemen Jaehyun. Tepat kala si papan kayu putih yang begitu akrab matanya sapa.

Dia pencet bel pintu Jaehyun, lalu tanpa perlu menunggu lebih dari tiga detik, Jaehyun muncul di hadapan mata dengan celemek di badan, dengan sebelah tangan bersarung tangan, dengan senyum yang begitu riang menyambut kedatangannya.

"Come in."

Jaehyun bikin pizza.

Dapur lelaki itu lebih berantakan daripada biasanya dan kini Jaehyun tengah berjongkok di depan oven agar pastikan pizza bikinannya tidak gosong.

Taeyong menonton saja dari belakang, dia berdiri penuh penasaran, menanti Jaehyun untuk keluarkan olahan makanan buatan lelaki itu keluar sampai harum dari saus tomat yang terpanggang sempurna mengisi ruangan.

"Aku ambilin piring."

Jaehyun selalu— begitu pengertian.

Taeyong bisa rasakan hal ini Jaehyun lakukan karena sadar, mereka berdua sama-sama terpengaruh dengan apa yang malam itu terjadi.

Taeyong baru saja hendak balik badan dengan piring di tangan, namun badannya langsung di dekap dan kecupan lembut menyambar bibirnya. Pipinya dielus, bergesek dengan jempol Jaehyun yang terasa lebih kasar dari biasanya.

CUPID'S | JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang