task one

2.4K 173 9
                                    

Johnny mampir untuk makan malam.

Sebagai permintaan maaf karena ternyata, mereka berdua—Johnny dan Doyoung—memutuskan untuk main dulu sebelum pulang sampai jam makan malam tiba, jadi mereka beli makan malam untuk disantap bersama.

Sebenarnya, Taeyong juga tidak marah, mereka saja yang merasa bersalah. Mengenai makan malam yang dua sahabatnya beli, Taeyong juga ga nolak.

"Tadi di kampus sendirian dong?"

Oh.

Taeyong skip kelas hari ini.

"Iya, gitu deh."

Dia tenggak air dingin dari dispenser dalam satu nafas, sebelum dia letakkan gelasnya kasar di atas meja—yang mana sepertinya memberikan kesan yang salah untuk dua temannya.

"Sorry—" dia luruskan maksudnya, "Anyway, it wasn't a big deal, though. Gausa merasa bersalah karena kalian main berdua. Was it fun?"

Doyoung memeluk tubuhnya.

"Well," gadis itu menghembuskan nafas, "Lebih seru kalo ada Taeyong, sih."

"Apaan sih," kekeh Taeyong, "Kemana aja tadi?"

"Ga kemana-mana, sih. Main arcade game bentar, makan siang, pulang," tutur Doyoung merunuti kegiatannya hari ini.

Doyoung lepas dekapannya pada Taeyong, bersandar di sisi meja makan yang diatasnya sudah tertata rapi alat makan mereka. Johnny, diam-diam bergerak mempersiapkan hidangan yang sudah mereka beli sebelumnya.

Mungkin, karena tahu kalau menunggu Taeyong dan Doyoung yang bergerak, makan malam bisa jadi terlalu larut nantinya.

"Makan dulu."

Johnny dan Doyoung beli ayam goreng yang jadi perbincangan ramai belakangan ini. Enak, selama mengunyah Taeyong anggukkan kepalanya, meresapi bumbu yang menyerang indra pengecapnya.

Ah, sebenarnya, mengenai dinamika pertemanan mereka bertiga, yang paling cocok menghabiskan waktu lama dengan Taeyong karena referensi main yang serupa adalah Doyoung, yang paling cocok dengan Johnny karena preferensi main yang juga serupa adalah lagi-lagi, Doyoung.

Taeyong dan Johnny menyukai dua hal yang kontras berbeda dan hanya Doyoung yang bisa jadi perekat diantara mereka. Doyoung kaya akan ketertarikan, yang mana menjadikan dia asik untuk diajak kemana saja. Taeyong dan Johnny, sama-sama terlalu gampang untuk mengekspresikan apa yang mereka tidak suka, jadi kerap kali kalaupun mereka main bersama, biasanya kalau tidak karena nonton film, mereka akan pulang cepat karena isinya hanya makan bersama.

Tapi mereka akrab. Johnny punya perspektif dalam memandang sebuah masalah yang begitu berbeda dengan Taeyong, itu yang merekatkan mereka berdua. Jadi, Taeyong bisa memperkaya insight lewat ngobrol larut malam dengan bir di tangan.

"Kalo—" Taeyong buka pembicaraan, setelah dari tadi yang terdengar hanya suara mulut mengunyah makanan, "First date, lo sukanya apa?"

"Nanya siapa?"

"Kalian." Taeyong putar matanya malas.

Siapa lagi yang mau dia tanya dan untuk apa kalau bukan untuk lancarkan aksi mak comblangnya?

"Gue— apa ya? Paling, nonton?" pikir Doyoung, "Kalo Jo sih gas ngamar."

"Ga lah, lo pikir gue apaan," bantah Johnny—walaupun, ada benarnya juga, pernah kejadian satu kali, HAHA—dimana lelaki itu kemudian melirik sinis kearah si penebak, Doyoung.

"Piknik, dong. Biar yang diomongin banyak. Nonton doang bosen. Lo, kalo setelah nonton, ngerasa lebih deket ga? Engga, kan?"

"Eh, tapi jadi punya bahan ngobrol, terus jadi deket, deh," timpal Taeyong.

CUPID'S | JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang