first day

1.6K 123 17
                                    

Gila!

Rambutnya di kepang cantik, lengkap dengan hiasan jepit warna-warni yang kontras dengan warna rambutnya, sehingga dia merasa jadi manusia palinh mencolok sekarang.

Taeyong juga dapat beberapa belajaan, salah satunya baju yang kini tengah dia kenakan, sisanya masih terlipat rapi dalam tas belanja yang dia tenteng kemana-mana.

Lalu, Taeyong memutuskan singgah ke salah satu bar yang punya area outdoor cukup luas, dimana dia bisa dengan deburan ombak saling sahut dengan dentuman musik yang beradu kencang. Menyatu jadi satu memompa jantungnya berdegup lebih cepat—tapi, entah itu karena apa yang dia dengar semata, atau juga reaksi dari apa yang lidahnya sapa.

Minumannya ringan, cocktail segar mengisi dayanya yang dari tadi jalan-jalan, sambil menunggu dua temannya yang—katanya—mau nyusul.

Dia sudah cukup puas keliling sampai lemas, jadi sudah siap kalau setelah ini mood bagusnya yang sudah dia pompa tinggi-tinggi harus turun drastis.

Doyoung dan Johnny datang berdua, seakan kejadian sebelum senja menyapa tidak pernah ada. Mereka berjalan beriringan ke meja yang sudah dia tempati, ikut pesan minuman, dan seketika suasana jadi sepi.

"Kalian bener-bener, ya?" desis Taeyong, berbisik di bawah nafasnya, "Mesen makan juga, ga?"

"Gue udah makan tadi," kata Doyoung, "Lo mesen makan ga? Belum makan pasti."

"Gue udah jajan dari tadi. Kenyang banget."

Taeyong menepuk perutnya yang lebih berisi.

"Eh, baju lo ko bagus? Beli?"

"Iya, tadi di sana. Mau?"

"Mau!" Kali ini, dia bisa lihat Doyoung yang lesu dari tadi, punya semangat yang buat matanya berbinar manis.

"Mau- sekarang banget? Atau mau besok aja?"

"Besok aja kali ya? Biar lebih lega nyarinya."

Sekarang, rasanya mereka berinteraksi seakan Johnny tidak berada di seberang mereka. Lelaki itu duduk, diam, dengan mata memandang laut lepas—aneh, menyedihkan.

Bukan tipe Johnny yang dia kenal, sama sekali.

"Eh, gue mau ngerokok dulu. Kalian kalo pindah, kabarin ya?"

Atau mungkin, Johnny sedang menerka pesan tersirat dari Doyoung yang riang hanya ketika bicara dengannya.

Tepat saat Johnny bangkit dari tempat, suasana kembali muram, begitu juga Doyoung yang kemudian bersandar seakan baru saja lepas topeng yang begitu berat untuk dikenakan.

"I wasn't faking it, tho. Baju lo beneran bagus and I genuinely want it."

Kalau daritadi Taeyong minum cocktailnya teguk demi teguk, kini dia habiskan dalam satu nafas dan pesan tiga botol bir.

"Ok. Jadi?"






Hujan.

Taeyong belum pulang.

Sebenarnya, Doyoung masih belum terbiasa dengan apa yang ada. Semuanya masih terasa begitu tiba-tiba, berlalu dengan cepat, sementara dia masih kewalahan untuk mengitu alur ritme yang laju berjalan.

Dia seakan tengah duduk di pinggir jalan, menonton mobil yang saling kebut-kebutan lalu lalang. Angin menerobos tubuhnya, rambutnya jadi kusut berantakan.

Baru kemarin rasanya dia menyadari bahwa sedang suka dengan seseorang, hanya untuk mengetahui beberapa saat kemudian orang yang dia suka tidak memiliki rasa yang sama.

CUPID'S | JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang