1 minggu sudah berlalu, hubungan antara Zean dan Fiony masih sama. Mereka berdua masih dekat seperti biasanya. Sedangkan Chika, Dia benar-benar memegang omongannya sendiri. Dia benar-benar menghindar dari Zean. setiap kali Zean mengajaknya berbicara, wanita itu selalu saja punya seribu alasan untuk menghindari Zean. Zean belum mengetahui apa alasan Chika selalu menghindar dari dirinya. Karena Zean pikir, dirinya tidak mempunyai masalah dengan wanita itu.
Zean dan Fiony sekarang sudah berada didepan sekolahnya. Zean melihat kearah jam tangan, dia rasa masih ada waktu untuk menjemput Chika. Zean tidak berpikir terlebih dahulu, apakah Chika sudah berangkat lebih dulu darinya.
Setelah sampai dirumah Chika, Zean langsung turun dari motornya dan berjalan ke depan pintu rumah Chika. "Semoga aja belum berangkat" gumamnya, berharap Chika masih ada didalam rumahnya. Zean menekan tombol bell rumah Chika, untungnya Ibu dari Chika langsung membukakan pintu untuk dirinya.
"Pagi tante..." sapa Zean, dia juga menyalami tangan Aya.
"Eh, Zean. Pagi..."
"Ada perlu apa?" Aya bertanya pada Zean, maksud dari tujuan anak itu."Chikanya berangkat belum tan?"
"Oh, Chika hari ini izin nggak berangkat Zee"
"Kenapa tan, kalo boleh tau?"
"Chika demam Zee, dari malem suhu tubuhnya nggak turun-turun" ujar Aya gelisah, anaknya itu sedari malem suhu tubuhnya belum juga turun. Padahal Chika sudah meminum obat sepeti biasanya, kalo anak itu terkena demam.
"Boleh aku liat Chika nggak tante?"
"Ayo, masuk sini" Aya mempersilahkan Zean untuk masuk rumahnya.
Tok...Tok...Tok...
"Sayang, Mamah masuk ya" ujar Aya, ia langsung membuka pintu kamar anaknya, tanpa menunggu jawaban dari Chika.Chika masih terlelap dalam tidurnya dengan selimut yang menutupi tubuh dirinya. Di dahi Chika juga terdapat sebuah kompresan yang ibunya taruh sedari malam. "Udah coba ke dokter tan?" Zean bertanya pada Aya.
"Belum. tapi nanti kalo Chika udah bangun, tante bawa Chika periksa ke dokter"
"Ohiya Zean, kamu nggak pergi ke sekolah? Sebentar lagi, udah jam masuk loh" Aya bertanya perihal sekolah Zean. anak itu kenapa masih disini, padahal sebentar lagi memasuki jam masuk sekolah."Aku juga kayaknya Izin deh tan, mau bantu tante jagain Chika" ujar Zean dengan senyum malu, bisa-bisanya dia bolos sekolah demi menunggu Chika yang sedang sakit.
"Tapi nanti ibu kamu marah, nanti tante lagi yang kena marah ibu kamu. Udah sana sekolah aja" Aya memaksa Zean untuk pergi sekolah, dia tidak mau menjadi alasan anak itu ketika kena marah ibunya sendiri.
"Tenang aja tante, bunda aku baik kok. Kan ini juga bolosnya nggak yang buat macem-macem"
"Yaudah deh, terserah kamu. yang penting tante udah ingetin kamu buat pergi ke sekolah" ujar Aya mengalah, dirinya sudah memaksa anak itu untuk pergi ke sekolah saja. Namun anak itu tetap kekeh untuk berada dirumahnya. "Tante titip Chika dulu ya, tante mau bikinin Chika makan" ujar Aya.
"Tapi tante, emang tante percaya sama aku? Kalo aku apa-apain Chika gimana?" Jawab Zean memastikan, apakah tante Aya itu percaya dengan dirinya.
"Tante percayain sama kamu, kayaknya kamu nggak mungkin berani macem-macem sama anak tante"
"Udah ya, titip Chikanya." Aya pergi keluar kamar Chika, pintu kamar Chika juga dibiarkan terbuka. Supaya dirinya bisa mendengarkan suara dari dalam kamar tersebut, kalau Zean berbuat yang tidak-tidak.Setelah Mamah Aya pergi, Zean mendekat kearah tempat tidur Chika. Ia juga dengan berani, menempelkan tangannya pada dahi Chika. "Masih panas" gumamnya.
Zean mengambil tangan Chika untuk ia genggam, ia juga sedikit mengelus tangan Chika. "Chik, ini aku Zean. Aku udah izin kok sama Mamah kamu, jadi jangan heran ya kalo aku ada disini" Zean mengajak berbicara Chika, padahal wanita itu masih saja tertidur.
"Kamu kenapa bisa sakit, Kamu lagi ada yang dipikirin? Biasanya orang sakit itu lagi banyak pikiran loh"
"Zean..." lirih Chika membuka matanya, Chika terlihat lemah sekarang. Terlihat dari matanya yang begitu sayu menatap kearah Zean.
Mendengar suara Chika yang sudah terbangun, Zean langsung melepas genggaman tangannya. "Udah bangun Chik?" Ujar Zean, ia berusaha bersikap biasa saja. Padahal dalam hatinya sangat begitu malu, karena perbuatannya tadi.
"Kamu nggak sekolah?"
"Aku udah izin tadi"
"Kenapa?" Ujar Chika. Zean terlihat bingung dengan pertanyaan Chika. "Kenapa apa?" Jawab Zean
"Kenapa nggak sekolah?"
"Kan aku lagi jenguk kamu"
"Maaf ya. karea aku sakit, jadi kamu nggak pergi ke sekolah" Chika merasa tidak enak kepada Zean. Karena dirinya, Zean jadi tidak mengikuti pelajaran hari ini.
"Enggak lah. Ini bukan salah kamu, aku aja yang batu. Bukannya berangkat, malah ada disini" Zean tertawa dengan tingkahnya. Chika juga ikut tersenyum atas ucapan Zean barusan.
"Eh, Chika udah bangun. Ini makan dulu ya sayang, terus kita pergi periksa ke dokter" ujar Aya masuk ke dalam kamar anaknya dengan membawa nampan yang terdapat sebuah mangkuk berisi bubur diatasnya. Chika mengangguk, ia langsung mengambil posisi duduk. Zean juga membantu Chika untuk bangkit dari kasurnya.
"Suapin..." rengek Chika, aya pun menggelengkan kepalanya.
"Iya, mamah suapin kok"
"Ini nih Zean, Chika kalo lagi sakit manja banget sama ibunya" Aya memberikan fakta tersebut kepada Zean. Zean hanya tersenyum menanggapinya.Setelah Chika makan, Aya langsung mengganti baju. Karena mereka akan pergi ke dokter untuk memeriksa keadaan Chika. Zean sudah menunggu di depan, di teras rumah Chika.
"Ayo Zean, jadi ikut kan?" Tanya Aya pada Zean, memastikan apakah anak itu jadi ikut mengantar Chika pergi ke dokter.
Belum juga Zean menjawab, Chika lebih dulu menjawab pertanyaan mamahnya yang diberikan ke Zean. "Emang Zean ikut mah?" Ujar Chika.
"Iya aku ikut" jawab Zean. Lalu Mereka berjalan menuju mobil. "Biar aku aja yang nyetir tante, tante jaga Chika aja" ujar Zean menahan tangan Aya yang ingin membuka pintu mobil kemudi.
"Emang kamu bisa nyetir?" Tanya Aya, Zean pun mengangguk.
"Bisa tante..."
*
*
*
*
*
*
TBCTERIMAKASIH SUDAH MEMBACA 🙏🏼
TERIMAKASIH JUGA SUDAH VOTE 🙏🏼See U Next Chapter! 👋🏼
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Girl vs Cool Boy
Teen Fiction[CHIKZEE] [COMPLETED] orang dengan memiliki sifat seperti kulkas saja sudah membuat jengkel. Tapi, bagimana kalau kita menyatukan dua orang yang mempunyai sifat seperti kulkas itu? Sebenarnya mereka berdua adalah orang yang super cuek, orang-orang b...