Cool Girl vs Cool Boy - 0.

4.6K 213 21
                                    

10 tahun kemudian...

Saat ini, Chika baru saja pulang dari toko kue. Bukan, bukan karena Chika bekerja ditoko tersebut. Chika hanya membeli kue disana, karena hari ini adalah hari ibunya ulang tahun. Sebelum Chika pulang kerumahnya, dirinya singgah terlebih dahulu disebuah Caffe. Chika ingin bersantai saja, hari juga masih belum terlalu sore.

"Mas, kopi susu ya!"
"Sama croffel juga deh mas" setelah Chika memesan, dia pun tidak lupa untuk membayarnya terlebih dahulu. "Ditunggu saja ya Mbak!" Ujar barista tersebut. Chika pun berjalan kearah meja dan kursi yang tersedia disana, Chika memilih meja yang paling ujung. Mungkin agar dirinya lebih tenang disana.

"Ini buat meja mana?" Tanya seseorang pada baristanya. Dia baru saja keluar dari ruangan tempat para pegawai itu beristirahat.

"Itu Zee...buat meja itu" jawab barista tersebut. Orang itu pun melirik terlebih dahulu, pada pelanggan yang dimaksud barista itu. "Kok mirip Chika?" Ujarnya dalam hati. Iya, orang itu adalah Zean. Zean merupakan pemilik Caffe tersebut. Kenapa Zean mengantarkan pesanan pelanggannya? Padahalkan dia pemilik Caffenya?. Zean selalu begitu, padahal cabang Caffenya sudah cukup banyak. Tetapi dia masih ingin bekerja ditempat Caffe yang pertama kali dia bangun. Dan yang terpenting, Zean selalu meminta para pegawainya untuk tidak memakai embel-embel Bapak ataupun mas. Dirinya tidak suka dipanggil itu, cukup nama saja Zean akan menghargai para pegawainya.

Zean langsung memakai maskernya, agar wanita itu tidak mengenali dirinya. Zean mungkin masih belum siap, untuk bertemu Chika. Dan mungkin Chika juga.

"Ini mbak, selamat menikmati" ujar Zean. Ia menaruh secangkir kopi dan croffel di meja tersebut. Dia sama sekali tidak melihat Chika, matanya ia fokuskan pada meja saja. Tetapi Zean rasa, wanita tersebut tengah mengamati dirinya.

"Tunggu mas" Chika menahan pergerakan Zean yang ingin berbalik badan. Mungkin Chika juga merasa, dirinya mengenal orang tersebut. "Iya mbak?" Tanya Zean.

"Zean...kamu Zean kan?" Mampus. Padahal Zean sudah sebisa mungkin untuk bersikap seperti bukan dirinya. Ternyata hanya sia-sia saja, wanita tersebut tetap mengenali dirinya.

"Zean? Saya bukan Zean mbak..."

"Jangan bohong, kamu Zean kan. Iya kan?" Chika terus saja meyakinkan orang yang sedang dihadapannya tersebut. Namun Zean tetap mengelak, bahwa dirinya bukan orang yang wanita itu maksud.

Dengan berani, Chika membuka masker tersebut. Walaupun dirinya tau, perbuatan itu telah lancang.

Grep...

Chika memeluk orang tersebut. Selama putus darinya, Chika benar-benar tidak bisa melupakan orang yang telah membuat dirinya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Chika juga tidak melihat keberadaan Zean, setelah putus darinya. Zean benar-benar menghilang dari hidup Chika. Bahkan setelah putus dari Zean, Chika tidak mau keluar dari kamarnya selama 1 minggu. Dia benar-benar serapuh itu ditinggal oleh Zean.

"Hei, jangan nangis..." Zean menenangkan Chika, wanita itu sudah terisak dipelukan Zean.

"Hiks...Zean...kamu kemana aja? Aku kangen banget sama kamu"

"Udah ya, berhenti dulu nangisnya. Aku gamau liat kamu nangis kayak gini" ujar Zean. Chika pun melepas pelukannya dari Zean. Wanita itu segera menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya. "Duduk dulu yuk, nanti capek kalo berdiri terus." Zean menuntun Chika untuk duduk kembali pada kursinya.

"Gimana kabar kamu?" Zean terlebih dahulu menanyakan kabar Chika. Karena setelah putus, dirinya benar-benar tidak melihat Chika. Walaupun hanya 1 detik saja tidak.

"Kamu kemana aja Zean, aku kangen sama kamu" Zean tersenyum menanggapi jawaban Chika. Dirinya juga merasa bahwa wanita itu kangen dirinya. "Aku ada kok" balas Zean. Dirinya merasa, bahwa tidak perlu memberi tau Chika kemana dirinya setelah putus itu.

"Masih inget ga pesan aku waktu itu?" Chika mengangguk. Dirinya tidak mungkin melupakan momen sedih yang dirinya alami. "Apa coba?" Tanya Zean lagi.

"Aku harus bahagia..." ujar Chika.

"Udah bahagia sekarang?" Zean bertanya lagi pada Chika. Namun sangat disayangkan, Chika menggelengkan kepalanya untuk merespon pertanyaan Zean tersebut.

"Kenapa? Kok enggak bahagia? Kan aku udah ingetin sama kamu, kamu juga harus bahagia." Ujar Zean dengan lembut. Tangannya pun tak hanya diam, dia menggenggam tangan Chika. Ibu jari miliknya pun sedikit mengelus tangan milik Chika.

"Aku selalu inget kamu terus" jawab Chika dengan jujur. Dia benar-benar telah menutup hatinya bagi siapapun, dia masih berharap pada Zean.

"Udah ya, jangan terlalu berharap sama apa yang telah usai. Kita ga mungkin kembali seperti dulu Chik, itu ga mungkin"

"Kenapa?"

"Aku udah punya tunangan" ujar Zean.

Deg...

Hati Chika kembali hancur, setelah mendengar perkataan dari Zean. Sudah menunggu bertahun-tahun lamanya, tetapi itu hanya menyakiti dirinya saja. Chika pikir selama ini, Zean juga masih menunggu dirinya. Tapi kenyataannya, tidak sesuai apa yang Chika pikirkan. Kenapa dunia ini tidak adil bagi Chika? Padahal Chika sudah bahagia bertemu dengan pria yang selama ini dirinya tunggu. Tetapi malah mendapatkan kabar bahwa pria tersebut sudah mempunyai tunangan.

"Kamu jahat Zee..."

"Mau kemana?" Zean meraih lengan Chika, wanita itu hendak pergi keluar. Namun Chika hanya diam. "Tunggu ya, biar aku anter kamu pulang." Chika memberontak, menepis tangan Zean pada lengannya.

"Please Chik, untuk yang terakhir kalinya."
"Mau ya?" Chika masih terdiam, namun tidak lagi memberontak. Zean langsung pergi menuju ruangan miliknya, dia akan berganti baju dan mengambil kunci mobil miliknya.

"Ayo" ajak Zean, ia menggandeng tangan Chika untuk keluar dari Caffe tersebut. Zean membuka pintu mobilnya, mempersilahkan Chika untuk masuk. "Mobil kamu nanti aku suruh orang untuk bawa ke rumah kamu, sekarang pake mobil aku aja." Ujar Zean. Chika berjalan sedikit kearah pintu belakang mobil Zean. Dia lebih memilih untuk duduk dikursi belakang, daripada harus duduk bersebelahan bersama Zean.

"Huh..." Zean menghembuskan nafasnya kasar. Lagi-lagi dirinya membuat kecewa wanita tersebut.

Hatinya tak bisa berbohong, sebenarnya dirinya juga masih belum bisa melupakan Chika. Entahlah, dia hanya berpikir tidak bisa memulai hubungan lagi dengan wanita itu. Dirinya telah memberi banyak sekali luka pada Chika. Seharusnya pertemuan ini membuat Zean juga Chika bahagia, tetapi malah sebaliknya. Zean malah membuat kecewa wanita itu pada dirinya, untuk kesekian kalinya. Zean tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri, dia tak seharusnya berkata seperti itu.

Zean selalu melirik pada kaca kemudi, dia benar-benar kecewa atas perbuatannya pada Chika sekarang. Kenapa dirinya malah berkata seperti tadi? Bahkan perkataannya tidak sesuai dengan apa yang terjadi sekarang dalam hidupnya

"Maaf Chik..."

*

*

*

*

*

*
END

Btw, sorry ya. Part ini malah jauh dari kata baik, untuk ada di ending cerita. ini udah direvisi, dan gw berharap kalian masih mau kasih kritik untuk part ini. gw seneng kalian kasih kritikan untuk cerita gw ini. Setelah gw baca, memang jauh dari kata bagus untuk ada di ending cerita.
Maaf sekali lagi...

Ini benar-benar terakhir. Dan mungkin, tidak ada lanjutan dari cerita ini. Karena apa? Karena nanti kalo ada Cool Girl vs Cool Boy 2, ceritanya udah ga menarik lagi (menurut gw). takut ga sesuai sama ekspetasi kalian.

Kalian mungkin udah menganggap cerita ini bagus dan kalau pun ada kelanjutan, mungkin lebih seru. Ini yg gw tangkep dari beberapa komen yg minta dibuat cerita kelanjutannya.

Dan kalo gw bikin cerita kelanjutannya, tidak bisa mencapai ekspetasi kalian. Mungkin kalian akan kecewa. Maka dari itu, gw stop sampe disini aja.
gw berharap kalian ngerti sih, maksud dari gw ini hehe...

Izinkan saya mengucapkan salam perpisahan sekali lagi...

Sampai bertemu di cerita yg lainnya,
Bye! 👋🏼

Cool Girl vs Cool BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang