Part 6 || Marionette

123 16 4
                                    

*putar lagu untuk pengalaman membaca yang lebih baik

0 6
m a r i o n e t t e

Aku berlari di tengah kerumunan massa yang panik, berusaha menyelamatkan diri. Semua orang saling berteriak satu sama lain meninggalkan sanak saudara dan kerabat seperti kerasukan.

Suara bomb terdengar dari arah barat, timur, dan selatan. Kulihat seluruh bangunan hancur berkeping-keping dan api berkobar seperti monster neraka yang baru saja bangkit.

Mereka menggiring kita ke utara, mereka menggiring kita ke balai kota. Dimana ibu dan anak-anaknya saling diikat berdampingan, sementara para ayah sudah menjadi bangkai yang tergantung di antara kayu-kayu kokoh.

Sejauh mata memandang, aku tidak bisa menemukan harapan, —sebetulnya dimana semua orang yang kukenal? Napasku sengal, aku mati-matian berlari untuk tetap hidup.

Sempat kupikir sudah saatnya menyerah, sampai lagi-lagi ialah yang muncul. Wanita yang usianya kurang dari 40 tahun, rambutnya diikat rapi, dan matanya terlalu menenangkan di tengah keributan.

Ia mengulurkan tangannya ke arahku, seharusnya ia tetap berlari. Seharusnya ia tetap berlari. Seharusnya ia tetap berlari.

Seharusnya ia meninggalkan ku karena tepat 5 detik lagi, seseorang akan datang menarik rambutnya hingga terpental ke arah kobaran api.

'—MOM!'

21.30
Jeno's House

Lia tersentak bangun dari tidurnya. Mimpi buruk ke 378916x.

Sembari mengatur napas yang sengal, gadis itu berusaha menyadarkan diri, memahami situasi. Lirikan matanya memindai ruangan.

Masih dengan nuansa hitam-putih dan jendela kaca besar yang mengekspos hutan dikelilingi lampu berwarna orange kekuningan karena malam telah datang, namun interiornya berbeda dari kamar yang terakhir kali ia tempati.

Kepalanya pusing, pandangannya berputar-putar, dan ada perban baru di sekitar dahinya.

Lia ingat betul apa yang terjadi. Pria itu berusaha melaporkannya, lalu ia berusaha kabur, namun tertangkap, sempat ada perkelahian sampai akhirnya— disinilah dia sekarang.

Kemudian terdengar suara dua orang laki-laki dari arah luar kamar, yang satu mendominasi dengan argumen lantang, dan yang lain menginterupsi kecil-kecilan.

Lia mengambil langkah besar ke arah pintu setelah mendapati bahwa tas nya menghilang.

Lagi-lagi ruangan tersebut berantakan dibuatnya, padahal niatnya tak seburuk itu. Hanya mau mencari ransel.

Dengan sangat hati-hati, gadis tersebut membuka kenop pintu, berusaha tidak meninggalkan suara apapun.

Ini keberuntungan. Pintunya tidak dikunci, tidak membuat kegaduhan ketika ditutup kembali, dan ada pistol tergeletak di atas papan kayu dekat ruang makan.

Bentuknya aneh—

Bentuknya aneh—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
UPPERGROUND | jeno x lia (sci-fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang