Part 5 || Hit & Run

114 16 0
                                    

*putar lagu untuk pengalaman membaca yang lebih baik

0 5
h i t & r u n

15.34
Jeno's Mom Pavillion

Suara derap langkah terdengar dari dalam kamar. Lia bersiap, tangannya masih menggenggam paku sepanjang 10cm yang diambilnya dari kerangka sofa pada ruangan tersebut.

Giginya menggigit bibir bagian bawah, suara degup jantungnya gugup terdengar tidak teratur. Apa yang akan ia lakukan begitu pria itu memasuki ruangan?

'Gue bakal tanya sekali lagi, kalo tuh cowok tetep diem barangkali 5 detik aja, gue harus bertindak.'
'Tusuk maybe dibagian bawah dagu? atau leher kiri? gaperlu terlalu kejam, gue tusuk tangannya aja?'

Jeno membuka pintu yang hanya bisa dibuka dengan sidik jarinya, sudut bibirnya menarik seperti menahan senyuman. Dilihatnya tatapan tajam yang diberikan lia dari ujung ruangan bagaikan penampakan anak kucing mencari induknya
—bagi jeno.

"Abis cuci muka, ya?,"
"Gitu dong lebih seger."
Jeno tersenyum, tidak sumringah.

Raut wajah yang belum pernah dilihat lia sebelumnya, gadis itu merinding melihat dua sisi jeno yang saling bertolak belakang satu sama lain. Tadi pagi dia setajam pisau dapur rumah makan itali, tapi sore ini dia cukup—gentle.

Sial,
Lia berusaha menenangkan intuisi alam bawah sadarnya.

"I have to go!"
Lia akhirnya mengatakannya dengan sangat cepat. Sekedar informasi, jari jemarinya kini menempatkan paku pada posisi sempurna untuk menyerang.

"Well, i have to go too?"
Tukas jeno menjawab pertanyaan lia.

"Ini bukan rumah gue,"
"Gue mau balik, dan gue mau lo ikut gue."

"Ikut lo?—"
"Listen. Gue yakin lo orang baik, tapi gue gabisa ikut lo. Gue punya orang terdekat yang harus gue cari tahu keadaannya. I'm not gonna lie, you already know i'm from underground anyway."
"Why bother lock me up? Just forget that we've ever meet, gue gakan pernah ngebiarin resonance troops tau tentang lo nyelametin gue."

Jeno mendengarkan dengan seksama, alisnya bahkan sampai terangkat keatas. Dia kelihatan antusias, dan— turut prihatin?

"Lo emang orang yang selalu implusif kah? atau gimana?,"
Jeno bertanya, nadanya mengejek.

"Gue berani taruhan lo gapunya plan apa-apa sekarang. Asal tau aja, lo itu sekarang buronan, dicari warga, dicari resonance troops, everyone wants to catch you, dan lo adalah sasaran empuk."
"Lo mau cepet pergi dari sini karna masalah harga diri, trust issues, atau emang lo tipe yang sebodoh itu?,"

Lia diam, ia bisa merasakan aura manipulatif dari sorotan mata jeno. Sialnya semua yang dikatakannya adalah fakta, sejujurnya lia merasa risih sebagai subjek yang selalu menerima, ia juga tidak percaya jeno, dan —akhir akhir ini dia memang sebodoh itu. Kacau dalam mengambil keputusan, implusif tanpa rencana, dan lemah.

"Pasti semua tebakan gue bener?."

"Gak."
Secepat kilat lia menepisnya dengan kebohongan.

"Fine, sekarang saatnya gue balik. Sayang banget kalo lo gamau ikut, karna gue balik lewat mountain side. Tempat lo jatoh kemaren?,"
"Tapi karna lo gamau ikut so—,"

"Wait—" Lia menyela begitu cepat.
"Gue mau. Gue mau banget ikut—"
Gadis itu rasanya bisa melakukan apapun untuk bisa keluar dan melihat keadaan sekitar. Pit mereka berdekatan, jadi mungkin jisung jatuh di tempat yang tak terlalu jauh darinya.

UPPERGROUND | jeno x lia (sci-fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang