Part 09 || Break the Walls

124 15 2
                                    

*putar lagu untuk pengalaman membaca yang lebih baik

0 9
b r e a k t h e w a l l s

"Kamu pasti bisa jen."

Suaranya lirih banget, terlalu lirih sampe gue merasa samar, Sorot matanya tajam, dan dia nangis memohon-mohon. Rambutnya berantakan, pasti dia mati-matian berusaha tetep hidup. Gue merasa kaya ada yang melahap gue dari dalam. Gue ketakutan karna dia nyuruh gue masuk ke lemari yang dinding-dindingnya seolah mengikat tulang gue saking sempitnya.

 Gue ketakutan karna dia nyuruh gue masuk ke lemari yang dinding-dindingnya seolah mengikat tulang gue saking sempitnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Inget, orang itu bukan papa kamu."
"Sekarang kamu harus sembunyi disini, dan mama sembunyi disana. Mama janji kita akan cerita-cerita banyak setelah ini, tapi kamu juga harus janji—"
"Jangan pernah keluar dari dalem lemari, sebelum om taeil dateng. Oke?,"

Semakin dia ngomong, semakin gue merasa gak ada yang bisa gue lakuin.

Karena masih kecil, masih terlalu bodoh buat mencerna apa yang terjadi. Harusnya gue tau sejak awal kalau kepala divisi intel itu seorang monster. Harusnya gue tau dan mencoba membunuh ketika dia lengah, maksudnya siapa juga yang bisa memprediksi anak umur tiga belas tahun mungkin mampu membidik pria paruh baya pake senapan— ya yang tak lain adalah ayahnya sendiri.

Faktanya, gue sendiri yang menghentikan langkah gue untuk membunuh tuh orang. LEE DONGHAE— Bajingan.

"Jen— janji sama mama."
"Kamu stay disini, oke?"

"..."

"Jeno—"

"LEE JENO!"
"PROMISE ME—"

"Promise—me,"
"JANJI DULU."
"Janji sama mama"
"Demi tuhan jen— AYO JANJI."

Gue sayang mama, tapi gue mohon— please, diem anjing.

Keluar dari dalem kepala gue.
Keluar dari dalem kepala gue.
Keluar dari dalem kepala gue.

Terlalu gelap, gue sampe sesak, gue harus bangun. gue harus bangun— gue harus

bangun,

Jeno membuka matanya, memastikan dia sudah berada di dunia nyata. Tak terkurung mimpi yang selalu— selalu saja datang tepat ketika ia merasa semua akan baik-baik saja. Seolah mimpi tersebut mengingatkannya bahwa belum saatnya baginya untuk hidup tenang barangkali sebentar saja.

08.07
Jeno's Room

Tiba-tiba saja sudah pagi. Kenapa ya? malam itu rasanya seperti sepenggal kedipan mata ketika gatal lalu saat membuka mata, tiba-tiba langit sudah terang benderang menyambut hari baru. Aneh.

UPPERGROUND | jeno x lia (sci-fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang