Part 3 || Goes to

94 17 2
                                    

*putar lagu untuk pengalaman membaca yang lebih baik

0 3
g o e s t o

23:44
The Hangar, Arizona

Hari ini terasa sangat panjang. Semua yang tersisa berkumpul di The Hangar. Bandara kecil yang mengoperasikan dua jenis pesawat. Pesawat legal untuk terbang di sekitar kawasan underground, dan Pesawat ilegal yang digunakan sebagai bisnis penggelapan penumpang ke upperground.

Perjalanan? Harusnya lancar, hanya saja yang menjadi tantangan adalah bagaimana cara para penumpang gelap bertahan hidup di upperground, sarang dari para pasukan resonance.

Hangar biasa dijadikan tempat evakuasi oleh penduduk desa ketika grim menyerang, karna tempat itu sebagian besar dibuat oleh beton dan besi yang kuat.

Hangar biasa dijadikan tempat evakuasi oleh penduduk desa ketika grim menyerang, karna tempat itu sebagian besar dibuat oleh beton dan besi yang kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I can't sleep," Ucap jisung mengeluh.

"Oke."

"?? Oke?," Mata jisung menyipit heran.

"Mending lo tidur jie— selagi ada kesempatan."

"Uhm lia,"
Suara jisung menjadi parau, ia serius.
"Ayah— Did he really kill sir eunhyuk?." Jisung kini terdengar lengah.

Lia terdiam selama beberapa saat. Ia tak mampu menatap mata Jisung dan teringat kata-kata mutiara dari salah satu orang yang ia kenal.

'Kalo mau ngomong sesuatu yang sulit diomongin, jangan tatap mata orangnya. Usaha alihin pandangan lo. Itu bakal lebih mudah,' - Jaemin Na.

"Well— ini bukan pertama kalinya ayah ngebunuh seseorang kan, Jie?."

Lia mulai memberanikan diri menatap adiknya yang tak berhenti memegangi sebuah liontin di lehernya.

"Hey—"
"I'll keep you save, sembunyiin aja perasaan gelisah lo,"
Jisung tidak menjawab.

Kemudian Lia memeluk Jisung sambil menepuk dadanya sesekali. Berharap malam itu akan menjadi lebih tenang setelah badai menerpa.

05:13

Lia terbangun akibat mimpi buruk yang memang hampir setiap malam datang menghantuinya.

Mimpi yang sama, isinya hanya lari-lari di tengah kepungan asap tebal dan suara bomb menyertai. Sesekali ia terjatuh, sesekali ia terinjak kerumunan, sesekali ia melihat sosok ibunya mencoba meraih tangannya.

Lia melirik sebuah jam hologram yang menggantung di dekat pintu masuk. Rupanya sudah pagi.

'Ayah dimana?' ia bergumam dalam hati.

UPPERGROUND | jeno x lia (sci-fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang