*putar lagu untuk pengalaman membaca yang lebih baik
0 4
m e e t l e e06.32
Jeno's Mom Pavillion, The Mountain SideSemuanya gelap sampai pada akhirnya Lia membuka matanya, menemui dirinya terbaring di sebuah kamar nuansa hitam coklat, dengan jendela kaca besar menghias di sekitarnya.
Matanya berdecak, tubuhnya tidak mau mengikuti arah instruksi di dalam kepalanya. Lia masih merasa sangat pusing, dan kesakitan di area perut hingga kaki, tapi yang ingin ia lakukan saat ini adalah cepat pergi mencari Adik laki-lakinya.
Kepanikannya dipicu oleh rasa asing yang kuat, berikut hari pun sudah pagi. Demi tuhan ia sangat panik karena satu malam telah terlewati. Ia tidak percaya akan tumbang di pelukan laki-laki random yang baru saja ia temui di tengah hutan.
Membiarkan pikiran implusifnya menang, Lia turun dari tempat tidur. Mencoba mencari ranselnya, dan tentu jalan keluar dari tempat tersebut. Selangkah, dua langkah, ia lampaui, memasuki langkah ketiga—
BRUK!
Tubuhnya jatuh lemas diantara lantai marmer berwarna coklat kayu yang keras, dingin, dan menusuk.
'fuck'Tegar, Lia berusaha bangkit sambil terus memegangi luka di perutnya yang kini telah diperban rapi.
"Ngapain lo? Sujud?"
Suara parau mengintimidasi mengejutkan gadis yang masih tersungkur itu. Jeno datang tanpa mengetuk pintu, mendapati seorang wanita yang masih sakit jatuh lemah berada di posisi terbawah.Jari-Jari Lia mengatup berusaha mencengkram angin, bulunya bergidik, Lia ketakutan setelah mencoba menatap pria yang telah menolongnya itu.
Gue harus sopan, Gue harus bersikap normal, Gue harus stay alert, Gue harus stay alert, Gue harus stay alert, Gue harus—
Jeno mencengkram lengan Lia dengan kuat, satu tangannya yang lain memandu pinggul gadis itu untuk berdiri, dan sudut matanya memindai luka lia. Masih basah.
"Bandel."
Satu kata keluar dari mulut Jeno, membuat lia gugup dan merasa terhakimi.Jeno membopong tubuh lia kembali ke kasur, na'asnya gadis tersebut tidak menunjukkan tanda perlawanan. Harusnya ia melawan, karena jeno adalah jebakan gelap diantara paras rupawan.
Lia menelan ludah, ia menimbang kata-kata di dalam kepala sampai akhirnya—
"Sebelumnya— terima kasih banyak, udah nolong-gue. Tapi gue— harus pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
UPPERGROUND | jeno x lia (sci-fanfict)
Ficção CientíficaBerawal dari ambisi manusia, era 2081 diisi dengan awal dari kehancuran bumi. Mereka membangun planet baru (Upperground), dengan menerapkan kualifikasi tertentu, hanya mereka yang cerdas dan memenuhi kriteria sebagai manusia masa depan yang boleh ti...