Part 11 | Rabes (2)

115 15 2
                                    

*putar lagu untuk pengalaman membaca yang lebih baik

1 1
r a b e s  ( 2 )

Langit sore yang bagus. Semua terlalu menenangkan sampai ilusi tercipta begitu saja membuat semua orang berpikir mereka aman. Semua orang merasa cukup bahagia tanpa tahu bahwa mereka bisa lebih bahagia daripada ini.

Di balik pikiran yang berkecamuk, seorang gadis duduk terdiam di samping kursi kemudi yang diisi oleh pria berjaket kulit hitam. Bau rokok dan songkongan matanya tajam menatap jalanan yang makin gelap diterpa malam— tiap detik berlalu, lia merasa pria tersebut semakin misterius.

'Lee jeno.'
'Sejak kapan dia tau gue anaknya park yunho?,'
'Dan— kenapa dia diem aja?,'
'Kenapa gue ngerasa hidup dan mati gue ada ditangannya? Kenapa gue ngerasa kaya abis jual diri ke iblis? Kenapa— kenapa gue gak lari?,'

"Good job." Pujian jeno hampir membuat lia membanting kepalanya.

"Good job??,"
"Jen— one question,"
"Sejak kapan lo tau gue anaknya park yunho??"

"Sejak— sejak kapan gitu, lupa."
Jeno. Satu tangannya berada di kemudi setir, dan yang lainnya mengibas rambut santai, cenderung petentengan.

"Brengsek lo."
"Lo sadar gak sih apa yang lo lakuin? Mulai dari gak briefing apa-apa sama gue aja udah salah, lo tau gak seberapa bahayanya kejadian tadi??? Bukan cuma gue yang mungkin bakal mampus, tapi lo juga—"

"Wine yang enak apa dah?,"

"..."
"Wine?—"
"PSIKOPAT. JANGAN ALIHIN PEMBICARAAN DEH."

"—Lo mau apa?,"

"Gue mau lo jelasin alasan dibalik semua tindakan lo. Kenapa lo gak laporin gue? Lo kan tau gue anaknya park yunho?? Kita tau lo kapten faksi dan lo punya informasi penting yang bisa lo bagiin ke para dewan, tapi kenapa?— Kenapa dah jen?,"

"..."

"JAWAB ANJ—"

"Lia park— bakal lebih bagus kalo omongan lo disopanin dikit. Tuhan gak suka kata-kata kasar."
"Dan gue gak avail buat lo kata-katain jadi, kalo mau gue kasih penjelasan— lo harus cari cari lain."
"Please me."
"Makin lo rebel, makin gue tertantang buat tutup mulut."

Sudah lama lia tidak berusaha menahan sumpah serapah dalam hati, dan kini ia merasa terjebak diantara ketidakberdayaan yang paling dibencinya.

Hari ini kita selamat. Lia memang diminta masuk ke ruang dewan selama kurang lebih 45 menit tadi. Namun jeno tidak kehabisan akal menipu para dewan dengan rencana jahatnya, memicu perdebatan diantara para anggota lama terkait kepastian berjalannya faksi. Membuat keadaan selama beberapa saat menjadi gaduh, dan para dewan terpaksa melepaskan lia dari masa interogasi karena guncangan prasangka di dalam berjalannya rapat besar tersebut.

Satu hal pasti yang lia lakukan di dalam ruangan penuh besi itu,

—Sangkal, sangkal, sangkal.

Tepat seperti perintah jeno. Membual sedikit dengan sangkalan dan sisanya diisi dengan kejujuran.

Setidaknya tenanglah ia sampai akhirnya terbenak sesuatu dalam pikirannya.

UPPERGROUND | jeno x lia (sci-fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang