Ice dan Hali

632 73 4
                                    

Sepasang manik Ruby milik Halilintar dan sepasang manik biru milik Ice saling beradu.

Ice masih bersiap mengangkat busur panah beserta anak panahnya, membidik Hali tepat di arah jantung. Sedangkan Halilintar sendiri juga bersiap dengan pedang petirnya.

Namun mereka tak kunjung menyerang duluan satu sama lain. Baik Ice maupun Hali, mereka sama-sama menunggu siapa diantara mereka yang mau menyerang duluan.

Hingga kemudian, Ice tiba-tiba saja menurunkan busur panahnya. Meskipun tatapan matanya masih terlihat datar dan tak terbaca. Hal itu membuat Halilintar menatapnya bingung. Begitu juga dengan Reverse yang sama bingungnya.

Lalu Ice menunduk sambil berkata lirih. "Itu semua bukan kesalahanmu."

Halilintar menoleh ke arah Reverse. Mungkin saja Reverse mengerti apa maksud perkataan Ice. Akan tetapi Reverse hanya mengedikkan bahunya, sama-sama tidak tahu.

Dan Ice kembali menatap Halilintar tepat di matanya. Lalu kembali berucap, "kamu ingat? Itu semua bukan kesalahanmu."

Awalnya Hali masih tidak tahu apa maksud perkataan Ice. Hingga kemudian sekelebat ingatan kembali hadir, menciptakan rasa sakit yang berdenyut dalam kepala Hali.

Halilintar memegangi sisi kepala sambil meringis. Membawanya dalam ingatan ketika kebersamaan dengan Ice di masa lalu …

..
.

Semenjak saat itu, Ice dan Hali akhirnya jadi semakin akrab. Semua itu terjadi tanpa sepengetahuan Taufan maupun Gempa.

Hingga kedekatan mereka membuat Hali selalu menemani Ice berangkat sekolah maupun menjemput ketika jam pelajaran berakhir, bersama Blaze juga. Tapi tidak seperti Ice, hubungan persaudaraan Hali dan Blaze tampak jauh. Ketika ada Hali, Blaze yang suka berulah jadi diam dan suka terlihat bosan.

Hingga kemudian suatu ketika, Ice bercerita mengenai segala permasalahan di sekolahnya pada Halilintar.

Di sekolah, Ice adalah seorang anak yang cenderung pendiam, juga suka tiduran di kelas. Saat itu ada gerombolan bocah dari kelasnya yang suka membuat masalah. Biasanya mereka hanya mengincar anak cupu. Dan si cupu di kelas mereka saat itu sedang absen, maka Ice dijadikan sebagai penggantinya.

"Heh, tukang tidur!"
Ice baru saja mendudukkan diri di kursi mejanya yang terletak di pojok paling depan dekat jendela. Tiga bocah nakal datang mengurumuninya dengan tatapan ngejak gelud.

Ice hanya merespon datar. Anak-anak yang tampak pasif memang selalu jadi sasaran pembullyan. Dan Ice masuk dalam kriteria si anak pasif.

"Hm, ada apa?" Pada akhirnya Ice pun membalas saat melihat trio kampret itu tak beranjak darinya. Ice tidak takut dengan mereka.

"Kamu hobi tidur tapi nilainya bagus-bagus. Kami ingin meminjam buku PR-mu. Ayo berikan!" kata salah satu dari mereka sambil menggebrak mejanya.

Untungnya Blaze datang membantu Ice menghadapi mereka bertiga. Dan perkelahian malah berakhir dengan Blaze dan ketiga anak itu yang saling adu jotos.
..

Di suatu ruangan bk terasa begitu beku dan sesak. Gempa melirik sebelah kirinya. Melihat tampang kusut Blaze dengan luka biru benjol di sudut bibir. Di samping Blaze, ada Ice yang tampak menunduk.

Lalu hawa suram penuh dendam berasal dari sebelah kanannya. Tiga wanita bersama masing-masing anak mereka yang tidak kalah kusutnya dengan luka Blaze. Luka dan banyak benjolan menghiasi wajah tiga anak tersebut.

Gempa menghela napas lelah. Ia mendapatkan panggilan telepon dari pihak sekolah untuk datang karena ulah kedua adiknya yang katanya terlibat perkelahian. Seharusnya Taufan yang datang, namun Taufan malah sibuk dengan urusan entah apa. Sedangkan Hali tidak mendapatkan kabar karena tidak memegang ponsel. Orangnya juga sedang tidak ada di rumah dan juga sedang pergi entah kemana, Gempa tidak mau tau.

Dark DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang