Kehidupan Felix dan Hyunjin itu berbanding terbalik. Felix itu pintar, selalu menjadi yang terbaik di seluruh angkatan. Banyak yang menyukainya, selain karena sikapnya yang ramah terhadap semua orang, ia juga tak masalah saat seseorang meminta bantuannya.
Memiliki jantung yang lemah tak membuat Felix menyerah. Banyak dukungan yang ia dapat dari sisi internal maupun eksternal. Oma yang siap memberikan dan melakukan segala hal untuk Felix, Kak Minho yang sudah seolah seperti panglima perang yang setia untuk melindungi Felix, Papa yang selalu menunjukkan sisi sejatinya sebagai seorang Ayah.
Lantas Hyunjin?
Iya kok ... Mereka semua keluarga Hwang. Mereka sedarah, satu ibu, satu ayah.
Hanya saja, Hyunjin itu ... Bodoh dalam segala aspek, ia lemah dalam segala mata pelajaran. Jika terdapat seratus murid diseluruh angkatannya, mungkin ia mendapat peringkat ke 99.
Hal yang digemari Hyunjin mungkin juga hanya tidur dan bermain game. Eh- dia memiliki bakat menyanyi dan menulis lirik lagu. Ia hanya belum mendapat pengakuan untuk bakat terpendamnya itu.
Buktinya saat ini ia tengah sibuk menulis sesuatu diatas kertasnya. Duduk ditengah remang remang cahaya bulan diluar ditemani selembar kertas dan pena kesayangannya.
"Empat, lima." Ia berhitung, kemudian mendongakkan kepala menatap pintu didepannya yang dibuka secara brutal. Matanya menyipit merasakan silau, di depannya sudah berdiri Minho sembari menghembus napas kasar.
"Lo nggak bosen disini?"
Hyunjin segera berdiri, mengusap pantatnya yang kotor karena duduk diatas lantai dingin dan berdebu. Hyunjin sudah terbiasa. Sungguh, setiap kali terjadi sesuatu pada Felix, atau saat nilainya yang selalu dibawah KKM ketahuan oleh Oma. Ia akan dikurung di gudang belakang selama berjam-jam. Bisa sampai sehari jika Minho tidak datang untuk membukanya.
Minho sering menyuruhnya berhitung ketika ia dikurung disana dan merasa ketakutan, dan Minho selalu datang dihitungan Hyunjin yang ke lima.
Oma juga selalu menerapkan ini sejak dulu, saat Hyunjin masih kecil. Dari yang Hyunjin dengar saat Oma berbicara dengan Papa, katanya untuk melatih Hyunjin agar tidak menjadi anak nakal dan merenungi perbuatannya. Itulah saat Hyunjin menemukan bakatnya yang sebenarnya. Berbekal pensil dan kertas kosong.
"Ide Hyunjin selalu ngalir setiap kali disini."
"Setidaknya gunain waktu lo itu buat belajar, bukan malah nulis kaya gituan. Suara lo juga pas-pasan."
"Kak Minho kan nggak pernah denger Hyunjin nyanyi."
"Itu lebih baik Hyun, daripada tiap hari lo dikurung Oma disini. Lo tau sendiri Oma bener-bener benci lo ngelakuin ini-"
"Karena Hyunjin benci belajar makanya Hyunjin lebih milih nulis lagu."
"Lo pikir gue suka belajar?"
"Kak Minho walaupun nggak belajar, nilai Kak Minho selalu bagus, Felix juga gitu."
"Felix nilainya bagus karena dia rajin belajar. Lo juga harusnya gitu."
Hyunjin merotasikan bola matanya malas. Belajar belajar belajar, "Jadilah seperti Felix." ungkapan itu sering kali didengar oleh Hyunjin. Seolah seperti menjadi makanan sehari harinya, ada yang kurang jika Hyunjin tak mendengar kalimat tersebut.
Minho masih diam didepan pintu gudang, memperhatikan Hyunjin yang lebih dahulu pergi mendahuluinya. Anak itu berjalan dengan sedikit terpincang, setelah Minho teliti lagi kaki Hyunjin terluka dan mengeluarkan sedikit darah.
Meskipun Hyunjin tidak pernah menceritakan perlakuan kasar Oma. Minho selalu tau apa saja yang terjadi antara Oma dan Hyunjin.
"Oma ngapain sih ..."
cast ;
Hyunjin Hwang
Felix Hwang
Minho Hwang
Papi 💓🥺
Le il hwa as Oma
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Hyunjin
FanfictionSemesta selalu memaksanya untuk menjadi kuat, semesta selalu memaksanya untuk menjadi tembok kokoh untuk bisa melindungi dirinya sendiri. Namun pada akhirnya, tembok kokoh yang sudah dibangun sekian lamanya oleh Hyunjin hancur runtuh menyisakan puin...