Sembilan tahun yang lalu …"Mama?" Panggil Hyunjin lembut, ia saat ini sedang di pangku sang Mama di teras rumah Oma. Mereka datang berlibur ke rumah Oma beberapa hari yang lalu.
Hyunjin memainkan jari-jarinya menatap Felix dan Minho yang bermain di halaman rumah bersama Jinyoung dan Oma.
"Mama ngga perlu jadi pendonor buat Hyunjin." Jisoo tercengang mendengar penuturan Hyunjin barusan, bagaimana anak itu bisa tahu tentang hal ini?
Jisoo tersenyum kemudian menurunkan Hyunjin dan menarik tubuh Hyunjin untuk menghadapnya.
"Hyunjin minta maaf karena Hyunjin sakit, Mama jadi kayak gini. Mama ngga bole sampe sakit, Hyunjin ngga apa-apa sakit asal Mama sehat dan selalu sama Hyunjin."
"Kamu denger itu dari mana?"
"Kak Minho bilang kalo sampe Mama jadi pendonor buat Hyunjin, Mama bakal pergi."
"Jangan tinggalin Hyunjin."
Mata Jisoo mulai berkaca-kaca, ia segera menarik Hyunjin ke dalam pelukannya dan mengusap punggungnya lembut. Jinyoung yang asik bermain dengan Minho dan Felix rupanya diam-diam memperhatikan Jisoo dan Hyunjin.
Tak terasa sore hari pun tiba, pasangan suami istri itu rapi mengenakan baju senada.
"Kalian baik-baik ya sama Oma, jangan nakal." Tutur Jisoo.
"Kapan Mama sama Ayah pulang?" Tanya Felix.
"Nanti malam kayaknya udah pulang, tapi mungkin agak maleman jadi kalian langsung tidur aja ya?"
"Felix mau ikut, Felix ngga mau di sini."
"Kan ada Oma, ada Kak Minho, ada Hyunjin juga lho." Bujuk Oma.
"Yaudah kita berangkat dulu ya, Bun." Pamit Jisoo dan Jinyoung. Felix, Minho dan Hyunjin mengantar orang tua mereka sampai mereka menaiki mobil dan pergi meninggalkan pekarangan rumah.
Hyunjin berjongkok di ambang pintu dengan wajah pucatnya. Oma yang melihatnya segera menarik tangan Hyunjin berdiri.
"Ayo ke kamar, jangan di sini. Sekalian minum obatnya ya?" Oma menuntun Hyunjin lembut memasuki kamarnya.
"Kalo Ayah sama Mama kenapa-napa gimana?"
"Mama sama Ayah cuma pergi sebentar, udah mending Hyunjin minum obat terus langsung tidur selagi nunggu Mama sama Ayah pulang." Bujuk Oma, Hyunjin akhirnya mengangguk dan menurut untuk segera meminum obatnya kemudian tidur.
Namun di tengah malam, Hyunjin terbangun karena mual bahkan bolak-balik ke kamar mandi. Anak itu lemas hingga terjatuh, beruntung Minho terbangun dari tidurnya karena mendengar suara Hyunjin yang cukup bising.
"Hyunjin!"
Minho memangku kepala Hyunjin, menepuk pipinya beberapa kali. Keringat mengucur deras dari kening Hyunjin, napasnya terdengar sangat berat, wajahnya pucat pasi.
"Kak …" Lirih Hyunjin hampir tak terdengar.
"OMA! OMA!" Panik Minho melihat Hyunjin yang perlahan menutup matanya.
"Hyunjin!"
"Hyunjin!"
"HYUNJIN!" Minho terbangun dari tidurnya, matanya menatap langit-langit rumah bercat putih. Ia kemudian mengubah posisinya menjadi duduk dan melihat Chris asik dengan laptopnya, barulah Minho menyadari jika ia masih di ruang tamu rumah Chris satu hari setelah Hyunjin meneleponnya.
"Udah bangun?" Tanya Chris menoleh Minho sekilas.
Minho tak menjawab, ia memijit pelipisnya karena kepalanya sedikit pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Hyunjin
FanfictionSemesta selalu memaksanya untuk menjadi kuat, semesta selalu memaksanya untuk menjadi tembok kokoh untuk bisa melindungi dirinya sendiri. Namun pada akhirnya, tembok kokoh yang sudah dibangun sekian lamanya oleh Hyunjin hancur runtuh menyisakan puin...