"Sejak tadi Oma ngga liat anak sialan itu, anak itu beneran ngga akan pulang? Baguslah, beban kamu pasti juga akan berkurang." ucap Oma di saat mereka sedang sarapan bersama.
Jinyoung tak menanggapi, ia fokus memakan sarapannya dengan lahap.
"Felix, hari ini nanti kamu ada jadwal kontrol. Dijaga yang baik kesehatannya."
"Hah? Iya?" angguk Felix kikuk.
Minho yang melihatnya pun menyadari gerak-gerik aneh Felix, mereka sudah hidup bertahun-tahun bersama, tentu saja Minho mengerti bagaimana tabiat Felix saat anak itu sedang menyembunyikan sesuatu.
"Ikut gua." ucap Minho datar.
"Felix belum selesai makan, mau kamu ajak kemana?" ucap Oma.
"Cuma sebentar."
Tiba di halaman belakang Minho menatap Felix mengintimidasi. "Jelasin."
Felix menghela napas panjang tanpa menatap Minho, ia menjelaskan dengan pelan kejadian semalam.
"Ayah … mau ngebunuh Hyunjin?"
"Gua juga ngga percaya Kak, gua juga bingung mau ngapain."
"Terus di mana Hyunjin sekarang?" Tanya Minho yang di jawab gelengan oleh Felix.
"Dia pergi ngga tau ke mana, Ayah pun keliatan ngga peduli. Gua juga ngga bisa apa-apa, Hyunjin akhir-akhir ini juga keliatan aneh, kayak bukan Hyunjin yang selama ini gua kenal."
"Lo bisa hubungin temennya? Nanya-nanya tentang Hyunjin gitu? Oma bakal bener-bener marah besar bahkan bisa ngusir Hyunjin kalo sampe malem ini dia ngga pulang."
"Hyunjin ngga punya temen." Felix berkacak pinggang dengan wajah serius, seolah sedang menyusun siasat.
"Satu pun ngga ada?"
"Kak, lo tau sendiri Hyunjin kayak gimana. Anak itu ngga pintar, bahkan ngga pintar bergaul, dari yang gua denger Hyunjin juga digangguin sama Jeno."
"Dia dibully?" Felix mengangguk ragu.
"Terus lo diem aja?"
"Keadaan gua kayak gini gimana gua mau nolongin Hyunjin, yang ada gua juga ikut diganggu sama Jeno."
"Lo ngga bilang sama Ayah? atau bilang sama Guru?"
"Lo pikir gua diem aja? Gua udah berkali-kali bilang sama Ayah, dan Ayah keliatan ngga peduli, rapor kenaikan kelas tahun kemaren aja Ayah ngga mau ngambil, Oma pun jangan ditanya. Guru? Kak lo ngga tau Jeno itu siapa? Dia anak saingan bisnis Ayah, dia juga calon perdana menteri saingan Ayah nanti."
"Tetep aja kita ngga boleh diem aja," ucap Minho bimbang.
"Ada satu lagi, Hyunjin kemarin buat masalah besar yang buat Ayah akhirnya semarah itu. Kemarin malem jam 11 Hyunjin sebenernya berantem sama Jeno, anak buah Ayah Jeno ngga sengaja ngefoto waktu Hyunjin lagi mukul Jeno. Kalo ini kesebar, bakal beredar Anak Calon Perdana Menteri melakukan Perundungan dan Kekerasan. Dan Ayah pun bakal kena dampaknya, usahanya buat mencalon pun bakal gagal total."
Minho mengusap rambutnya ke belakang, mondar-mandir sambil berpikir keras.
"Emangnya ngga ada CCTV di sekolah? Buat ngebuktiin kalo sebenernya Jeno yang mulai duluan?"
Felix membentuk huruf X dengan kedua lengannya. "Mereka biasanya ngeganggu anak-anak di ruang veritas, di ruangan itu ngga ada CCTV satupun."
"Ruang veritas?"
"Gua juga ngga tau buat apa pihak sekolah buat ruangan kayak gitu, bahkan ruangan itu khusus buat Jeno sama temen-temennya. Jadi ngga ada yang bisa masuk selain mereka, atau mereka sendiri yang ngundang buat masuk ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Hyunjin
FanfictionSemesta selalu memaksanya untuk menjadi kuat, semesta selalu memaksanya untuk menjadi tembok kokoh untuk bisa melindungi dirinya sendiri. Namun pada akhirnya, tembok kokoh yang sudah dibangun sekian lamanya oleh Hyunjin hancur runtuh menyisakan puin...