Detik jarum jam terdengar di kamar Hyunjin, anak itu duduk menyender di balik pintu dengan tatapan kosong. Darah di keningnya pun sudah mengering. Tapi tangannya sejak tadi gemetar.Hyunjin mengangkat dan memperhatikan tangannya, ia kemudian mengusap kasar pipinya yang sejak tadi mengeluarkan air mata.
Bunyi knop pintu terdengar, Hyunjin pun mundur dari posisinya dan melihat Ayahnya yang membuka pintu kamarnya.
Jinyoung yang ingin bicara langsung mengatupkan bibirnya lagi saat melihat raut wajah ketakutan Hyunjin begitu melihatnya.
"Hyunjin."
Hyunjin menyeret tubuhnya ke belakang, sampai punggungnya menabrak lemari.
Perhatian Jinyoung teralih pada tangan Hyunjin yang menggenggam sebuah cutter hingga tangannya mengeluarkan darah. Ia pun langsung menarik tangan Hyunjin dan melemparkan cutternya asal.
"Kamu ini ngapain?!" setelah Jinyoung membentaknya seperti itu, Hyunjin baru berani menatap Ayahnya.
"A,Ayah? Sejak kapan Ayah di sini?"
Jinyoung menelan salivanya susah payah sembari menatap anak tengahnya.
"S,Soal tadi Hyunjin minta maaf, Hyunjin ngga sadar kenapa Hyunjin bisa ngomong kayak gitu."
Jinyoung merogoh saku celananya mengambil sebuah sapu tangan, ia melilitkannya pada tangan Hyunjin tanpa ekspresi.
"Jadi kamu udah tau kesalahan kamu."
Hyunjin mengeraskan rahangnya kemudian berdiri. "Kalo Ayah ngga ada keperluan lagi, mending Ayah keluar."
"Luka ka-"
"Jangan mendadak sok peduli, Ayah bisa bersikap kayak biasanya."
Jinyoung mengangguk dengan wajah angkuhnya, ia keluar dari kamar Hyunjin tak lupa menutup pintunya.
-o0o-
Sinar matahari memaksa masuk ke dalam kamar Hyunjin melalui celah-celah kamarnya. Anak itu tidur terlentang dengan kertas berserakan di lantai.Hyunjin memegang kepalanya kemudian merubah posisinya menjadi duduk.
Matanya membulat sempurna ketika melihat kertas yang sudah tersobek-sobek di lantai. Ia memungutinya dengan dengan wajah terkejut sekaligus sedih.
"Padahal butuh waktu berminggu-minggu buat lirik ini." Gumamnya memandang kertas berisi lirik-lirik lagu yang sudah dibuatnya selama ini.
Begitu melihat jam yang hampir menunjukkan pukul tujuh ia langsung buru-buru berdiri membersihkan diri. Anak itu menyambar tasnya kemudian berlari menuju pintu utama namun dihalangi oleh Oma.
"A,Ada apa?"
Oma memandangnya nyalang dengan tangan bersedekap dada. "Tidak ada sekolah hari ini."
"M,Maksudnya?"
"Tidak ada sekolah hari ini, tidak ada makan hari ini, kamu harus melakukan pekerjaan yang kemarin belum kamu selesaikan."
"Hyunjin bisa ngelakuin itu semua kalo pulang sekolah."
"Tapi saya maunya sekarang."
"Oma, Hyunjin udah ngga berangkat empat hari. Hyunjin bisa ketinggalan banyak pelajaran."
"Memangnya itu urusan saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Hyunjin
FanfictionSemesta selalu memaksanya untuk menjadi kuat, semesta selalu memaksanya untuk menjadi tembok kokoh untuk bisa melindungi dirinya sendiri. Namun pada akhirnya, tembok kokoh yang sudah dibangun sekian lamanya oleh Hyunjin hancur runtuh menyisakan puin...