Hyunjin duduk sebentar di pinggir jalan sembari mengusap peluh di dahinya. Seharian ini sudah mengantar hampir 25 pesanan makanan dari rumah ke rumah. Sorot mata teduhnya menatap ke arah sepasang keluarga tengah bercanda ria memasuki mobilnya. Huh, Hyunjin jadi merindukan momennya dengan keluarganya dahulu, sekarang yang bisa ia lakukan hanya menerima nasib dan menjalaninya dengan segenap hati.
Hari-hari ia bekerja part time di sebuah restoran, tidak setiap hari karena Oma pasti akan marah jika ia tidak ikut serta membersihkan rumah. Pekerjaannya ia lakukan bukan semata-mata untuk menambah uang saku, Oma hanya menjatahnya hanya untuk biaya sekolahnya, selebihnya ia tidak di beri apapun.
"Loh pesanan saya kok jadi rusak kayak gini! Gimana sih! Saya ngga mau bayar kalo gini!"
"Rusak gimana Pak? Ordernya juga bener kan Pak? Tadi di chat-"
"Alah! Ngga urusan, saya ngga mau bayar!"
"Loh! Pak! Pak! Mohon di cek ulang Pak, kalo gini saya rugi!"
Hyunjin menghela napas sesaat setelah pintu di banting dengan keras di hadapannya, tidak ada yang bisa ia lakukan selain berjalan menenteng makanan lain melewati setiap koridor apartemen.
Tangannya mengetuk pelan pintu di hadapannya, terpampanglah seorang pemuda yang sepertinya seumuran dengannya.
"Pesanannya tiga ya. Duh, bentar Mas." sosok itu masuk ke dalam, berbincang dengan seorang pemuda yang terlihat lebih tua darinya kemudian menghampirinya lagi.
"Ini Mas uangnya, ini saya harusnya pesen dua tapi malah kelebihan satu, yang satu lagi buat Masnya aja."
"Loh?"
"Udah terima aja Mas, nggak papa." sosok di belakang menyahut sembari tersenyum manis.
Hyunjin akhirnya membungkukkan tubuhnya dan berterimakasih berkali-kali, ia akhirnya pergi dari apartemen itu dengan wajah berseri-seri bahagia.
Ia mengendarai motornya menuju tempatnya bekerja, Jung's Chicken namanya. Sebuah restoran yang juga menggunakan sistem delivery untuk order makanan.
"Tante, udah semua."
Hyunjin mendaratkan bokongnya di sebuah kursi, sembari meletakkan kunci motor di atas meja.
"Loh cepet banget udah selesai?" itu Tante Mina, yang baru saja melepaskan apronnya dan membalikkan papan buka menjadi tutup.
"Iya, tapi tadi ada satu pelanggan yang ngga mau bayar Tante. Katanya ngga sesuai pesanan, tapi pas Hyunjin cek lagi udah bener kok. Hyunjin ngga bisa apa-apa soalnya ngga berani."
"Siapa yang pesen? Alamatnya dimana?"
"Itu lho, yang tinggal di Apartemen **** kamar nomor 302."
"Loh, itu kan-" Mina menepuk dahinya. Teringat akan seseorang itu, paman tua bangka yang sering kali merugikan restorannya juga.
Sepertinya dendam karena dulu di layani oleh seorang karyawan yang kurang baik dalam melayaninya. Tak sekali dua kali bapak-bapak tak berakhlak mulia melakukan ini, sepertinya Mina harus segera memasukkannya dalam daftar blacklistnya.
"Udah ngga papa, kamu kalo udah mau pulang, pulang aja takutnya nanti dicariin sama orang rumah terus malah dimarahin. Oh iya, ini uang saku buat bulan ini ya."
Hyunjin segera berdiri dan menerima uang upahnya bulan ini, memang tak banyak tapi Hyunjin sangat-sangat bersyukur.
"Tante! Makasih ya! Hyunjin pulang dulu."
Hyunjin mengambil tas ranselnya yang ia tinggalkan di restoran, remaja yang masih memakai seragam itu berlari riang keluar sembari memasukkan makanan pada tasnya yang tadi diberikan oleh seorang penghuni apartemen yang salah pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Hyunjin
FanfictionSemesta selalu memaksanya untuk menjadi kuat, semesta selalu memaksanya untuk menjadi tembok kokoh untuk bisa melindungi dirinya sendiri. Namun pada akhirnya, tembok kokoh yang sudah dibangun sekian lamanya oleh Hyunjin hancur runtuh menyisakan puin...