"Nilainya udah keluar woi!"
Semua orang yang berada dikelas berbondong-bondong keluar. Tak terkecuali Hyunjin yang sebelumnya fokus pada coretan tinta di bukunya.
Hyunjin berjalan dengan santai mengikuti anak-anak lain, sungguh ia tak berharap apapun pada peringkat atau bahkan nilainya kali ini. Walau dalam dada, jantungnya berdetak tak karuan sejak tadi.
"Felix masih peringkat pertama."
"Jeno juga masih kedua."
"Shit, gue harap mereka ngilang aja."
Hyunjin menunggu dengan sabar, membiarkan teman-temannya melihat papan pengumuman terlebih dahulu, baru setelah mereka pergi Hyunjin bisa melihat dengan leluasa.
Hwang Hyunjin
Rata-rata 61,89
Dasar Hwang sialan Hyunjin. Apa yang kau harapkan? Kau berharap nilaimu seperti Felix yang 100 sempurna itu? Kemudian di bangga-banggakan oleh Oma bahwa kau cucunya?
Hyunjin menatap saudaranya yang tersenyum gembira di tengah gerombolan anak-anak satu kelas yang memberikan ucapan selamat dan bercanda ria.
Bohong jika Hyunjin tidak iri.
**************************
Tak!
Sebuah susu kotak dilempar kearahnya, rambut dan seragamnya sudah basah. Posisinya duduk bersimpuh dengan kepala tertunduk, ia saat ini sedang berada di ruang veritas milik Jeno dan kawan-kawan.
Jeno duduk didepannya dengan lagak songong, ia tengah bermain kartu uno bersama Karina, Siyeon, Jaemin dan Mark. Satu komplotan yang cukup disegani, tak jarang pula yang mengagumi.
Bagaimana tidak? Jeno si Kapten basket yang sangat di gandrungi, nilai akademiknya pun menjamin dia bisa masuk ke universitas terkemuka.
Karina seorang dancer yang cukup terkenal di sosial media, mungkin sebentar lagi ia akan menjadi idol.
Siyeon seorang influencer dengan pengikut hampir satu juta di akun instagaremnya.
Mark, cowok boyfriend material yang membuat hati kaum hawa ikut kegenjreng saat ia memainkan gitar kesayangannya.
Jaemin? Mungkin karena vibesnya yang terlihat cuek-cuek tsundere membuatnya banyak di sukai. Terlebih lagi ia mempunyai visual!
"Susunya basi anj*ng," ucap Jeno sembari tertawa kecil, ia membanting kartu uno yang semula ia pegang di atas meja.
"Bro, don't pretend like that. Lo sebenernya takut bokap lo ngamuk kan?" Sahut Mark. (Bro, Jangan berpura-pura seperti itu.)
Jeno melirik Mark tajam. Mark satu tingkat di atasnya, lebih tepatnya Mark adalah Kakak kelasnya saat ini. Meski begitu Jeno sudah menganggap Mark seperti Kakaknya sendiri, makanya kadang ia berlaku tak sopan.
Mereka semua masih duduk di kelas sepuluh, terkecuali Mark yang saat ini duduk di kelas sebelas.
"Ini namanya bersaing dengan adil bersama rakyat jelata, kan kasian kalo kita yang menang mulu," ucap Karina meremehkan.
"Tul, Harusnya kita tuh mengapresiasi, orang penyakitan kayak dia masih bisa hidup sampe sekarang," tambah Siyeon. Hyunjin meneguk ludahnya susah payah, tangannya meremat kain celananya.
Untuk saat ini setidaknya Hyunjin bisa tenang, Jeno dan kawan-kawannya tidak pernah menganggu Felix. Mereka biasanya hanya menganggu secara verbal. Tapi entahlah untuk kedepannya.
"Udahlah, jangan sedih gitu. Orang kaya dia aja bisa di posisi pertama masa lo nggak?"
"Itu sama aja lo ngeremehin gue sama anak penyakitan kayak dia ya nj*ng." Jeno berdiri, merasa tak terima dengan ucapan Siyeon barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Hyunjin
FanfictionSemesta selalu memaksanya untuk menjadi kuat, semesta selalu memaksanya untuk menjadi tembok kokoh untuk bisa melindungi dirinya sendiri. Namun pada akhirnya, tembok kokoh yang sudah dibangun sekian lamanya oleh Hyunjin hancur runtuh menyisakan puin...