Sam duduk di kursi yang ada di depan ruang rawat inapnya. Ia menggigiti kuku jarinya sembari menunggu Jinyoung datang, banyak pikiran yang merasuki kepalanya sekarang ini.
Hyunjin tak biasanya seperti ini, dulu waktu terlama Sam mengambil alih tubuh Hyunjin hanya setengah hari. Saat ini hampir 24 jam lebih Sam menguasai tubuh Hyunjin.
Tak berselang lama, suara debuman langkah kaki yang begitu cepat terdengar, Sam menoleh ke sebelahnya mendapati Jinyoung dan Sekretarisnya datang bersama.
Sam segera berdiri menyerahkan Memori Cardnya. "Ayah bisa ngecek sendiri isinya."
Jinyoung menaikkan alisnya sembari menerima Memori Card yang di berikan Sam, kemudian memberikannya pada Sekretarisnya untuk mengeceknya.
"Videonya cukup jelas, jika menunjukkan video ini kita benar-benar bisa membungkam Tuan Lee."
"Biarkan berita tentang Hyunjin terbit, tapi pastikan video yang kamu lihat juga harus terbit besok."
"Baik."
"Kamu bisa pergi." Sekretaris Song mengangguk dan pergi sesuai perintah Jinyoung. Kini tinggal Sam dan Jinyoung.
"Darimana kamu dapat Memori Cardnya?"
Sekretaris Song yang belum jauh meninggalkan sepasang Ayah dan Anak itu sedikit memelankan langkahnya, ia melirik ke belakang melalui ekor matanya.
"Dari temen." ucap Sam ketus, ia hendak masuk kembali ke ruangannya namun Jinyoung menahannya.
"Ayah belum selesai ngomong."
"Ayah datang cuma buat reputasi Ayah, jadi Ayah mau apalagi?" Mendengar ucapan Sam barusan membuat dada Jinyoung tertohok, ucapannya tak salah, tapi Jinyoung juga memiliki alasan lain.
"Ayah ... minta maaf." Sam hanya memasang ekspresi datar, ia segera masuk ke ruangannya dan menutup pintunya rapat. Hatinya terasa terenyuh, matanya berkaca-kaca, sungguh Sam sebenarnya tidak merasakan apa-apa. Sepertinya Hyunjin yang merespon dan terenyuh mendengar permintaan maaf Jinyoung.
"Ayah akan mengurusnya, jadi besok ketika kamu berangkat sekolah. Semua akan baik-baik aja." Lirih Jinyoung di depan pintu.
"Hyunjin ... Ayah belum selesai ngomong, Ayah mau ngomong bentar, bukain pintunya." Ucap Jinyoung lembut sembari mengetuk pintunya pelan.
Sam menggigit bibir bawahnya yang gemetar. "Bangs*t, kalo lo emang mau ketemu bokap lo tinggal bangun aja, bukan malah sembunyi kayak gini." Gumam Sam dengan air matanya yang terus mengalir.
"Bokap lo aja ngga peduli sama lo, dia ngga nanya keadaan lo, dia ngga nanya apa lo baik-baik aja, dia cuma mentingin reputasinya."
—o0o—
Keesokan paginya tiba, Hyunjin membuka kedua kelopak matanya perlahan. Kali ini benar-benar Hyunjin yang terbangun, bukan Sam.
Hyunjin menatap sekitarnya, ia merubah posisinya menjadi duduk secara perlahan. Kemudian keluar membuka pintu ruangannya pelan dan mendapati Ayahnya yang tertidur di kursi sejak semalam.
"Ayah." Panggil Hyunjin pelan.
Jinyoung yang mendengarnya pun segera terbangun dan berdiri. Ia menatap anak tengahnya dengan tatapan tak percaya.
Mata sayu yang menatapnya lembut, berbeda dengan mata yang menatapnya tajam kemarin.
Jinyoung segera memeluk Hyunjin. "Kamu ngga papa?" tanya Jinyoung mengusap surai Hyunjin lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Hyunjin
FanfictionSemesta selalu memaksanya untuk menjadi kuat, semesta selalu memaksanya untuk menjadi tembok kokoh untuk bisa melindungi dirinya sendiri. Namun pada akhirnya, tembok kokoh yang sudah dibangun sekian lamanya oleh Hyunjin hancur runtuh menyisakan puin...