"Selamat datang kembali, Luke. Kawan lamaku." Sambut Jaemin dengan senyum evilnya.Mereka berada di rumah Jaemin dan kini ada di kamar. Luke melepaskan jasnya, mendudukkan dirinya di atas sofa lembut yang ada di sana.
"Ini kali kedua kita ketemu."
Luke menyenderkan punggungnya pada senderan sofa, kepalanya sedikit mendongak dengan mata terpejam.
"Kenapa lo bisa sebodoh itu? Untung gua dateng buat nyelametin lo." Jaemin menyilangkan tangannya di atas dada.
"Itu bukan gua, ngga mungkin gua ngelakuin itu, gua lebih milih ngebunuh orang-orang yang bikin gua menderita dari pada gua yang bunuh diri."
Jaemin berdehem. "Ngga usah khawatir, gua yakin keadaan kantor Bokap lo pasti kacau. Dia bakal dikecam orang-orang."
"Tentu, itu aja ngga cukup buat balas penderitaan gua selama ini." Hyunjin mengubah posisinya sembari mengendurkan dasinya, lengannya bertumpu pada pahanya.
"Omong-omong apa yang terjadi sebelumnya?"
"Ngga tau, kayaknya ada masalah. Terus berakhir Hyunjin yang nyoba buat bunuh diri."
Hyunjin menoleh ke arah nakas dengan lacinya yang sedikit terbuka, ia menarik lacinya mengeluarkan sebuah figura foto menampilkan lima orang anak kecil.
"Lo masih nyimpen ini?" Luke tertawa kecil memandang foto tersebut.
"Lucu juga kita waktu itu." Luke tersenyum sembari menunjuk satu persatu orang di foto.
"Di mana Jeno?"
"Entahlah, yang terpenting dia pasti ngga akan berani muncul ke permukaan."
"Padahal waktu itu kurang dikit lagi, kenapa lo dateng dan ngehentiin gua?" Luke meletakkan figuranya di atas meja kasar. Ia menatap Jaemin mengintimidasi.
"Lo bisa ngebunuh semua orang di sana, untung aja waktu itu Sam sadar jadi dia ngambil alih tubuh Hyunjin dan akhirnya pingsan."
"Gua emang pengen ngebunuh dia, lo ngga liat apa yang dia lakuin selama ini? Lo juga diem aja ketika gua di rundung Jeno."
"Ngga usah berburuk sangka, lo aja ngga pernah muncul, gua juga pernah bantu lo sesekali. Kalo langsung bantuin lo, rencana gua bakal gagal buat depak Jeno dari rumah ini."
"Jeno di mana? Lo pasti tau."
"Dia udah dikirim ke London kemarin."
Luke menarik senyum smirknya. "Lo bilang apa ke Ayahnya sampe Jeno beneran dikirim ke London."
"Come on, apa yang ngga bisa dilakuin oleh Song Jaemin?" Ucap Jaemin, bersamaan dengan itu ponselnya berdering. Ia memandangnya beberapa waktu saat melihat nama kontak yang tertera kemudian mengangkatnya. Begitu mengangkatnya, senyum Jaemin luntur saat itu juga.
<><><><><><><><><><><><><><><>
Bel apartemen Chris berbunyi sejak tadi, jadi Seungmin datang untuk membukakan pintu.
Seorang pria bermasker mengenakan topi berdiri di sana membuat Seungmin menaikkan alisnya.
"Ada keperluan apa ya?"
"Benar ini tempat tinggal Christopher Bang?"
Begitu namanya terpanggil, Chris langsung menampakan dirinya.
"Jeno?"
Seungmin tentu saja terbelalak mendengar nama Jeno disebutkan, bahkan Kakaknya pun mengenali Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Hyunjin
FanfictionSemesta selalu memaksanya untuk menjadi kuat, semesta selalu memaksanya untuk menjadi tembok kokoh untuk bisa melindungi dirinya sendiri. Namun pada akhirnya, tembok kokoh yang sudah dibangun sekian lamanya oleh Hyunjin hancur runtuh menyisakan puin...