[10] "𝑲𝒆𝒑𝒆𝒏𝒄𝒆𝒕!"

177 36 2
                                    

Kanes dan Inka berjalan beriringan menuju gerbang sekolah, di belakang mereka terdapat Azran dan teman-teman nya. Zendaya dan Amira? Mereka sudah pulang sejak tadi.

Kanes memutar badannya menatap kearah Azran dan berjalan mundur seraya menggandeng tangan Inka.

Azran menaikkan alisnya saat Kanes terus menatapnya sambil tersenyum. Senyuman itu terlihat menyeramkan di mata Azran.

Kok ganteng banget sih.

Kalandra yang memperhatikan Kanes hanya mendengus kesal, ia melambaikan tangannya di depan wajah Kanes.

Kanes langsung mengerjapkan matanya, "Ganggu lo,"

Kanes beralih menatap Kalandra yang memasang wajah tak berdosa. Baru saja ingin berbicara ia malah tersandung tali sepatunya yang lepas.

"Eh eh," Kanes refleks memejamkan matanya.

"Kok ga sakit?"

Perlahan ia membuka matanya. Iris nya langsung tertuju pada iris Azran yang sedang menatap nya juga.

Tangan pemuda itu langsung menahan pinggang Kanes saat gadis itu hampir terjatuh. Dua manusia itu bertatapan cukup lama, menghiraukan manusia lain yang ada di sekitar mereka.

"Aduhh gerah banget ni dunia,"

"Neraka jahanam lagi bocor pasti,"

Azran tersadar dan refleks melepaskan tangannya, membuat Kanes langsung jatuh terduduk karena belum siap menahan badannya.

"Bangsat sakit banget,"

"HAHAHAHA MIRIS BANGET ANJIR,"

Raja tertawa terbahak-bahak melihat Kanes yang terjatuh. Kanes menatap tajam ke arah Azran yang sedang menatap ke arahnya juga.

"Maaf," ucap Azran pelan.

"Miif,"

Kanes berdiri di bantu oleh Inka, lalu membersihkan bagian belakang rok nya, "Ngeselin lo pada,"

Kanes langsung menyeret Inka untuk pergi dari sana, meninggalkan Azran dan teman-teman nya yang melongo heran.

"Hayo loh zran cewe lo ngambek," ejek Gazza.

Azran mengerutkan keningnya, "Cewe gue? Siapa?"

"Kanes lah,"

"Ga usah nyebar hoax,"

Mereka kembali tertawa mendengar ucapan Azran, tapi tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengepalkan tangannya di sana.

Dia beneran ngambek?

***

Suasana meja makan di rumah keluarga Adhiyaksa selalu sama. Hening, tenang, dan canggung.

Biasanya setelah makan malam Azran langsung kembali ke kamar nya, tapi malam ini ia dengan tiba-tiba mengikuti keluarganya berkumpul di ruang keluarga.

Agam yang melihat Azran duduk di sofa single menyerngit heran berbeda dengan Naila dan Arga yang tersenyum senang.

Mereka bertiga hanya diam seraya memandang ke arah Azran yang sedang memejamkan matanya.

"Kenapa kalian diem?" tanya Azran.

"Kita ga tau mau ngomong apa. Ini pertama kalinya kak Azran mau kumpul sama kita lagi sejak 3 tahun lalu,"

Azran memang selalu menghindar dari keluarganya, menolak berkumpul bersama kecuali memang ada acara di keluarga besar.

Azran tidak pernah lagi berbincang hangat bersama ayah dan adik nya. Ia hanya suka berbicara dengan Ibu nya saja.

EPHEMERAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang