[52] 𝑺𝒆𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝑫𝒆𝒎𝒊 𝑫𝒊𝒂

141 13 13
                                    

Azran masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Azran sudah melewati masa kritis sejak tadi siang.

Para sahabat Azran setia menunggu di dalam ruangan. Wajah mereka masih khawatir karena Azran sama sekali belum membuka mata nya sejak tadi.

Naila duduk merenung di samping ranjang Azran, mata nya tidak lepas menatap wajah putra sulungnya itu.

"Mama ganti baju dulu, Arga udah bawain baju,"

Naila menggeleng lemah, "Mama mau di sini," jawab Naila dengan suara parau.

"Kak Azran ngga bakal kemana-mana ma, banyak yang jagain kakak. Mama ganti sama makan dulu," ucap Arga tetap berusaha membujuk Naila.

Mata Arga melirik kearah Agam yang memejamkan matanya di sofa dengan tasbih yang setia di jemari nya sejak kemarin.

"Papa juga belum makan," gumam Arga pelan.

Kalandra mengelus bahu Arga lembut. Berusaha menenangkan Arga yang terlihat sangat kebingungan.

"Gue harus gimana kal?" tanya Arga lemah.

"Lo harus tetep kuat, jangan ngerasa sendiri. Kita di sini bukan cuma buat Azran tapi buat lo juga," jawab Kalandra seraya melirik Azran.

Belia bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Naila, "Mama, jangan gini. Azran bakal sedih kalo bangun nanti ngeliat kondisi Mama kaya gini,"

"Ma-mama takut, kenapa Azran belum bangun juga,"

Air mata Naila kembali mengalir, membuat Belia langsung memeluk wanita itu.

"Biarin mama di sini, mama mau jagain Azran,"

Belia mengangguk cepat, "Kita bakal jagain Azran sama-sama,"

...

Kanes menghela napas kasar, ini pertama kalinya Kanes makan malam sendirian. Seperti orang tuanya benar-benar bertengkar, nyatanya Nata menolak untuk makan malam.

Miko sendiri belum pulang kerumah. Miko bilang dirinya sedang kerja lembur jadi tidak bisa pulang kerumah.

"Situasi kaya gini emang tai banget!"

Kanes menyuapkan nasi dengan kasar, "Gue harus cerita kemana? Bunda tidur, ayah ngga pulang, Azran pergi,"

Kanes menghela napas kasar, "Curut tiga juga pada ngga aktif,"

"Octella bangsat!"

...

Naila menatap ruang ICU dengan tatapan khawatir. Tadi Azran tiba-tiba mengalami kejang-kejang, membuat nya kembali memasuki ruang ICU.

Selain Naila dan Agam, kondisi Kalandra lah yang paling menyedihkan saat ini. Tatapannya kosong seolah kehilangan setengah jiwanya.

Berkali-kali pemuda itu menghapus air matanya yang terjatuh. Tubuh Kalandra bergetar hebat saat Azran mengalami kejang-kejang tadi.

Pandangan mereka beralih saat Gaviar keluar ruangan dengan wajah lega.

"Gimana keadaan Azran?" tanya Agam cepat.

"Dia baik-baik aja, untung kalian gesit manggil dokter tadi," ucap Gaviar seraya mengelus dadanya pelan.

"Alhamdulilah Ya Allah," ucap Agam seraya bersujud.

Mereka menatap brankar Azran yang didorong oleh beberapa perawat. Mereka menangkap jemari Azran yang bergerak pelan.

"Dia bakal sadar satu atau dua jam lagi, kalo dia sadar nanti langsung panggil saya,"

Mereka bergegas mengikuti para perawat itu untuk kembali keruangan semula.

Kalandra dan yang lainnya tak henti-hentinya bersyukur. Kalandra berdoa semoga tidak ada lagi hal buruk setelah ini.

EPHEMERAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang