[48] 𝑨𝒌𝒖, 𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝑷𝒂𝒏𝒕𝒂𝒊

97 11 9
                                    

Semenjak Rion pindah sekolah, Azran selalu meminta Kanes untuk berangkat bersamanya. Untungnya Kanes menyetujui hal itu tanpa banyak bertanya.

Hari ini adalah jam olahraga untuk kelas Azran. Sudah 15 menit mereka berdiri tapi Pak Bayu belum juga datang.

"Ini Pak Bayu emang hobi telat apa gimana sih anjing," omel Kanes dengan bumbu-bumbu kata-kata kasar di dalamnya.

"Dandan dulu kali," ucap Inka asal.

"Lo kata dia bencong,"

Kedua gadis itu tiba-tiba tertawa sendiri membuat Raja yang berada di sana bergidik ngeri.

"Cewe-cewe emang susah di tebak ya," ucap Raja tiba-tiba curhat.

"Kasian yang NT dari zigot,"

Raja menatap malas kearah Radit yang tersenyum mengejek. Belum sempat membalas, Pak Bayu tiba-tiba datang dengan rombongan.

"Buset mau olahraga apa mau tawuran pak?" tanya Raja asal.

Pak Bayu tidak menanggapi pertanyaan konyol Raja, "Semuanya ayo baris, kalian juga bergabung!"

Kanes menatap kearah Rion dengan wajah takut. Kanes Sebenarnya tidak tau mengapa dirinya menjadi sedikit takut saat melihat Rion. Ini benar-benar diluar kendalinya.

Sebuah tangan menggenggam jemari Kanes membuat gadis itu mendongak.

"Ada gue," ucap Azran seraya tersenyum. Kanes tersenyum dan bergabung bersama Inka yang sudah berbaris.

"Karna nanti bapak ada kerjaan jadi bapak putus kan untuk menggabungkan kelas kalian. Berhubung materi nya sama dan kegiatan nya juga pengambilan nilai, jadi tidak ada salahnya jika di gabungkan," jelas Pak Bayu.

Setelah pemanasan, Pak Bayu mulai mengabsen murid satu persatu, "Rion Alantas?"

"Hadir,"

"Murid baru? Silahkan perkenalan di depan. Mereka belum kenal," ucap Pak Bayu seraya menunjuk kelas Azran.

Rion maju dan berdiri di samping Pak Bayu, "Rion Alantas, panggil apa aja,"

"Lantas!" teriak seorang gadis dengan rambut kuncir kuda dari kelas dua belas IPS empat.

"Iya?"

"Lantas mengapa ku masih menaruh hati padahal ku tau kau tlah terikat janji,"

Semua murid tertawa saat gadis itu bernyanyi dengan suara cempreng miliknya. Sedangkan Rion hanya menggeleng pelan.

"Sabar ya nak Rion, kelas ini memang isinya ga waras semua,"

Rion hanya mengangguk dan kembali ke barisannya sesekali mencuri pandang kearah Kanes.

"Baiklah, karna ada dua kelas jadi buat pengambilan nilai praktek nya kalian bakal tanding perkelas," jelas Pak Bayu mendapat banyak sorakan. Bagaimana tidak, kelas Azran rata-rata mengikuti ekskul basket pastilah mereka kalah.

"Yang cowo duluan, cewe nya nanti. Mau arisan dulu ga masalah,"

Para gadis mulai membentuk beberapa circle termasuk Kanes dan teman-teman nya.

"Belia sini," ajak Kanes seraya tersenyum.

"Hai," sapa Belia pada mereka.

Kelima gadis itu duduk berjejer di pinggir lapangan. Menyaksikan para lelaki yang sudah mulai bermain.

"Kelas kita kayanya bakal kalah sih," ucap Belia sudah bernegatif thinking.

"Kayanya iya, yang bisa basket cuma sedikit sedangkan kelas mereka hampir semua bisa," sambung Amira tertawa.

EPHEMERAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang