Pagi ini diawali dengan bunyi alarm dari waker di atas nakas, waker yang berusaha membangunkan seseorang itu masih berseru dengan lantangnya. Tangan mungil yang meraih tak tentu arah berusaha untuk menggapai benda berbentuk bulat yang tak henti-hentinya berbunyi.
Ia pun mulai frustasi karena kesadarannya belum terkumpul penuh dan dirundung kantuk yang amat sangat. Padahal baru berselang dua jam wanita itu terlelap kini ia sudah harus bangun dari tidurnya yang singkat, semalaman suntuk ia mengerjakan tugas kuliah yang menumpuk akibat terlalu fokus kerja sambilan.
Dengan berat hati akhirnya ia bangun dan mengumpulkan sisa-sisa tenaganya di atas kasur dengan mata yang masih terkatup, untuk menyadarkan diri ia mengerjapkan matanya yang sepat itu. Waker yang masih berbunyi riang akhirnya berhasil juga ia hentikan setelah bernyanyi selama beberapa menit.
Waker bulat itu menunjukkan pukul 7:20 pagi, satu jam lagi kelasnya akan dimulai. Dengan perkiraan estimasi waktu perjalanan dari rumahnya menuju kampus, kira-kira ia akan sampai 30 menit. Jadi ia masih memiliki waktu sisa 30 menit lagi untuk bersiap-siap.
Rumah yang ia tinggali tak menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan, adiknya telah berangkat sekolah sejak pagi tadi bersama sang ibu yang juga berangkat bekerja. Ayahnya telah meninggal 2 tahun yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas, maka dari itu ia juga sibuk bekerja sambilan untuk membantu ibunya membiayai kebutuhan sehari-hari. Sedangkan untuk kuliah ia mengandalkan beasiswa full empat tahun dan uang saku yang tiap bulan ia dapatkan.
Dengan tergesa-gesa ia berlari kecil mengambil tugas dan tas kuliahnya, tanpa menyia-nyiakan waktu ia segera menuju dapur untuk mengambil roti lapis yang ibunya sudah siapkan seperti biasa. Karena terburu-buru dan berlarian di dalam rumah tanpa sengaja badannya menabrak pinggiran meja makan, sambil meringis menahan sakit ia paksakan untuk bergegas dan tak lupa mengunci pintu rumahnya.
Ia meningkatkan kecepatan larinya menuju halte bus, dan hampir saja ia tertinggal bus yang sudah ada di depannya itu. Jika ia tertinggal maka setidaknya ia harus menunggu sekitar 10 menit dan pastinya ia akan telat masuk kelas.
Sesampainya di kampus ia memasuki gerbang yang hawanya berbeda dengan hari-hari biasa, entah mengapa ia sama sekali tak dapat mengenali wajah-wajah yang ia temui di pelataran kampusnya itu. Ia berpikir mungkin hari ini ada semacam acara untuk umum sehingga banyak wajah yang ia tak kenali.
Bukan saatnya wanita itu untuk termangu dan diam kebingungan, ia dengan cepat menuju kelasnya karena lima menit lagi perkuliahan akan dimulai. Saat berjalan dilorong gedung fakultasnya ia melihat sesosok laki-laki jangkung yang wajahnya sangat familiar namun ia tak mengenali siapa orang itu.
Saat berpapasan ia merasakan perasaan yang agak aneh, seperti gabungan antara de javu dan perasaan rindu namun hatinya juga tiba-tiba terasa amat perih. Bukan perih secara harafiah namun lebih kepada rasa sedih yang mendalam. Orang itu juga balas menatap matanya seakan bertanya-tanya seperti dirinya. Namun bukan itu fokusnya sekarang, ia harus segera sampai ke ruang kelasnya sebelum dosen masuk dan memulai kuliahnya.
Akhirnya ia tiba di depan pintu kelasnya dengan napas yang masih tersengal-sengal. Ia berhenti sejenak di depan pintu kelas untuk menetralkan napasnya sambil memegang gagang pintu kelasnya itu. "Maaf pak saya terlam-" belum selesai ia melanjutkan ucapannya dan membuka pintu kelas, matanya silau akibat cahaya yang amat terang sehingga ia menutup mata karena terangnya cahaya yang datang dari ruang kelas itu.
============================================================
Author's Note
Halo ini tulisan pertamaku yang di publish untuk umum, biasanya aku nulis hanya untuk arsip pribadi atau untuk konsumsi orang-orang terdekat aja. Berhubung teman dan kerabat mengusulkan baiknya di publish biar semua orang bisa baca jadinya aku putuskan untuk coba platform wattpad. Semoga teman-teman baru yang baca suka dengan ceritanya, kalau kalian suka boleh tinggalkan jejak ya biar aku semakin semangat untuk berbagi cerita ke kalian semua.
Love, Rhea.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mystifying Tale of Faith [R-21+]
Fiksi SejarahApa yang akan kamu lakukan jika saat terburu-buru membuka pintu ke kelas namun bukan wajah dosen atau pun mahasiswa lainnya yang kamu lihat melainkan pemandangan pasir pantai putih yang indah? Belum lagi jika ternyata kamu sekarang tidak mengenakan...