Dering alarm membangun kan Heeseung dari mimpi panjangnya. Dia sangat terkejut dan Dengan kesal ia matikan alarm tersebut lalu melempar ponselnya kearah nakas dengan keras.
Bibir lembut Jake seakan terasa bukan mimpi, hingga masih diusapnya bibirnya sendiri untuk memastikan tadi bukanlah bunga tidur namun sayang semua yang diharap tak nyata lalu di acak-acak rambutnya dengan kasar.Heeseung membilas wajahnya di wastafel dan memperhatikan dirinya didepan cermin. Bayangan wajah Jake menyapa disana seakan tersenyum kearahnya namun perlahan pudar begitu heeseung sadar Jake tak mungkin lagi tersenyum padanya setelah apa yang telah dia lakukan.
Heeseung mulai ragu apakah keputusan yang dia buat sepihak adalah benar.
Heeseung berlari kembali ke kamar, mengacak² kasur mencari ponselnya dia lupa kalo dia melemparnya bukan disana .
Setelah mendapatkan ponselnya di nakas dia menekan angka 1 pada layar ponselnya agar terhubung pada Jake.
Sudah beberapa kali ia coba menelepon Jake namun sialnya panggilan itu tidak dapat terhubung.
Heeseung mulai panik, jake tidak pernah seperti ini sebelumnya, Dia akan selalu ada disaat heeseung butuh. Segera Heeseung mengambil jaket dan kunci motor untuk mendatangi Jake di apartemennya. Sial lagi-lagi sial, heeseung hanya menemukan apart Jake dalam keadaan kosong.
Kini Heeseung sudah ada di kampus namun sayang ia malah mendapat kabar jika sudah seminggu setelah kejadian Jake pingsan lelaki itu tidak lagi pernah menampakan diri di kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA-KU
Short Story"Jaeyun, kurasa kisah kita harus sampai disini" keputusan sepihak dari balik ponsel yang ku genggam benar terucap langsung dari belah bibir Heeseung. "Kamu tidak benar² bisa melengkapi sisi kurang ku"