III. Memories

461 46 0
                                    

━━꒰ঌ❁໒꒱━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━━꒰ঌ❁໒꒱━━

Suasana sore di musim gugur ini, Seorang pria nampaknya sedang duduk di kursi kayu yang sudah usang. Di dekatnya banyak orang yang bersenang senang di akhir pekannya. Air mancur yang mengucur tinggi di depannya dengan patung seorang pria yang menggendong wanita.

Pria itu dengan tenang hanya membaca buku di tengah kebisingan banyak orang bersenang senang. Buku usang yang mungkin jika di baca membuat mengantuk. Ia masih fokus dengan bukunya itu, tapi tiba tiba seorang wanita di sebelah kursinya menggerutu tak jelas.

"Patung apa ini? Kenapa wanita itu seperti sekarat dan prianya hanya menggendong dengan ekspresi sedih? Seharusnya patung seperti ini tidak di tampilkan di tempat umum, ah kenapa aku banyak berkomentar di kota ini sih!" Gerutuan yang sangat tidak jelas dan komentar yang tidak perlu di lontarkan pendatang sepertinya.

Pria itu yang mendengar tidak merasa terganggu malah menatap wanita itu dengan senyum tipis. Ia memutuskan mengabaikan buku usang yang di bacanya dan malah menatap wanita itu. Pria itu mendekatinya dan duduk tepat di sebelahnya.

"Kau tau kenapa patung di tengah berbentuk seperti itu? Karena itu cerita legendaris di kota ini,"

Wanita itu yang menatap pria itu kaget, tapi setelahnya ia penasaran yang di katakan pria itu. Ah, rasa penasaran adalah yang pertama.

"Dulu kota ini bukan bernama 'Skylose' tapi bernama 'Earle'. Itu berubah karena pemberontakan. Tapi belum lama ini walikota yang baru membangun patung ini sebagai kenangan dari kota yang dulu. Patung yang menggambarkan kisah cinta terkenal pada masa itu." Pria itu mengatakan dengan menatap tenang patung di tengah air mancur itu.

"Kisah cinta yang bagaimana?" Wanita itu bertanya sambil menatap pria di sebelahnya.

Pria itu menatap balik wanita di sebelahnya lalu tersenyum, "Sangat penasaran?"

"Tidak usah bertanya dan cepat ceritakanlah!" Desaknya.

Pria itu tampak melirik jam di tangannya dan lalu menatap langit yang tampaknya sudah senja.

"Datanglah kemari dengan waktu yang sama besok dan aku akan meceritakannya." Setelahnya pria itu berdiri dan membalikkan badan untuk pergi.

"Albern?"

Pria itu yang mendengarnya hanya tersenyum tipis lalu membalikkan badannya.

"Ya, Rosalee."

"Ah, padahal aku hanya asal bicara tapi ternyata benar itu namamu, Baiklah aku akan kesini besok dan kau harus menceritakannya." Setelah mengatakan itu Rosalee bergegas pergi meninggalkannya.

Past in MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang