***Chuuya yang terprovokasi mulai mengaktifkan kemampuanya itu, membuat angin kasar melindungi tubuhnya. Sulur-sulur merah pun mulai terlihat mengelilingi tangan dan wajah Chuuya.
"Mari kita mulai pertarungan ini !!" teriak Chuuya langsung melesat ingin memukul wajah Odasaku.
Eheem.
Gerakan tangan Chuuya yang akan mengenai wajah Oda terhenti saat mendengar interupsi dari Mori.
"Apa-apaan ini Bos ?! Kenapa anda mengganggu !" protes Chuuya kesal lalu terdiam saat melihat tamu yang baru saja datang.
"Maaf Chuuya, bukan aku ingin bermakud memgganggu kesenanganmu, tapi kita telah kedatangan tamu penting saat ini."
Mori menunjuk ke arah pintu dimana terdapat Dazai yang tengah menuju ke arah mereka. Tak lama Elize telah menyelesaikan tugasnya dan berlari kecil menghampiri Mori.
"Jangan lupakan janjimu, Rintarou !"
setelah mengucapkan hal itu Elize kembali menghilang."Lama tidak berjumpa ya bos, mungkin sudah mau dua minggu ini aku merasakan rasa bebas itu," sinisnya lalu melewati Akutagawa begitu saja.
Akutagawa yang mendapat perlakuan itu, ingin sekali ia memukul sosok yang ia sangat kagumi tapi harus ia urungkan saat melihat tatapan dingin yang dikeluarkan Mori.
"Sepertinya kedatanganku memang sudah sangat ditunggu rupanya," dengusnya lalu memindai dan meneliti situasi yang ada.
Nampak Ango yang tengah terkapar ditemani sesosok gadis yang ia yakini merupakan rekan kerja Ango. Noda darah di baju yang ia yakini merupakan ulah Odasaku.
"Nee Akutagawa-kun, bisa kau lepaskan pria itu ?" pintanya tanpa melirik ke sosok yang masih menawan Aoki.
Akutagawa menatap Mori meminta keputusan sang Pemimpin mengenai pria yang masih berada dipundaknya.
"Berikan saja, lagipula dia sudah tidak berguna lagi untuk kita."
Sedikit tidak rela remaja itu menaruh tubuh Aoki disamping Ango lalu kembali menuju belakang Chuuya.
Situasi semakin panas dengan hadirnya Dazai."Apa perbuatan Odasaku itu juga sudah masuk dalam perhitungan anda bos ?"
"Astaga Dazai-kun, menuduh tanpa bukti itu jatuhnya fitnah lho," dagunya lalu terangkat menunjuk Odasaku. "Kenapa tidak kau tanyakan saja pada sahabat kesayanganmu itu.
Odasaku yang melihat itu berdiri lalu melangkah mendekati Dazai. "Aku yang melakukan itu, dengan kesadaran penuh."
*
*
*Kantor Agensi
Melihat jarum jam berkali-kali, pria bersurai blonde itu nampak gelisah memikirkan keberadaan Dazai saat ini. Ponselnya yang tidak aktif itu membuat pikiran liarnya menuju akan perbuatan konyol rekannya itu.
Mencoba bun*h diri lagi. Contohnya.
"Nee Kunikida-san, ini sudah waktunya jam makan siang lho," tegur Atsushi sedikit takut.
Jam makan siang ? Secepat itukah waktu sudah berlalu, diliriknya seluruh ruang kantor yang sepi dan hanya menyisakan beberapa karyawan saja.
"Ah maaf Atsushi-kun, sepertinya aku lagi banyak pikiran saat ini," keluh Kunikida sambil memijit pelipisnya.
"Bisa pesankan aku makanan ?""Ah bi-bisa, tentu saja bisa, memang Kunikida-san mau memesan apa ?" tanya Atsushi antusias.
"Hmm, enaknya makan apa ya siang ini," gumam pria itu berpikir keras ingin makan apa, seluruh energinya sudah habis hanya untuk memikirkan keberadaan pria konyol yang entah ada dimana saat ini. "Samakan saja denganmu," putusnya lalu memberi uang pada Atsushi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire
Fanfictionpria yang harusnya sudah tewas empat tahun yang lalu kini muncul di hadapan Ango secara misterius. namun ada yang berbeda pada dirinya mata biru lautnya berubah menjadi merah darah Ango meringis kesakitan saat Odasaku menyerang dirinya malam itu dan...