Part.9

9 3 1
                                    

Keesokan hari (Disekolah) 09.00

Sudah waktunya istirahat. Seperti biasa, Revan sedang makan siang sendirian. Lalu Dhiya datang menghampiri Revan.

"Sendirian aja?" Tanya Dhiya.

"Terserah gua donk" jawabnya

"Makasih ya"

"Hah? Makasih buat apa?"

"Buat jagain gua kemarin. Penjaga UKS bilang kalau seharian lu jagain gua, sama Hoodie lu-" ucapan Dhiya terjeda Revan.

"Ouh, kalau hoodie buat lu aja. Gua udah beli yang baru, kapan-kapan kita couplean wkwkwkwk"

"Dih, hoodie lu bau apek tauk" ucap Dhiya sambil memakan pokcynya.

Saat Dhiya sedang asik makan pocky dimulutnya tiba-tiba Revan memakan ujung pocky dimulut Dhiya.

Revan memakannya sedikit demi sedikit mendekatkan wajahnya ke Dhiya, membuat Dhiya malu dan menutup matanya. Saat pokcynya tinggal 3 cm, Revan pun memotek pockynya dan mengunyahnya.

"Ngapain merem?" Tanya Revan ke Dhiya yang masih menutup matanya.

"A-apaan sih!! Ish sebel bgt" ucap Dhiya dengan malu dan meninggalkan Revan sendirian.

•••••

Pulang Sekolah 15.00

Bell pulang sudah berbunyi saatnya para siswa/i pulang kerumahnya.

Saat itulah...




















Kasus pemberontakan sekolah terjadi lagi...

'Terkutuklah Sekolah!! Kalian Harus Bertanggungjawab!!'































Dhiya selaku OSIS harus segera bertindak. Dhiya terus saja mencari informasi dan juga melihat rekaman cctv. Tapi, sama sekali tidak membuahkan hasil.

Karna tidak menghasilkan hasil, Dhiya pun kembali mencurigai Revan dengan lebih serius.

















2 Minggu Berlalu

Dhiya dan para OSIS sudah menyelidiki kasus tersebut dan tetap tidak menemukan apapun bahkan tidak ada sama sekali jejak dari pelaku. Lebih parah lagi, pagi ini sebuah boneka dengan seragam sekolah dan tulisan yang sama, terbakar di tengah lapangan sekolah saat memulai pelajaran.

Siswa/i dan juga para guru menyaksikan kejadian tersebut. Sosmed sekarang penuh dengan berita kejadian sekolah, para wali siswa/i sudah banyak protes bagaimana anak-ananya kedepannya jika sekolah terus menerus di teror.

Saat itulah Dhiya tidak mau berbicara bahkan tidak ingin menemui Revan lagi.



























Keesokan Disekolah 07.00

Sudah waktunya untuk memulai pelajaran. Biasanya Dhiya duduk bareng bersama para sahabatnya (Zia, Angel dan Rara) dan juga Revan disebelahnya. Kini, Dhiya duduk berpisah dengan mereka berempat.

Dan juga, Zia, Angel dan Rara yang mulai canggung dengan keadaan.

"Van, lu... Kenapa pindah kesini?" Tanya Zia dengan lesu kepada Revan.

Revan hanya diam dan menunduk tidak ingin menjawab pertanyaan Zia.

"Hey, habis pelajaran selesai kita perlu bicara" ajakan Angel dengan lembut.

•••••





Rooftop 09.00

"Lu masih ingin diem dieman sama Dhiya? Lu gak kangen sama dia?" Tanya Rara dengan tidak sabar.

"Ra.... Tenang, kami disini cuman mau menanyakan" ucap Angel.

"Tanyain aja" kata Revan

"Apa lu yang membuat teror sekolah? Dan memasukannya di sosmed?" Tanya Zia.

"Kita gak bakal benci lu, kita malah sangat khawatir jika lu sama Dhiya gak Deket lagi" sambung Angel.

"Huuuff, iya. Aku yang.... Membuatnya" jawab Revan dengan gelisah.

"Lu kenapa lakuin itu? Emang lu punya masalah apa?" Tanya Rara.

"Sebenarnya, gua mau balas dendam dari Almarhumah kakak gua" ucap Revan.

"Innalillahi wa innailaihi rojiun, kenapa?!" Tanya Zia, Angel dan Rara dengan kompak.

"Kakak gua, menjadi korban pelecehan disekolah" jawab Revan dengan air mata yang berkaca-kaca.

"Tapi, kenapa yang bertanggung jawab harus sekolah? Kenapa gak pelakunya aja?" Tanya Angel.

"KARNA PELAKUNYA ADALAH KEPALA SEKOLAH!!" Revanpun menjawabnya sambil menangis sesenggukan.

"Ini!! Adalah buku diary kakakku!! Isi kejadian dan sketsa gambar ada disini!!" Ucap Revan dengan teriak.

"Apa lu udah lapor ke polisi/pengadilan?" Tanya Zia.

"Sudah, tapi... Mereka tidak bisa menerimanya karena ini belum bisa dijadikan bukti. Setelah itu, gua pergi ke ruang kepala sekolah menemui beliau untuk mengakui tindakannya!! Tapi dia malah menolak dan mengusirku" jawab Revan.

"Apa kalian pernah mendengar rumor tentang siswi bunuh diri di sekolah ini?" Tanya Revan kepada Zia, Angel dan Rara.

"Oh!! Yang bundir (bunuh diri) di atas panjat tebing yak?!!" Jawab Rara.

"Iya, itu adalah kakakku. Dia bunuh diri disini sebagai pertanda untuk kepala sekolah." Ucap Revan.

"Gua akan bantu lu menyelesaikan kasus ini" ucap Zia kepada Revan.

"Benarkah?!!" Tanya Revan tidak percaya bahwa dia ditolong oleh siswi sekolah yang ia teror.

"Tapi dengan satu syarat" jawab Zia.

Rara dan Angel memukul dada belakang Zia dengan keras.

'Buk

"Ini bukan saatnya main-main tolol, lu ikhlas gak bantuin Raven? Segala syarat syaratan" ucap Rara.

"Ish! Gua belum selesai ngomong Taek!!" Jawab Zia.

"Jika kasus ini berakhir. Lu harus berbaikan sama Dhiya dan menceritakan semua apa yang terjadi" ucap Zia kepada Revan.

"Ok" jawab Revan.




•••••



















Ziapun membantu Revan mencari bukti-bukti yang kuat untuk bisa menangkap Pak Kepala sekolah. Tidak butuh berapa lama akhirnya menemukan sebuah video dan foto-foto kejadian kasus antar siswa dan guru.

"Nih, ketemu" ucap Zia.

"Hah?!! Beneran?!! Cepet banget?? Lu hebat banget Zii" ucap Revan sambil kaget dan gembira.

"Yeuh, lu belum tauk? Zia ini tuh hacker tauk, dia aja bisa ngebuka kode WiFi sekolah awokawokawok" ucap Rara kepada Revan.

"Lalu, apa langsung lapor ke polisi?" Tanya Angel.

"Tidak, kita bikin semuanya menjadi rumit supaya Pak Kepala Sekolah yang akan mengakuinya didepan semua orang" jawab Zia sambil senyuman ala psikopat.

"Gimana caranya?" Tanya Revan.

"Tunggu dan lihat saja, kamu hanya perlu memanggil polisi ke tempat ini. Kamu tunggu info dari saya lagi" jawab Zia dengan menyerahkan kertas.

"Siap. Laksanakan!!" Ucap Revan dengan gembira. Revanpun meninggalkan Zia, Angel dan Rara.

"Kayaknya ini lebih seru dari pada yang kemarin lalu ya ga?" Tanya Rara kepada para sahabatnya.

"Yoii" kompaknya Zia dan Angel.













Pukul 05.00
































Romance Of Mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang