"Subaru ini untukmu."
Subaru yang sedang melihat kebun bunganya langsung menoleh saat mendengar suara Kanato. Dia mengernyitkan keningnya saat melihat kakaknya itu membawa sekotak Pocky.
"Kau dapat darimana?" Subaru berjalan mendekati Kanato dan mengambil kotak Pocky itu.
"Dari Kou tadi. Dia membawa itu untuk kita semua. Satu orang dapat satu kotak."
"Kou? Tumben?"
"Dia langsung pergi tadi. Kayaknya ada jadwal lain."
"Oh yasudah. Terimakasih."
Kanato mengangguk pelan dan langsung berteleportasi ke kamarnya. Sedangkan Subaru masih menatap kotak Pocky itu. Dia membuka bungkusnya dan memakan salah satu Pocky itu.
Subaru kembali berjalan di kebun bunga itu dan sesekali menatap salah satu bunga di sana. Sejujurnya dia merindukan sang ibunda setiap kesini. Tapi dia sudah bertekad untuk merawat kebun kesayangan mendiang ibunya itu.
Setelah puas berkeliling di kebun itu, Subaru langsung berteleportasi ke dalam mansion. Dia melihat sekeliling sambil memakan pockynya.
"Subaru? Aku kira kau tak mau Pocky itu." Subaru langsung membalikkan badannya saat mendengar suara kakak keduanya.
"Awalnya. Tapi setelah aku pikir-pikir, tak ada salahnya juga menerima ini dari Kou. Pocky mu mana?" Subaru mengendikkan bahunya dan menatap Reiji saat tidak melihat kakak keduanya memegang kotak Pocky pemberian Kou.
"Pocky ku dan yang lain mau dibuat desert nanti. Mereka yang minta si. Kenapa memang?" Subaru hanya menggeleng pelan saat mendengar pertanyaan Reiji.
Reiji melirik ke belakang Subaru saat Subaru fokus memakan pockynya. Dia melihat Shu berjalan mendekati mereka. Reiji mengernyitkan keningnya saat melihat seringaian di wajah Shu. Dia lantas menepuk bahu Subaru pelan dan berteleportasi ke dapur untuk melanjutkan acara memasaknya. Subaru hanya menatap kakaknya itu bingung.
Tiba-tiba Subaru merasakan lehernya ditarik dan ujung pocky satunya dimakan oleh kakak tertuanya. Subaru terbelalak pelan saat melihat wajah kakak tertuanya itu berada hanya sejengkal dari wajahnya.
Subaru memundurkan wajahnya dan memalingkan wajahnya. Shu menyeringai saat melihat warna merah menjalar ke telinga adiknya itu.
"A-apa yang kau lakukan? Dan sejak kapan kau ada disini?" Subaru menatap Shu dengan kesal.
"Baru saja. Aku hanya ingin mencoba Pocky itu kok." Shu menyeringai menatap wajah merah Subaru.
"Kau kan bisa memakan pocky mu sendiri!" Shu terkekeh pelan saat melihat wajah merengut Subaru.
"Berhenti tertawa! Tidak ada yang lucu!"
"Ha'i ha'i! Aku tidak akan tertawa lagi." Shu tersenyum.
Subaru yang kesal dengan senyuman Shu, langsung berteleportasi ke kamarnya. Dia langsung merebahkan tubuhnya di ranjang sesaat setelah tiba di kamarnya. Subaru membenamkan wajahnya yang memerah di bantal.
"Sial. Apa maksudnya melakukan itu si?" Subaru bergumam kesal saat mengingat kejadian tadi.
"Aku kan sudah bilang. Aku hanya ingin mencoba Pocky itu, Subaru."
Subaru berjengit pelan saat mendengar bisikan Shu tepat di belakang telinganya. Dia langsung membalikkan badannya dan melihat wajah Shu yang sangat dekat dengan wajahnya. Dia menahan wajah Shu dengan tangannya.
"A-apa yang kau lakukan disini?" Subaru memalingkan wajahnya yang memerah ke arah lain. Shu tersenyum melihat itu.
Chu!
Subaru berjengit saat merasakan kecupan di telapak tangannya. Dia langsung menatap wajah kakaknya itu. Shu memegang tangan Subaru dan menciumi tangan adiknya itu.
"S-shu. A-apa yang kau lakukan?" Wajah Subaru semakin memerah.
"Subaru. Kau tau? Aku sangat menyukaimu. Bukan sebagai kakak ke adik tapi sebagai sepasang kekasih. Jadilah kekasihku, Subaru."
Subaru tersentak saat menatap mata Shu. Shu menatap Subaru dengan tatapan teduhnya dan tersenyum dengan lembut.
"Kenapa?"
"Entah. Aku hanya tidak bisa melihatmu dengan vampir lain bahkan dengan Kou sekalipun. Aku kesal saat alasanmu tersenyum dan tertawa bukan aku."
Subaru mengerjapkan matanya dan menutup wajahnya yang memerah dengan tangannya yang tidak dipegangi oleh Shu. Shu tersenyum melihat wajah memerah Subaru.
"Jadi bagaimana?" Shu berbisik di telapak tangan Subaru yang masih dia pegangi. Subaru hanya mengangguk pelan tanpa melepaskan tangannya yg menutup wajah putihnya.
"Jawab dengan suaramu, Subaru."
"I-iya Shu. Aku mau jadi kekasihmu."
Shu tersenyum mendengar jawaban Subaru dan memeluk tubuh Subaru erat. Reiji yang melihat dari ujung kamar Subaru hanya tersenyum dan kembali berteleportasi ke dapur. Tak lupa dia meminta triplets dan Yui untuk tidak mengganggu Shu dan Subaru di kamar Subaru.
Malam itu, mereka habiskan dengan berpelukan sambil bercerita satu sama lain. Shu bahkan sampai melepas earphone nya agar bisa fokus saat Subaru bercerita. Malam itu diakhiri dengan Subaru yang tertidur di pelukan Shu dan Shu yang bernyanyi pelan agar Subaru semakin tertidur nyenyak.
Halo guys. Kembali lagi. Sekarang dengan pair eldest Sakamaki dan youngest Sakamaki.
Maaf dengan segala ketypoan dan bahasa yg gak jelas. Jangan lupa vomment yaaa kalo suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan cerita yaoi diabolik lovers
Vampiroshanya cerita ttg ship yaoi sakamaki brother dan mukami brother