Laito x Shu

338 11 0
                                    

Laito melihat sekeliling di ruang tengah mansion itu. Dia tidak menemukan siapapun. Dia mengernyitkan keningnya heran.

"Oya? Tumben tidak ada siapapun? Biasanya paling tidak ada Shu disini."

"Kau mencari Shu?"

Laito membalikkan badannya saat mendengar suara Ayato. Dia mengangguk pelan sebagai jawaban. Ayato menghela nafasnya pelan.

"Dia di ruangan Reiji dan dia sedang tidak mau diganggu bahkan dengan kau sekalipun. Jadi lebih baik kau jangan mengganggunya." Laito mengernyitkan keningnya mendengar perkataan kembarannya itu.

"Apa maksudmu?"

"Dia akan menemuimu nanti. Untuk sekarang biarkan dia dengan Reiji dulu. Shu sedang sangat sensitif sekarang jadi biarkan dia." Setelah mengatakan itu, Ayato langsung berteleportasi entah kemana meninggalkan Laito yang heran.

"Ya sudahlah. Nanti juga dia menghampiriku."

Laito mengendikkan bahunya pelan dan berteleportasi ke kamarnya. Dia merebahkan dirinya di ranjangnya dan mulai memejamkan mata.

.
.
.

Di sisi lain, Shu sedang menangkan dirinya di ruangan Reiji. Dia tak menyangka bahwa mual yang dia rasakan beberapa hari ini adalah gejala hamil. Dia shock, tentu saja. Jadilah dia ke ruangan Reiji untuk menenangkan diri.

Reiji yang melihat sang kakak seperti itu hanya membiarkan. Dia membuatkan sesuatu untuk sang kakak, agar tubuh Shu bisa rileks. Dia menaruh gelas itu di meja depan Shu. Shu mengernyitkan keningnya dan menatap Reiji dengan pandangan bertanya.

"Untuk membantu menenangkan pikiranmu. Membantu tubuhmu rileks juga. Minum saja. Aku tidak sekejam itu memberikan racun padamu dan membunuh calon keponakanku sendiri." Reiji melanjutkan eksperimennya yang tertunda.

Shu terkejut mendengar perkataan sang adik. Dia tersenyum dan menggumamkan terimakasih pada Reiji. Reiji yang memiliki pendengaran cukup tajam mendengarnya dan tersenyum kecil.

Setelah merasa dirinya sudah tenang dan rileks, Shu memutuskan untuk menemui Laito. Reiji menoleh ke arahnya.

"Kau mau kemana?"

"Menemui Laito. Aku harus memberitahunya. Aku tak ingin dia tau dari orang lain."

"Tak usah. Kau istirahat saja disini. Biar aku yang memanggilnya."

"Tapi-"

"Duduk diam dan menurut, Shu!"

Shu tersentak mendengar nada tegas adiknya. Dia memilih untuk menurut dan kembali duduk. Reiji langsung berteleportasi ke kamar Laito.

Laito yang tidak tidur dan merasakan kehadiran Reiji langsung mendudukkan dirinya. Dia menatap Reiji heran.

"Ada apa?"

"Ikut ke ruangan ku. Sekarang!"

Laito tersentak. Dia memilih untuk mengikuti Reiji ke ruangannya saat Reiji berteleportasi lagi.

Sesampainya di ruangan Reiji, Laito melihat Shu sedang berbaring di sofa panjang yang ada di ruangan itu. Wajah Shu nampak lebih pucat dari biasanya. Laito mendekati Shu dan terkejut saat Shu mendudukkan dirinya dan menatap Laito.

"Ada apa ini?" Laito menatap Shu dan Reiji bergantian. Reiji menatap Shu dan mengisyaratkan untuk mengatakannya.

Shu menghela nafasnya dan mengambil sesuatu dari belakang tubuhnya. Dia menunjukkan testpack itu ke Laito sambil memalingkan wajahnya. Laito terkejut melihat itu. Dia mengambil testpack itu dan memeluk Shu. Shu yang dipeluk hanya terkejut.

"L-laito?" Shu semakin terkejut saat merasakan bahunya basah. Reiji yang menyaksikan itu hanya tersenyum. Karena dia tau Laito akan bertanggungjawab pada Shu.

"Diam hiks. Aku sedang bahagia. Terimakasih Shu sudah memberikan kebahagiaan lain untukku." Laito berbisik di telinga Shu. Shu hanya membalas pelukan Laito dan mengusap punggung Laito.

"Jadi kapan mau menikahi Shu?" Suara Reiji menginterupsi mereka dan membuat Laito melepas pelukannya. Laito duduk di samping Shu dan menggenggam tangan Shu.

"Besok!" Jawaban semangat Laito membuat Reiji dan Shu terkejut. Kepala Laito dihadiahi pukulan dari 2 kakaknya itu.

"Heii kenapa aku dipukul???" Laito meringis sambil mengusap kepalanya yang terkena pukulan.

"Jangan gila kau. Ya gak besok juga." Shu menghela nafasnya pelan dan memijit hidungnya.

"Weekend nanti. Tanpa pesta dan hanya janji suci. Bagaimana?"

Mendengar itu, Reiji dan Shu saling pandang. Akhirnya diputuskan mereka akan menikah saat weekend nanti. Tanpa pesta dan hanya janji suci. Mereka hanya akan mengundang para Mukami. Tanpa mengundang para orang dewasa juga tentunya. Semua persiapan para Sakamaki, Yui dan para Mukami yang melaksanakannya. Mereka sebisa mungkin tidak mengikutsertakan Shu dalam persiapan itu. Karena semenjak hamil, Shu sangat enerjik. Dia ingin membantu segala pekerjaan rumah. Bahkan membantu Reiji memasak yang tentu saja langsung ditentang Reiji dan Yui. Berakhir dengan Laito yang membawa Shu ke kamarnya.

.
.
.

Hari H pernikahan Laito dan Shu

Acara pernikahan berlangsung lancar. Shu dan Laito sangat lancar dalam mengucapkan janji suci mereka. Saat prosesi ciuman pun mereka tampak bahagia.

Sakamaki yang lain menyaksikan semua prosesi itu dengan haru. Bahkan Reiji sedikit menitikkan air mata sampai harus bersembunyi di pelukan Ruki. Dia tak menyangka bahwa kakaknya sudah menikah.

Para Mukami, Sakamaki dan Yui mulai menyantap makanan yang tersaji seusai acara janji suci. Bahkan tak jarang Kou yang jahil dengan mengambil makanan di piring Subaru dan Azusa. Azusa hanya diam saja, sedangkan Subaru tentu emosi. Yuma memukul kepala Kou dan mengambil kembali makanan Azusa yang dicuri oleh Kou. Dia meletakkan kembali makanan itu di piring Azusa.

"Kau itu jangan diam saja."

"Biarkanlah... Aku senang...melihatnya bahagia."

Yuma mengernyitkan keningnya pelan. Dia memijat hidungnya pelan. Dia bingung adiknya sebenarnya Azusa atau Kou. Karena sifat Azusa lebih dewasa ketimbang Kou. Sudahlah kita tinggalkan saja mereka. Kita beralih ke pengantin baru.

Saat ini Shu dan Laito sedang duduk di meja yang berisi Ruki, Reiji, Ayato dan Kanato. Mereka terlihat bahagia karena mereka bisa bersatu. Reiji dan Ayato bahagia melihat saudara mereka bahagia. Tiba-tiba Reiji merasakan tangannya digenggam dan diusap. Dia menolehkan kepalanya ke arah samping dan menemukan Ruki yang tersenyum ke arahnya.

"Ada apa?"

"Bagaimana jika Minggu depan kita yang menikah?"

Semua yang ada disana lantas menoleh ke arah Ruki dan Reiji. Reiji terkejut mendengar pertanyaan itu dari sang kekasih. Dia mengerjapkan matanya untuk memproses perkataan Ruki.

"Apa...maksudmu?"

"Aku juga ingin menikahimu secepatnya, Rei." Ruki mengecup punggung tangan Reiji. Reiji hanya menunduk menyembunyikan wajah memerahnya.

"Baiklah. Lakukan sesukamu." Reiji membalas dengan suara pelan. Itu masih di dengar oleh yang lain karena mereka semua sedang hening untuk menanti jawaban Reiji. Mendengar itu, Ruki langsung memeluk Reiji erat.

Pesta itu dihabiskan dengan mereka yang menggoda Reiji dan menghabiskan seluruh makanan yang mereka buat. Diakhiri dengan Shu dan Reiji yang tertidur karena kelelahan. Mereka dibawa oleh pasangan masing-masing dan ditidurkan di ranjang masing-masing. Reiji kelelahan karena dia yang mengatur semuanya. Shu kelelahan karena dia sedang mengandung. Yang lain bahagia karena saudara mereka bahagia. Yui yang menyaksikan semua itu pun menitikkan air matanya terharu. Karena dia yang menjadi saksi bisu atas kisah percintaan para Mukami dan Sakamaki. Dia berdoa semoga kebahagiaan terus menyertai mereka.

Halo guys. Kembali lagi.

Selamat membaca dan jangan lupa vomment nya yaaa

Kumpulan cerita yaoi diabolik lovers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang