The Hunter- Part 2

213 76 10
                                    

Chapter 6

Chapter 6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









"Siapa? Siapa yang datang?" Jimin berlari hanya untuk memutari Eun Woo dan berdiri di sisi sebelahnya (sebenarnya tidak perlu sama sekali). Kepalanya mendongak, bukan menatap bulan purnama tapi menatap wajah Eun Woo dengan ekspresi paling penasarannya. "Apa kita akan berburu siluman lagi?"

Eun Woo masih terus mengamati rembulan, tidak tersenyum dan sangat serius lalu Jimin yang masih penasaran dan tidak sabaran itu kembali membuka suaranya. "Kali ini siluman apa? Apa kau bisa memprediksinya? Lalu apa siluman itu lebih kuat dari yang sebelumnya? Dan apa kita akan segera bertemu dengannya?"

"Kita tidak akan pernah bisa menemuinya jika kau terlalu berisik!"

"Ah!" Jimin menutup mulutnya tapi hanya untuk seperkian detik karena setelahnya (Eun Woo saja sudah mulai sebal karena merasa terganggu) dia kembali menggerakan mulutnya itu untuk bertanya. "Omong-omong, apa kau tidak bosan hanya menatap bulan saja? Tidak bisakah kita pergi ke bar, mencari sesuatu yang lebih menarik dari siluman kemudian bermain-main hingga pagi?"

Eun Woo menoleh (akhirnya) menatap Jimin dengan pandangan tajam dan Jimin tidak peduli karena dia pikir Eun Woo memang suka begitu dengannya (Bukan suka yang lain yah, hanya suka menatap tajam Jimin). "Jika kau ingin pergi, pergilah! Tolong jangan ganggu aku dan aku akan sangat berterima kasih jika kau pergi sekarang juga!"

Jimin tersenyum, tidak merasa kalau dia sudah bertingkah menyebalkan. Jimin itu ibarat bocah berumur empat tahun yang jika melakukan kesalahanpun dia tidak akan pernah merasa bersalah karena dia pikir itu tidak sengaja karena dia ingin tahu segala hal jadi kita harus memakluminya. Pokoknya karakter anak kecil sekali! Anak kecil yang kelebihan gula, yang suka berlari ke sana ke sini, yang cerewet juga sulit diatur. Ckckckckc... Menyebelkan sekali bukan?

"Baiklah kalau kau memang memaksa! Aku akan pergi saja kalau begitu. Tapi, kau harus  mengajak ku kalau-kalau kau sudah ingin menangkap siluman yah!" Senyuman Jimin melebar, membayangkan betapa keren dirinya saat terakhir kali menangkap siluman bersama dengan Eun Woo tiga hari yang lalu itu. Padahal keikut sertaannya Jimin justru membuat Eun Woo jadi sedikit lebih kerepotan waktu melawan siluman anjing. Tapi yang diingat Jimin justru dia tampil keren dan sangat membantu Eun Woo. Ckckckck. "Ingat, kau harus menungguku, okay?!"

Eun Woo tidak menganggukan kepalanya apalagi menjawab permintaan Jimin yang barusan. Tapi Jimin yang seperti anak kecil itu justru tersenyum semakin lebar. Dia pikir jika seseorang seperti Eun Woo diam saja tanpa mengatakan apapun lagi, itu artinya Eun Woo setuju dengan apa yang Jimin katakan barusan padanya. Jadi dengan langkah riang, Jimin melangkah pergi menjauhi Eun Woo. Jimin pergi, sesuai dengan keinginan Eun Woo. "Jangan lupa telepon aku kalau kau bertemu dengan siluman itu yah!"

Memangnya Eun Woo mendengar apa yang Jimin bilang barusan itu?

Dan kalaupun Eun Woo mendengarnya, Eun Woo rasa dia tidak akan mempedulikannya. Dia justru akan menghiraukannya karena dia masih ingin terus mengamati bulan di atasnya itu. Dia masih terus ingin memerhatikan sang bulan purnama yang bersinar terang malam ini, yang menandakan kedatangan sesuatu yang memang sudah lama dia nantikan itu.

The Story About  the Eight Tails FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang