"Kurang lima menit lagi sudah jam sembilan, aku siap-siap dulu balik ke asrama ya, Rek."
"Astaga, Medina! Ini tugas kita belum kelar loh, besok dikumpulin di jam pertama, dengan santainya kamu malah mau cabut!"
"Rin, aku nggak mau berdebat sama musyifah. Sekarang pasti dia sudah siap-siap nutup pagar. Telat sedetik saja bisa-bisa aku tidur di luar. Please lah! Tugasnya kan sudah dibagi, aku bagian bikin laporan dan sudah aku kerjain hampir kelar. Kamu fokus aja sama tugasmu sendiri, sekaligus Bian dan Rafli."
"Nggak bisa, Medina! Ini tugas kelompok. Jadi kita harus ngerjain bareng-bareng. Enak bener kamu kebagian bikin laporan bisa mengarang bebas. Sedangkan aku ngedesain gambar robot, kamu pikir gampang?!"
"Sembarangan banget kamu bilang laporanku hasil mengarang bebas?! Laporan dibikin harus sinkron dengan aplikasi yang sedang kita buat. Pak Syauqi nggak akan ACC cepet kalau proposal yang aku bikin receh-receh."
"Halah! Kebagian tugas bikin proposal gitu aja bangga! Pak Syauqi nge ACC proposal kamu karena the power of orang dalam. Kalau bukan karena bapakmu seorang dekan, nggak mungkin diprioritasin. Terserah, sana ngadu sama bapakmu, aku nggak takut!"
"Ririn, kamu itu emang jahat banget! Terserah deh apa katamu! Yang penting aku mau balik ke asrama sekarang."
"Dasar anak asrama, anak manja, sok ngalim! Apa enaknya coba tinggal di asrama?! Nggak bisa bebas. Baru jam sembilan sudah disuruh merem, kayak anak SD saja! Aku sih ogah, mending tinggal di kos. Cukup tahun pertama hidup di penjara, selanjutnya NO!"
"Manusia itu punya pilihan hidup masing-masing. Nggak usah ikut campur sama pilihan hidupku. Lebih baik kamu fokus sama urusanmu sendiri. Bian, Rafli, aku balik ke asrama dulu, ya. Aku pastiin besok pagi laporannya sudah kelar. Bismillah, kita ikut sidang bulan depan. Tidak ada hasil yang mengkhianati proses, aku yakin tugas kita bakalan jadi yang terbaik, Rek."
"Halah, bacot!"
Sebenarnya perdebatan kedua temannya tadi cukup mengusik konsentrasi Biantara pada kode-kode pemrograman yang tengah ditekurinya. Satu saja ada yang kurang, maka program yang sedang ia kerjakan tidak akan bisa berjalan dengan sempurna. Dan beginilah saat berada satu kelompok yang di dalamnya terdapat dua kaum hawa, pasti akan lebih banyak dramanya ketimbang hasil yang maksimal.
"Yes, finish!" Ujar satu-satunya perempuan yang masih tersisa di dalam laboratorium komputer.
"Serius?" Rafli yang sejak tadi di sebelah Biantara melongok ke asal suara. "Gila, nggak salah aku milih kamu jadi kelompokku. Otakmu emang encer, Rin."
"Kalian cek deh! Kalau ada yang kurang biar aku benerin sekarang."
"Kamu nggak buru-buru mau cabut kan?" Tanya Biantara, lantas mengambil alih laptop milik Ririn.
"Ya nggak! Tapi ini kan sudah jam sebelas malem, Bi."
"Katanya bebas." Timpal Rafli.
"Jalanan dekat kos suka ada orang usil kalau sudah tengah malam begini."
"Balik bareng kita aja, dianterin sampai depan kosmu." Tawar Biantara.
"Serius? Kan kita nggak searah? Oke sip deh kalau gitu."
Beberapa saat kemudian mereka bertiga keluar dari ruang komputer milik jurusan teknik informatika yang sering mereka gunakan untuk tempat mengerjakan tugas. Mereka butuh koneksi internet dengan kecepatan tinggi sehingga harus memanfaatkan fasilitas kampus.
"Baru kali ini ada asisten dosen yang dipercaya bawa kunci laboratorium sampai berhari-hari nggak diminta balik. Emang selurus itu hidupmu, Bi?" Seperti biasa, Ririn selalu meledek setiap Biantara selesai mengunci gembok semua pintu di gedung ini. Seolah ia pemilik bangunan dan isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELIRU (TAMAT)
Romance"Sebuah hubungan yang diawali dengan nafsu dan kesalahan, akan berujung pada penyesalan yang tak berkesudahan."