FBS 8 : Seperti itu rupanya

1.4K 40 3
                                    

Instagram : wp.zazaa

Melamun terus berpikir, bahkan terbayang bagaimana perasaan Zayn setelah ku melontarkan kalimat yang seharusnya tak ku lontarkan dalam waktu dekat. Ternyata oh ternyata, dia sudah sangat lama menyukai ku bahkan sangat lama sebelum ku bertemu dengan Mas Vangga. Dan akhirnya menikah dengan Mas Vangga.

Ada alasan tersendiri mengapa Zayn tak langsung mengungkapkan perasaan nya itu padaku. Aku sungguh, merasa bersalah dan ingin mengerti apa alasannya.

"Hngh..."

"Saya lihat ada bucket bunga di atas meja kamar. Punya siapa? Dan dari siapa?" Sesaat setelah dia melihat ku melamun, akhirnya suamiku bertanya soal bucket bunga itu.

"Punya gue. Dari temen."

"Siapa?" desaknya bertanya.

"Kepo Lo." cetusku.

"Cowok ya?" Vangga menebak bernada tak enak. Ku terdiam sejenak sekilas menatap nya, "B-bukan!" dan akhirnya aku berbohong. Tetapi,

"Siapa sayang?" lontarnya lagi benar-benar memaksaku untuk mengaku.

Entah apa yang mengontrol ku untuk berkata jujur, "Ada lah. Dia ngasi ya! Gue ga minta dan gue gatau kalo dia udah punya rasa ke gue selama 4 tahun lebih! Dan soal 3 bulan itu dia bohong ke gue!" ungkap ku terlepas dari kunci suara seraya memukul-mukul alas meja makan.

Vangga seketika tersedak, "Uhuk! Uhuk! Uhuk! 4 ta-tahun?"

"Maaf... dia cumam teman baru bagi gue. Ga ada hubungannya tentang percintaan gue di kampus." jelas ku benar-benar berfakta, aku juga harus memikirkan bagaimana perasaan suamiku meski dia yang berkemungkinan masih memiliki hubungan spesial dengan si Zazkia.

Gelas itu mendarat perlahan dengan sorot mata yang berpindah mengarah ku, "Lalu? Kamu menyukai nya juga?"

"Nggak! Gue ga suka sama siapa-siapa! Mungkin Lo yang masih suka sama si Zazkia! Iya kan?!"

"Zazkia?" ulangnya menyebut gadis itu.

"Gausa sok gatau dah!" Aku makin kesal ketika membayangkan kejadian tak sepele di rumah sakit lalu.

"Ah.. dia.. ya. Kenapa?"

"Jadi? Lo?"

"Ya. Jujur, saya masih mempunyai rasa pada Zazkia. Hingga saat ini. Saya masih menjalani hubungan pacaran, dan dia sama sekali tidak tau jika saya dan kamu sudah menikah." jelasnya langsung begitu menusuk dalam hatiku. Mungkin di kejadian nyata, aku sudah mati hanya karna ucapan brengsek itu.

"Mas..." kali ini aku langsung melemas di tempat, rasa hendak mengulang waktu berharap penjelasan brengsek itu tak keluar dari mulut nya.

"Kalo kamu mau pacaran sama dia, Mas, gapapa.. lagian adil kan?"

Jleb! Sungguh, hatiku benar-benar terasa tertusuk. "Lo kenapa si ada pikiran kaya gitu?! Lo ga nganggep gue ada ya?! Lo nerima gue cuman karna perjodohan busuk ini kan?! Pasti karna kerjaan, pasti karna UANG!"

"DAN GOBLOKNYA LO MALAH NYURUH GUE PACARAN SAMA COWOK LAIN?! LO KESAMBET APA SI?! HUH?! GUE ISTRI SAH LO... KONTOL!!!!! DAN GUE GA AKAN NIRU SIFAT BUSUK LO ITU!!! MULAI SEKARANG... URUS PENYAKIT LO SENDIRI! GUE GA PEDULI!! GAUSA DATENG KE GUE PAS LAGI BUTUH! AWAS YA LO!!! BRENGSEKKK!!!"

Ku terus berjalan cepat tak peduli bagaimana Vangga tengah membalas omongan ku dengan ucapan tegas, memanggil nama ku berkali-kali bahkan dia menyalahkan ku berkata bahwa omongan ku padanya sungguh tidak sopan.

Tentang sopan, aku sudah tidak peduli. Dia telah melewati batasnya sebagai seorang suami. Dan aku sebagai wanita tak mungkin hanya diam dan memendam dalam tangisan yang tak berguna. Haruskah ku bercerita pada orang terdekat ku? Terutama sosok Mama. Mama mertua.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

FEBIOLABREATS [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang