FBS 11 : Dia lebih memilih dia

920 40 12
                                    

Instagram : wp.zazaa

"Kepalamu akan baik-baik saja." ucap suamiku seusai kulit kepalaku di jahit akibat cakaran lebar dari kuku pasangan Angela. Akibat ini, Vangga tak terima dan mengusulkan Angela untuk di bawa ke pihak kepolisian. Mereka tidak bisa lagi membela Angela karna CCTV lah pemenang nya.

"Kata Dokter gue harus di botak jika bekas jahitan nya terinfeksi."

"Botak atau tidak istri saya tetap cantik."

Ku langsung membeku di tempat, memberhentikan langkah kakiku. Aku menatap Vangga melongo, tak percaya dengan apa yang dia ucapkan. Vangga sampai berjalan mundur akibat aku yang berhenti mendadak.

"Kenapa?" tanya nya ikut kebingungan.

"Love bombing Lo kumat lagi ya? Cuih, malas." cetusku memutar bola mata. "Tidak." balasnya langsung. Aku tidak percaya dengan balasan busuk itu, justru aku merasa geli dengan ucapan Vangga kali ini. Karna aku tau dia selalu palsu.

"Udah ah. Ayo pulang! Lo gausa ngmng gitu-gitu ke gue!" Aku menggeleng cepat seraya berjalan meninggalkan nya. Vangga segera menyusul ku hingga tempat parkir mobil, aku berjalan sangat cepat.

"Kamu marah? Tapi kamu memang can-"

"NGGAK! CANTIKAN PACAR LO!" putusku tegas di hadapan nya. Vangga tak membalas apapun melainkan melontarkan senyuman tipis seraya menggeleng pelan kepalanya.

Berusaha tak menghiraukan, aku langsung masuk ke dalam mobil menunggu nya menyusul masuk ke dalam. Sepanjang perjalanan kami kembali bisu. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Namun berbeda dengan keadaan kepalaku saat ini, saat ku buat berpikir, rasanya ada nyeri yang tetiba saja menyerang. Seperti sengatan listrik yang begitu sakit hingga menyeluruh. Ku harap ini cepat usai.

Aku percaya ini karna bekas jahitan di kepala ku sekaligus karna aku yang akhir-akhir ini terlalu banyak beban pikiran. Rasa pusing memang suka datang menyerang, membuat ku makin pusing lagi.
.
.
.
.
.
.
.

Malam hari tiba. Rumah sedang kedatangan tamu yang sangat amat penting. Mama Fatim dengan suaminya datang untuk menjenguk keadaan ku. Sekaligus kami mengobrol banyak tentang hal-hal lain. Ketika Vangga sibuk berdua dengan papanya di ruangan tengah, Mama Fatim tiba-tiba menghampiri ku di dapur membisikiku sesuatu.

"Mama dengar ada gosipan yang beredar soal Vangga dengan mu." ucap Mama tetiba.

Aku menoleh spontan, "Mama sudah dengar cerita lengkap nya?" tanyaku langsung menghentikan aktivitas.

"Sudah. Mama mendengar semua ceritanya."

Sejenak kami saling membisu. Aku menatap bagaimana Mama menatapku dengan aura tak enak. " .... sebenarnya aku tidak ingin membicarakan ini dengan Mama. Aku takut jika Mama lebih percaya pada omongan orang. Kejadian yang Mama dengar itu tidak benar. Aku sudah banyak di fitnah orang karna ini."

"Benarkah? Vangga tidak mungkin melakukan itu. Dari awal sebelum Vangga menikah dengan mu, Vangga sudah berjanji sama Mama kalo dia bener-bener sudah ngelupain Zazkia. Jadi tidak mungkin Vangg-"

"Sepercaya itukah Mama dengan kalimat Vangga? Aku yang merasakan bagaimana sakitnya tidak pernah sekalipun berpikiran untuk cerita ke Mama. Karna apa? Aku takut. Aku takut terjadi kesalahpahaman, aku takut malah aku yang di salahkan. Aku takut Mama tidak percay-"

"Mama memang percaya padamu. Tetapi, Mama lebih percaya pada Vangga, anak Mama sendiri. Vangga tidak mungkin selingkuh dengan masa lalunya. Sedangkan kau bisa saja selingkuh dengan teman lelaki di kampus mu. Kenapa tidak langsung jujur saja pada Mama?"

"Selingkuh? Aku tidak selingkuh, Ma! Aku tidak mungkin melakukan hal gila seperti itu!"

"Kau bisa saja melakukan nya karna-"

FEBIOLABREATS [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang