FBS 13 : Hal baru

829 31 9
                                    

Setelah semuanya siap, aku kembali ke lantai atas dengan membawa dua gelas plastik berukuran besar. Aku masuk perlahan sambil menyebut nama suamiku dan anehnya dia terkejut refleks duduk di atas ranjang dengan sepasang mata melotot. Seperti orang yang ketahuan selingkuh.

"Kenapa Lo?" tanyaku spontan seraya meletakkan dua gelas di meja.

"Ngg-ngga kenapa napa." balasnya gugup bergetar.

"Lo kaya ketahuan selingkuh tau ga. Atau lagi mimpi buruk? Tapi masa Lo tidur si. Gue cuman sebentar di bawah." Aku jadi ikut berpikir karna reaksi nya ketika aku datang ke dalam.

Vangga membisu, aku melihat bagaimana tatapannya. Dia begitu kosong seperti orang sehabis di rasuki. Apa mungkin dia sedang memikirkan Zazkia?

"Tuh, minum susu nya." suruhku.

"Kenapa ngga di susu mu?" Vangga bertanya setelah melihat gelas yang telah ku siapkan.

"Ya itu susu gue juga cuman beda tempat." jelasku agak kesal.

"Gamau." Vangga merengek meluruskan kedua kakinya. Seketika ku berhembus nafas, "Pentil gue lecet gara-gara Lo gigitin mulu bangsat! Udah itu di minum aja." gerutu ku.

Vangga mecucukan bibir, menatapku ngambek. Meski begitu ia tetap mengambil satu dari dua gelas, meminum keduanya hingga habis.

2 bulan kemudian - [ Kampus ]

"Mingdep ada acara pertemuan antar CEO. Suami Lo pasti juga bakal dateng. Pasti kali ini sama Lo." kata Zayn membuat ku bertanya.

"Biasanya sama Zazkia?"

"Iya." sahut Rara.

"Yauda si kalo Vangga datengnya sama si Zazkia juga gapapa. Gue ga masalah sama sekali." ucapku santai.

"Oh ya? Beneran Lo?" tukas Rara. Aku mengangguk cepat lanjut meminum jus alpukat ku.

"Sumpah hati Lo terbuat dari apa si?"

Mendengar ocehan Rara aku jadi meringis, "Haha, ga gitu juga kali. Gue orang normal. Sama kaya kalian."

"Mending Lo ikut ke acara. Daripada suami Lo dateng sama Zazkia. Sekarang orang-orang udah pada tau kalo Vangga ada istri. Tapi mereka gatau soal hubungan Vangga dengan Zazkia, udah putus atau belum."

"Gue aja gatau. Yang pasti gue tau kalo 2 bulan lalu mereka sempat tengkar hebat gara-gara ulah gue."

"Hah?" - Zayn

"Oh! Yang itu!" sahut Rara.

"Iya. Biarin lah, gue ga peduli."

Rara dengan Zayn sama sama saling menatap sebab ucapan yang selalu ku lontarkan. Mungkin mereka menganggap bahwa aku ini tidak ada usahanya sama sekali, namun, meski ku sudah berusaha sampai di luar batasan, Vangga akan tetap memilih Zazkia. Segala ucapan manjanya, ucapan cinta nya dan ucapan sayang dari Vangga hanya memanipulasi diriku. Aku tau itu.

Sesampainya di rumah. Terdapat mobil Vangga yang biasa dia pakai kerja, artinya, dia sedang ada di rumah. Aku masuk kedalam, tidak mendapati suamiku di ruangan bawah. Kemudian ada satu yang jelas memperyakin diriku, aku membuka pintu kamar lantai atas dan menemukan dirinya di sana.

Tepat di saat aku masuk membuka pintu, Vangga tengah berdiri memasang ekspresi lesu bercampur khawatir.

"Ngapain Lo?" tanyaku refleks. "Sayang ini kenapa..." rengeknya.

"Apanya yang kenapa?" tanyaku kebingungan.

"Ini. Masa ga keliatan?" balasannya membuat ku mencari, berakhir terkejut.

"ANJING!!!"

"Gabisa turun lagi."

"LO HABIS LIAT APA KOK BISA BERDIRI GITU???!!!!!"

"Tolongin." Di tetap memohon di tengah ku merasa heran. Padahal manusia satu ini sangat polos.

"Eh, bangsat Lo ya! Gue baru pulang bukannya istirahat malah ngurusin burung Lo itu!"

"Sayangg..." Vangga merengek menghentakkan kedua kakinya secara bergantian.

"(Anjg panjang banget cok)" batinku hampir saja sesak nafas.

"Udah sana tiduran dulu! Gue mau ganti baju." suruhku.

Tak lama kemudian aku kembali, melihat Vangga yang tengah menutupi mukanya dengan guling. "Lo kenapa si? Kenapa bisa kaya gitu?! Siapa yang ngajarin?!" omelku naik ke atas ranjang.

"Kamu." sahut Vangga. Barusaja ku hendak membalas, ingatan tentang kalimat yang ku lontarkan pada Vangga muncul.

"Ck! Siapa yang nyuruh Lo kepo?" cetusku, Vangga membisu kembali menyembunyikan wajah tolol nya itu.

"Hngh... nyebelin banget si Lo! Mana sini! Jadi nggak?!"

Dia mengubah posisi tubuhnya menjadi terlentang menjadikan si burung itu sangat terlihat meski di balik celana tebal suamiku. Terlihat sangat gagah dan uhhhh. Aku ingin sekali cepat-cepat memegangnya.

"Yaelah tinggal di tepuk gini doang!"

Puk! Aku memukul bagian atasnya dan hingga akhirnya kembali tidur namun, di beberapa detik ke depan dia kembali berdiri lagi.

"Anjg! Punya Lo unik banget dah."

" ...... " Vangga tetap terdiam. Aku merasa aneh dengan keadaan nya kali ini. Dia seperti bukan suamiku yang asli.

"Oi! Lo tu nyaut kek! Gausa sok pendiem!" ketusku lalu melepas paksa bantal yang menutupi wajahnya.

Wajahnya memerah. Seluruhnya merah. "LO TU HABIS LIAT APE SI?!!" tanyaku geram.

"Sayang.. mas.. boleh masuk nggak?"

"EH! NGGAK! NGGAK! NGGAK! GA SEKARANG YA! GUE GAMAU! APA-APAAN LO TIBA-TIBA BEGINI!!!"

"Cium ... cium boleh? Mas ga mungkin ngelampiasin nafsu mas ke wanita lain. Kamu istri saya Mora. Mas juga gaboleh muasin diri mas sendiri."

Aku membisu sejenak, mencerna ucapan Vangga. Mau bagaimana pun dia memanglah suamiku. Dan tetap akan berlari kepadaku.

"Maafin mas, ga seharusnya mas kaya gini." pungkas nya memegang tangan ku erat seperti ada beribu harapan besar kepadaku.

"Tapi janji dulu sama gue."

Vangga seketika terdiam siap mendengarkan kalimat yang akan dia janjikan.

Instagram : wp.zazaa

FEBIOLABREATS [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang