Berdiri termenung di depan ruang IGD,
seraya menunggu kabar keadaan suamiku di dalam. Orang medis masih mengurusnya, membuatku sangat gugup tak tenang. Aku berharap semuanya kembali normal."Mora!" Teriakan yang begitu kencang memasuki telingaku, berhasil membuat ku menoleh secara spontan. Mama Fatim dan Papa Rohan datang secara kesat, mereka langsung memelukku erat.
"Ma.., Vangga.." lirihku dalam tangisan getar. Aku begitu takut akan kenyataan ini.
"Gapapa nak, ini bukan salah Mora. Vangga akan baik-baik saja." ucap Mama berusaha menenangkan ku.
"Mora hanya perlu bersabar. Kita yakin Vangga akan baik-baik saja." sambung Papa untuk ku.
Aku mengangguk senyum untuk keduanya. Kami bersama berkumpul di satu tempat, berharap sesuatu yang besar datang menggantikan pikiran negatif kami. Setelah setengah jam lebih kami menunggu, Dokter akhirnya keluar untuk menyampaikan sebuah kabar. Entah itu baik atau buruk, aku akan menerimanya.
"Keadaan pasien membaik. Kemungkinan besar pasien ini keracunan , atau ada orang yang memang sengaja menyuntikan sesuatu ke dalam tubuh Pak Vangga hingga kedua kakinya lumpuh. Selain itu, mungkin beberapa ingatannya hilang karna efek racun yang terlalu tinggi. Terimakasih."
"Terimakasih Dok."
Dokter itu pergi, Mama dan Papa kembali memelukku dan berkata bahwa semuanya telah selesai. Vangga tetap baik-baik saja. Dan aku tidak perlu khawatir lagi setelah ini.
Datang dan pergi ku tak lupa selalu mencium keningnya meninggalkan bisikan yang tak pernah tak ku lakukan. Meski ku tau Vangga tak mendengar kan ku, tetapi, harapan ku disini masih sama dan jauh lebih besar dari yang sebelumnya. Lebih nya, suamiku sudah tiga hari tidak siuman. Sungguh ini mencemaskan keadaan hatiku. Kapan dia akan terbangun dan melihat ku kembali?
Sepanjang ku melihat wajahnya, kadang ku berpikir bahwa selama ini aku terlalu keras pada Vangga. Entah itu dalam bentuk ucapan dan perlakuan ku yang sedikit tidak peduli. Aku memang menyesali hal tersebut di saat aku tengah merenung. Dan berpikiran untuk merubah diriku menjadi lebih baik lagi. Aku ingin suamiku melihat versi diriku yang terbaru. Begitu juga aku yang nantinya akan melihat, merasakan versi terbaru dari Vangga.
Malam itu sekitar pukul 9. Di tengah ku sedang mengerjakan sesuatu pintu tetiba saja terbuka, aku memang lupa mengunci pintu ruang opname. Ternyata ada Mama dan Papa yang datang membawakan ku sesuatu.
"Mora, terimakasih sudah menjaga Vangga. Sedang apa kamu?" tanya Mama. "Aku ada sedikit tugas dari kampus." jawabku tersenyum lanjut berterimakasih karna Mama membawakan ku makanan dari rumah.
"Sama-sama nak.." balas Mama tersenyum seraya mengelus punggung ku.
"V-Vangga?!" Papa Rohan tiba-tiba saja menyebut nama suamiku dengan nada yang tak biasa, aku dan Mama refleks menoleh melihat Vangga yang perlahan terbangun!
Rasa senang ku langsung timbul membara, begitu juga dengan Mama dan Papa yang memasang senyum lebar di wajahnya.
"Nak.." lirihan Mama sangat terlihat menaruh harapan besar kepada anaknya, berharap Vangga mengingat sesuatu yang lebih dari kedua orangtuanya.
"Mama?" sebut Vangga dan di lanjut dengan, "Papa.."
"Astaga! Kau ingat kami nak!" seru Mama sangat gembira. Keduanya langsung memeluk Vangga yang masih tertidur lemah, namunku melihat secara jelas bahwa Vangga sedang berusaha tersenyum.
Tak lama, Mama menunjukkan diriku kepada Vangga. Dan apa yang ku harapkan masih sama. Aku ingin melihat dirimu, aku ingin kau mengenalku dan aku ingin kita tetap saling mencintai meski ku tau itu sangat mustahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEBIOLABREATS [HIATUS]
Romantizm"UDAH TOLOL, POLOS PULA!" "Siapa?" "YA ELO ANJJ!! TAU GINI, OGAH GUE NIKAH MA LO!!!!" [Follow sebelum membaca] Rovangga Erdogan, di jodohkan dengan seorang gadis muda bernama Luvenia Amora. Gadis tomboy, suka misuh, 95% merasa ilfil dengan lelaki. D...