"Duh.. gue jadi bingung mau ngejelasin yang mana dulu!" Rara mengimbuh merasa kesal dengan dirinya sendiri. Terlebih lagi dengan ku yang memprioritaskan datang.
"Gimana si? Gue makin kepo ni!" sahutku menyeru.
"Kayanya Zayn ga bakal dateng sekarang." Yeah lagi-lagi Rara mengandalkan orang lain. Soal bercerita, dia memang tidak berbakat. Rara selalu belibet saat berucap membuat dirinya jadi bingung sendiri.
"Yauda besok aja kalau gitu. Gue juga lagi buru-buru, gabisa lama disini." tukas ku. Berujung ku pamit dan meninggalkan Rara di singkat waktu pertemuan kami. Sepanjang perjalanan pulang, aku memang agak merasakan firasat buruk terhadap Vangga di rumah. Takut terjadi sesuatu yang tak ku inginkan.
......
Setelah 10 menit berlalu, kini ku berdiri di depan gerbang setelah Taxi itu pergi. Menghembus nafas nan berjalan mendekat, secara perlahan aku membuka gerbang untuk masuk. Tepat di saat itu juga aku mendapati Vangga yang tengah menjalankan kursi roda nya dengan kedua tangan menuju pintu gerbang. Dia langsung berhenti, ketika melihat kepulangan ku.
"Mau kemana?" tanyaku spontan.
"Cari kamu." balasnya.
"Kenapa? Mas butuh apa?" pungkas ku lembut seraya mendekat.
"Ini. Apa benar milik saya?" Vangga menyodorkan sebuah dokumen padaku, aku mengambil alih dokumen tersebut dan membuka nya. Secara perlahan ku baca dan ku perhatikan foto-foto yang ada di dalam.
"Benar. Ini milik Mas Vangga." ujarku tersenyum kembali menyodorkan dokumen itu pada suamiku. Memang akhir-akhir ini dia sering bertanya hal random padaku, meski pertanyaan nya sama, aku tak bosan membalas seluruh pertanyaan suamiku.
"Jadi, saya seorang CEO?" Sedih, dia termasuk tak ingat tentang apa profesi nya.
"Iya. Suamiku seorang CEO." angguk ku begitu yakin agar dia dapat percaya.
Vangga kemudian tersenyum melihat foto-foto dirinya yang tersimpan dalam dokumen tersebut, dia sekilas menatapku seraya membawa senyuman tipis itu. "Suami mu, menakjubkan." pungkas nya sejenak mematah di tengah kalimat.
Seketika ku meringis tak menyangka, sedikit membeku oleh kalimat singkat nya. Jujur, selama Vangga duduk diam di rumah, aku yang mengurus seluruh pekerjaan nya. Mulai dari meeting bisnis, rapat dan sebagainya yang selalu suamiku lakukan di kantor. Untuk sementara ini memang aku yang mengarahkan perusahaan Vangga. Dan juga berkat bantuan Anent aku tau. Mama dengan Papa pun tau dan aku di perbolehkan.
"Besok.. saya ingin kesana."
"Kemana?"
"Ke Kantor saya." Sedikit ku tak menyangka dengan ucapan Vangga, biasanya, dia cenderung tak langsung percaya padaku. Tetapi hari ini berbeda. Bagiku ini merupakan kemajuan meski sedikit.
"Baiklah. Aku akan bilang pada Pak Supir untuk mengantar mu besok." tutur ku.
"Kau tidak ikut?" Vangga bertanya menatap ku. Perlahan ku menggeleng dan berkata, "Aku tidak bisa ikut." ucapku melesu.
"Why? Saya tidak bisa mengenali siapapun itu jika kau tidak ada di samping saya." kata Vangga.
"Eum.. baiklah, akan ku usahakan." gumam ku dalam dalam.
"Sedang sibuk dengan siapa?" tanya Vangga tetiba saja. Mungkin dia mengira aku tidak bisa menemaninya karna sibuk dengan seseorang.
"Tidak ada. Aku sedang ada tugas menumpuk dari kampus. Jadi, aku harus segera menyelesaikan nya sebelum hari lusa tiba." jelas ku seraya mendorong kursi roda suamiku ke dalam. Memang karna aku lebih mementingkan pekerjaan suami ku waktu itu, jadi, tugas kuliah ku makin menumpuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEBIOLABREATS [HIATUS]
Romansa"UDAH TOLOL, POLOS PULA!" "Siapa?" "YA ELO ANJJ!! TAU GINI, OGAH GUE NIKAH MA LO!!!!" [Follow sebelum membaca] Rovangga Erdogan, di jodohkan dengan seorang gadis muda bernama Luvenia Amora. Gadis tomboy, suka misuh, 95% merasa ilfil dengan lelaki. D...